Laman

Minggu, 11 Februari 2024

Sejarah Bahasa (293): Bahasa Papua, Ragam Bahasa Papua, Papua Beragam Bahasa; Pada Mulanya di Tanah Papua Berbahasa Satu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Tentang bahasa-bahasa. Bahasa adalah salah satu warisan masa lampau yang masih tersisa pada masa kini. Sungai secara fisik adalah warisan, tetap ada dan berada di tempatnya sejak masa lampau, tetapi tidak dengan airnya. Sebaliknya, bahasa tetap lestari meski secara fisik para penuturnya telah berganti (misalnya kakek diteruskan anak dan kemudian diteruskan oleh cucu). Yang menjadi pertanyaan: mengapa bahasa-bahasa di Papua sangat beragam dan jumlahnya sangat banyak? Apakah karena penuturnya berganti atau bahasanya berganti?


Pulau Papua, Pulau 1000 Bahasa. Wilayah Papua sampai Papua Nugini, terdapat 1000 bahasa, yang menjadi sebuah misteri, kapan munculnya keberagaman tersebut. Setiap suku memiliki bahasanya sendiri. Masa kini, ada banyak penelitian yang dilakukan tentang bahasa-bahasa Papua, yang telah diteliti oleh pakar linguistik sejak tahun 1700-an. Dalam berbagai penelitian di pulau Papua bahwa setiap bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahkan dalam beberapa bahasa ada bahasa yang sama sekali berbeda. 'Mengapa pulau Papua memiliki beragam bahasa?' Bagaimana awal mula bahasa yang begitu banyak? Pertanyaan-pertanyaan ini, bukan baru ditanyakan pada generasi masa kini? Tetapi sejak lampau pertanyaan ini juga menjadi perbincangan orang Papua. Pada masa lampau, orang Papua tidak mengenal sistem aksara dalam bentuk tulisan. "Mengapa ada begitu banyak bahasa di Papua?", Setiap kampung, setiap suku, setiap wilayah ada bahasanya sendiri. (https://www.pustakapapua.com/2022/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Papua, ragam bahasa Papua, Papua beragam bahasa? Seperti disebut di atas bahasa-bahasa di Papua sangat beragam dan sangat banyak jumlahnya. Apakah di Papua bahasa pada awalnya berbahasa satu? Lalu bagaimana sejarah bahasa di Papua, ragam bahasa Papua, Papua beragam bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa di Papua, Ragam Bahasa Papua, Papua Beragam Bahasa; Apakah di Papua Bahasa Awalnya Berbahasa Satu 

CL Voorhoeve telah mencatat 191 bahasa di Papua. Catatan bahasa-bahasa Papua ini dapat dibaca dalam monografnya berjudul Languanges of Irian Jaya Checklist Preliminary Classification, Languange Maps, Wordlists (1976). CL Voorhoeve membuat klassifikasi berdasarkan proporsi linguistic ke dalam 100 buah. Dalam daftar yang disajikan juga dibedakan rumpun bahasa non-Austronesia dan rumpun Austronesia (termasuk dialek-dialek yang ada) dengan perkiraan jumlah populasi dan nama-nama kampongnya.


Yang masuk klassifikasi rumpun bahasa Austronesia adalah Aibondeni, Ambai, Ansus, Arguni, Bedoanas, Biak, Bongo, Busami, Dusner, Erokwanas, Irahutu, Iresim, Kaiwai, Kurudu, Marau, Meoswar, Mor, Munggui, Nabi, Onin, Ormu, Papuma, Pom, Ron, Salawati, Sekar, Serui Laut, Sobei, Tandia, Tarpia, Uruangnirin, Wabo. Wadapi Laut, Wandanem, Waropen, Woi, Yaur, Yeretuar, Yotafa. Oleh karena keterbatasan data, ada beberapa bahasa yang tidak terklassifikasi, yakni: Sauri, Kofei, Siromi, Bonefa, Nisa, Bafu, Massep dan Wares. Catatan: pencatatan ini dipublikasikan pada tahun 1976, boleh jadi pada masa ini situasi dan kondisinya telah berubah.

Bahasa Maybrat adalah salah satu bahasa yang paling banyak penduduknya di Papua. Bahasa ini bertetangga di semenanjung kepala burung dengan bahasa Meyah dan bahasa Mantion di bagian timur. Populasi Meyah sekitar 4.000 jiwa dan populasi Mantion sebanyak 12.000 jiwa. Bahasa Mantion dianggap sebagai bahasa isolat.


Seperti tampak dalam table, ketiga bahasa di semenanjung kepala burung tersebut tidak memiliki kemiripan. Ketiga bahasa ini oleh CL Voorhoeve diklaasifikasi sebagai rumpun bahasa non-Austronesia. Dua rumpun bahasa memiliki sifat-sifat gramatika yang sangat beragam mulai dari sistem bunyi, struktur kata, struktur frasa, struktur kalimat, kata ganti orang, struktur makna sampai pada keragaman pragmatis dalam penggunaan bahasa. Keragaman ini juga dipengaruhi oleh sejarah kontak bahasa yang telah berlangsung berabad-abad di wilayah Jayapura dan di wilayah Kepala Burung Papua (lihat Yusuf Sawaki: “Meneropong Tipologi Bahasa-Bahasa di Papua: Suatu Tinjauan Singkat”. Linguistik Indonesia, Agustus 2018.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Apakah di Papua Bahasa Awalnya Berbahasa Satu: Apakah Ragam Bahasa Papua Suatu Misteri?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar