Laman

Minggu, 22 Januari 2023

Sejarah Surakarta (52): Parada Harahap dan Surakarta, The King of Java Press; Poenalie Sanctie di Deli - Menjadi Indonesia di Solo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Parada Harahap bukan ‘wong Solo’, tetapi lahir di Padang Sidempoean ‘halak hita’. Akan tetapi Parada Harahap memiliki kaitan erat dengan di Solo. Selama perjuangannya demi bangsa, sering ke Soerakarta, umumnya terkait urusan perjuangan. Mulai dari kebangkitan pers pribumi hingga detik-detik menjadi Indonesia. Parada Harahap bukan ‘halak Soerakarta’ tetapi ‘wong hita di Solo’, akan tetapi pers di Jepang menjuluki Parada Harahap sebagai The King of Java Press. Mengapa?  Dr Soetomo mengetahui persis yang membongkar kasus Poenalie Sanctie di Deli tahun 1918 adalah Parada Harahap.   


Parada Harahap (15 Desember 1899-11 Mei 1959) adalah seorang jurnalis Indonesia. Ia dijuluki King of the Java Press. Kemauannya yang keras dan semangat belajarnya yang tinggi, dilakukan secara otodidak maupun mengikuti kursus-kursus. Sejak bulan Juli 1914, ia bekerja sebagai leerling schryver pada Rubber Cultur Mij Amsterdam di Sungai Karang, Asahan. Kecerdasan dan daya ingat sangat baik Parada Harahap dapat menggantikan juru buku berkebangsaan Jerman. Selama bekerja di perkebunan belajar bahasa Belanda dan membaca surat kabar Sumatra Post dan surat kabar Benih Merdeka dan Pewarta Deli yang terbit di Medan. Pada tahun 1917 dan 1918 Parada Harahap membongkar kekejaman Poenale sanctie dan perlakuan di luar batas perikemanusiaan terhadap kuli-kuli kontrak asal Jawa yang dilakukan oleh tuan kebun. Karier jurnalisnya staf redaksi surat kabar Benih Merdeka. Kembali ke kampung halamannya dan memimpin surat kabar Sinar Merdeka (1919) dan majalah Poestaha. Surat kabarnya sebagian besar mengkritik kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Selama dua tahun di Padangsidempuan, telah 12 kali terkena delik pers serta berulangkali keluar masuk penjara. Pada tahun 1922 pindah ke Jakarta menerbitkan mingguan Bintang Hindia, Bintang Timur dan Sinar Pasundan. Parada Harahap adalah satu-satunya orang pertama yang mendirikan Akademi Wartawan di Jakarta. Pada masa pendudukan Jepang, dia dipercaya menjadi pemimpin redaksi surat kabar Sinar Baroe. Menjelang masa kemerdekaan pada tahun 1945 anggota BPUPKI, satu-satunya anggota BPUPKI berasal dari etnis Batak (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Parada Harahap dan Soerakarta, The King of Java Press? Seperti disebut di atas, selain De beste Inlandsch Jurnalietiek pada era Pemerintah Hindia Belanda, dan dijuluki pers di Jepang sebagai The King of Java Press, Parada Harahap adalah orang yang berani membongkar kasus Poenalie Sanctie di Deli. Kedekatannya dengan Solo sejak Kongres Pers Pribumi di Soerakarta hingga Gerakan Menjadi Indonesia di Solo. Lalu bagaimana sejarah Parada Harahap dan Soerakarta, The King of Java Press? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (51): Riwayat Susuhunan Surakarta, Lahir di Solo 1866 - Meninggal di Soerakarta 1939;Siapa Pakoeboewono X?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Soesoehoenan Soerakarta yang sekarang adalah yang ke-13, tetapi yang akan dibicarakan adalah Soesoehoenan Soerakarta yang ke-9 yakni Pakoeboewono X. Konon, Pakoeboewono X adalah Putra Mahkota termuda dan Soesoehoenan terlama. Siapa Pakoeboewono X? Yang jelas kini Namanya ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional Indonsia. 


Letnan Jenderal (Tit.) Sri Susuhunan Pakubuwana X (sering disingkat sebagai PB X; 29 November 1866 – 20 Februari 1939) adalah susuhunan kesembilan dari Kesunanan Surakarta. Ia memerintah dari tahun 1893 – 1939, menjadikannya sebagai susuhunan yang paling lama memerintah dalam sejarah Surakarta. Pakubuwana X menggantikan ayahnya, Pakubuwana IX sebagai susuhunan Surakarta ketika Pakubuwana IX meninggal pada 16 Maret 1893. Dua minggu setelahnya Pakubuwana X resmi dilantik sebagai Susuhunan pada 30 Maret 1893. Pakubuwana X ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia, atas jasa dan peran aktif dalam perjuangan pergerakan nasional, pelopor pembangunan sosial-ekonomi, pendidikan rakyat, pembentukan jati diri bangsa dan integrasi nasional. Dalam pergerakan nasional, Pakubuwana X mendukung para pelopor perjuangan nasional melalui pemberian fasilitas, materi, keuangan dan moral. Selain itu, ia berperan serta membantu pergerakan Boedi Oetomo dan pendirian Sarekat Dagang Islam. Pakubuwana X memiliki nama lahir (asma timur) sebagai Gusti Raden Mas Sayyidin Malikul Kusna, putra Pakubuwana IX yang lahir pada tanggal 29 November 1866, dari permaisuri Kanjeng Raden Ayu (KRAy.) Kustiyah, kemudian bergelar GKR. Pakubuwana. Pada usia 3 tahun ia telah ditetapkan sebagai putra mahkota bergelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Amangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram VI (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soesoehoenan Soerakarta, lahir di Solo 1866, meninggal dunia di Soerakarta 1939? Seperti disebut di atas; lahir di Solo 1866, meninggal dunia di Soerakarta 1939. Artinya usia hidupnya selama 73 tahun dan menjadi raja (Soesoehoenan) selama 46 tahun (lebih dari separuh hidupnya). Hal itulah mengapa penting dan dalam hal ini siapa Pakoeboewono X? Yang jelas kini ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Soesoehoenan Soerakarta, lahir di Solo 1866, meninggal dunia di Soerakarta 1939? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.