Laman

Sabtu, 17 Februari 2024

Sejarah Bahasa (304): Bahasa Dani Lembah Baliem Pedalaman Papua; Wamena Daerah Hulu Sungai Memberamo di Jayawijaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Dani terdiri beberapa bahasa diantaranya Bahasa Dani Hubula dituturkan oleh seku Mukoko di kampong Wesapot distrik Wamena Kota kabupaten Jayawijaya provinsi Papua. Di sebelah utara kampong Waseput dituturkan bahasa Yali Pass dan di sebalah barat dituturkan bahasa Lani. Bahasa Dani berbeda dengan bahasa Yali Pass, bahasa Lani, bahasa Dani Atas, bahasa Dani Bawah, bahasa DaniBokondini dan bahasa Dani Tengah (Dani Baliem),


Suku Dani atau Hubula adalah sekelompok suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem di Pegunungan Tengah, Papua Pegunungan. Pemukiman mereka berada di antara Bukit Ersberg dan Grasberg di Kabupaten Jayawijaya serta sebagian Kabupaten Puncak Jaya. Suku-suku di pegunungan pertama kali diketahui bermigrasi ke Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Netherlands), yang berhasil bertemu dengan representatif dari Horip dan Pesegem tetapi mereka tidak sampai ke Lembah Baliem. Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang dari luar negeri pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Peristiwa ini terjadi secara kebetulan pada 23 Juni 1938 saat sedang melakukan penerbangan di atas Lembah Baliem (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa Dani di Lembah Baliem pedalaman Papua? Seperti disebut di atas bahasa Dani terdiri beberapa bahasa; Wamena daerah hulu sungai Memberamo di kabupaten Jayawijaya. Lalu bagaimana sejarah bahasa Dani di Lembah Baliem pedalaman Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Dani di Lembah Baliem Pedalaman Papua; Wamena Daerah Hulu Sungai Memberamo di Kabupaten Jayawijaya 

Apakah hubungannya lembah Baliem dengan (hulu) sungai Membramo yang bermuara ke pantai utara Papua? Sebenarnya secara geografis tidak ada. Lembah Baliem terisolasi dari daerah aliran sungai Membramo. Sungai yang berhulu di lereng gunung Puncak Jaya (wilayaj Lani) yang mengalir melalui Lembah Baliem (disebut sungai Baliem) tidak bermuara ke sungai Membramo, tetapi bermuara ke pantai barat Papua (di wilayah Asmat). Lantas apakah orang Dani memiliki hubungan dengan orang Asmat?


Di lembah Baliem dimana sungai Baliem mengalir dari utara ke selatan melalui kampong Wamena. Wamena (kini menjadi ibu kota kabupaten) kabupaten Jayawijaya. Wamena juga merupakan sebuah distrik. Wamena adalah pusat kota di daerah pedesaan yang menampung dataran tinggi dengan konsentrasi populasi tertinggi di Lembah Baliem dan daerah sekitarnya. Penduduk Wamena memiliki sejumlah kelompok etnis, yang paling dominan adalah suku Dani, Lani dan Yali. Wilayah lembah yang dilintasi sungai Baliem ini awalnya dikenal dengan nama Ahgamua. Sedangkan nama Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata "Wam" yang berarti babi dan "Ena" yang berarti anak peliharaan. Nama ini berasal dari ketidakpahaman bahasa antara orang Belanda dan gadis lokal. Karena ketika menanyakan nama tempat ini, gadis tersebut ingin memberitahu bahwa ada anak babi peliharaannya yang lepas. (Wikipedia)

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wamena Daerah Hulu Sungai Memberamo di Kabupaten Jayawijaya: Ragam Bahasa Suku Dani

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar