Laman

Selasa, 23 Januari 2024

Sejarah Bahasa (254): Bahasa Sabakor di Kampong Yarona, Bahasa Distrik Buruway; Riwayat Pulau Adi di Teluk Kaimana, Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sabakor juga disebut bahasa Buruwai. Bahasa Sabakor diituturkan di kampong Yarono, distrik Buruwai kabupaten Kaimana dengan jumlah penutur 275 orang. Kampong-kampong tetangga Yarono juga menggunakan bahasa Sabakor. Oleh karenanya bahasa Sabkor juga disebut bahasa Buruwai. Bahasa ini tergolong bahasa Asmat–Kamoro. Bahasa Sabakor berbeda dengan bahasa Kambrau, bahasa Baham dan bahasa Kowia.


Buruway adalah sebuah distrik di kabupaten Kaimana, Papua Barat, Indonesia. Dengan kampung Kambala sebagai Ibu Kota distriknya. Distrik Buruway terdiri kampong-kampong Adi Jaya, Edor, Esania, Gaka, Guriasa, Hia, Kambala, Nusaulan, Tairi dan Yarona. Pulau Adi adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Semenanjung Bomberai. Pulau Adi terletak di Laut Seram sebalah barat dari Teluk Kaimana. Semenanjung ini dipisahkan dari Semenanjung Bomberai oleh Selat Nautilus yang lebar tersempitnya hanya sepuluh kilometer (6,2 mil). Adi menandai perbatasan selatan Teluk Kamrau; di baliknya terletak Laut Seram yang terbuka. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sabakor di kampong Yarona, distrik Buruway? Seperti disebut di atas bahasa Sabakor dituturkan di Buruwai. Riwayat Pulau Adi di Teluk Kaimana, Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sabakor di kampong Yarona, distrik Buruway? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Sabakor di Kampong Yarona, Distrik Buruway; Riwayat Pulau Adi di Teluk Kaimana, Papua

Ada teluk Sebakor (kini Sabakor) dan juga ada teluk Kambrai. Itulah penanda navigasi dari Fakfak Tanjung Onin hingga ke teluk Triton. Teluk Sebakor berada di pantai barat dan teluk Kembarau berada di timur. Dua teluk ini dipisahkan oleh suatu tanjung dan suatu pulau besar. Pulau besar ini disebut pulau Adi. Antara tanjung dan pulau ini terdapat selat sempit disebut selat Nautilus.  Diantara dua teluk inilah di semenanjung inilah kini dikenal kampong Yarono (distrik Buruwai).


Pada peta navigasi tahun 1911 di tanjung tersebut terdapat satu sungai yang disebut sungai Karoefa. Pada sisi timur muara sungai di pantai terdapat kampong Karoefa. Penduduk yang bermukim di kampong Karoefa ini beragama Islam (kini disebut kampong Kembala Karoefa). Kampong Karoefa ini menjadi penting karena berada di jalur navigasi dari Fakfak melalui selat sempit Nautilus (dianrtara daratan dan pulau Adi) ke Kaimana.

Bagaimana dengan nama Sebakor? Patimoeni jalur pantai yang panjang dan sempit dari Fak fak ke Sebakor masih dapat diakses melalui darat, dan jalur tersebut terputus oleh perbukitan yang menurun tajam ke laut (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-11-1907). Navigasi dari Patimoeni kea rah selatan hingga pulau di teluk Sabakor yang disebut pulau Karas (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-11-1910).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Riwayat Pulau Adi di Teluk Kaimana, Papua: Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar