Jumat, 29 Juni 2018

Indonesia di Piala Dunia (5): Riwayat Hidup Pemain Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia di Prancis, 1938; Latar, Karir dan Masa Tua


*Lihat semua artikel Sejarah Indonesia di Piala Dunia di blog ini Klik Disini 

Indonesia (baca: Hindia Belanda) pernah berpartisipasi di Piala Dunia 1938 di Prancis. Ada sebanyak 17 pemain yang berangkat ke Prancis. Pertandingan Indonesia melawan Hungaria dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1938 di stadion Kota Rheims. Sebelas pemain yang diturunkan adalah Mo Heng, Samuels, Hukom, Anwar, F. Meeng, Nawir (c), Pattiwael, Zomers, Darmadji, Taihitu dan Hong Djien.

Bataviaasch nieuwsblad, 07-06-1938
Sebanyak 16 negara. Format turnamen sisten knock-out. Indonesia kalah dari Hungaria dengan skor 0-6; dan Belanda kalah dari Cekoslawakia 0-3. Dua tim langsung angkat koper. Namun kedua tim melakukan pertandingan sendiri frieendly match di Amsterdam pada tanggal 22 Juni 1938. Skuad Indonesia: Mo Heng, Hukom, Samuels, Nawir (c), Meeng, Anwar, Hong Djien, Soedarmadji, Zomers, Pattiwael dan Taihitu. Indonesia kalah 2-9. Pencetak gol Indonesia adalah Pattiwael dan Taihitu.

Dua pertandingan tersebut adalah dua pertandingan tim Indonesia di Eropa yang secara resmi tercatat dalam FIFA dan KNVB.  Selanjutnya hingga ini hari tidak pernah terjadi. Ini mengindikasikan mereka ini adalah pemain-pemain Indonesia yang pertama dan yang terakhir bermain di dalam pertandingan resmi di Eropa. Namun sangat disayangkan riwayat para pemain ini tidak tercatat dengan baik. Padahal mereka adalah duta sepak bola Indonesia di level sepak bola bergengsi: Piala Dunia. Untuk itu, artikel ini mendeskripsikan riwayat para pemain-pemain tersebut.

Sabtu, 23 Juni 2018

Sejarah Kota Padang (55): Achmad Mochtar Kelahiran Bonjol Dokter Bergelar Ph.D (1927); Anak Seorang Guru Asal Tapanuli


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelum ini telah dideskripsikan riwayat Prof. Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D, seorang dokter kelahiran Pajakoemboeh asal Pakantan, Tapanoeli yang meraih gelar doktor (Ph.D) pada bidang kedokteran di Universitas Amsterdam tahun 1930. Pada artikel ini mendeskripsikan riwayat Prof. Dr. Achmad Mochtar, Ph.D, yang juga seorang dokter kelahiran Bondjol asal Mandailing, Tapanoeli dan telah meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran di Universiteit Amsterdam tahun 1927. Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D adalah anak seorang dokter hewan; Dr. Achmad Mochtar, Ph.D adalah anak seorang guru. Like father, like son. Keluarga Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D dan keluarga Dr. Achmad Mochtar, Ph.D memiliki hubungan kekerabatan.

Dr. Achmad Mochtar, Ph.D
Tidak banyak dokter pribumi yang berhasil meraih gelar pendidikan tertinggi (doktor). Dari yang sedikit itu semuanya laki-laki kecuali ada satu orang perempuan. Dr. Ida Loemongga, Ph.D kelahiran Padang asal Padang Sidempoean meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran di Universiteit Amsterdam tahun 1932. Dr. Ida Loemongga, Ph.D dalam hal ini menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar doktor. Ayah Dr. Ida Loemongga, Ph.D adalah seorang dokter, Dr. Haroen Al Rasjid Nasution; ibunya adalah seorang pribumi pertama yang berpendidikan Eropa, Alimatoe Saadiah Harahap. Like mother, like daughter..
.  
Riwayat Dr. Achmad Mochtar, Ph.D sudah kerap ditulis, tetapi itu tidak cukup. Riwayat Dr. Achmad Mochtar, Ph.D lebih dari yang ditulis selama ini. Perjalanan Dr. Achmad Mochtar, Ph.D di bidang kedokteran sesungguhnya terbilang yang paling komprehensif dan paling lengkap. Dr. Achmad Mochtar memulai melakukan penelitian penyakit endemik malaria di Mandailing  dan Angkola dalam rangka membantu Dr. W. Schuffner yang kemudian membuka jalan bagi Dr. Achmad Mochtar  untuk meraih gelar Ph.D di bidang kedokteran. Di ujung karirnya sebagai Direktur Laboratorium Eijkman di Batavia.Djakarta pada era pendudukan Jepang dibunuh militer Jepang sebagai upaya mencari kambing hitam atas kesalahan tim kedokteran militer Jepang sendiri yang gagal memberi vaksin yang mengakibatkan ratusan orang romusha mengalami kematian. Untuk itu, ada baiknya sejarah Dr. Achmad Mochtar, Ph.D ditulis kembali. Mari kita telusuri.

Selasa, 19 Juni 2018

Sejarah Kota Padang (54): Sjoeib Proehoeman Kelahiran Payakumbuh Dokter Bergelar Ph.D (1930); Anak Dokter Hewan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini


Dr. Sjoeib Proehoeman tidak asing dengan Residentie West Sumatra. Dr. Sjoeib Proehoeman lahir di Paijakoemboeh. Dr. Sjoeib Proehoeman meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran di Universiteit Amsterdam tahun 1930 dengan judul desertasi: ‘Studies over de epidemiologie van de ziekte van Weil, over haren verwekker en de daaraan verwante organismen’. Dr. Sjoeib Proehoeman sangat menguasai tiga penyakit epidemik yang paling menakutkan: malaria, TBC dan kepra.

Nieuwsblad van het Noorden, 20-11-1930
Tidak banyak siswa pribumi yang bisa melanjutkan studi ke sekolah kedokteran. Hanya sedikit orang pribumi yang melanjutkan studi kedokteran ke Belanda. Diantara dokter-dokter hanya beberapa orang yang mampu meraih gelar doktor (Ph.D). Salah satu yang berhasil meraih jenjang pendidikan tinggi tersebut adalah Dr. Sjoeib Proehoeman. Ayah Sjoeib Proehoeman adalah lulusan sekolah kedokteran hewan (inlandsen veeartsen school) di Buitenzorg. Adiknya Soetan Sjahboedin adalah lulusan sekolah pertanian (inlandsen landbouw school) di Buitenzorg. Ini menunjukkan bahwa keluarga Dr. Sjoeib Proehoeman terbilang keluarga terpelajar.

Sejarah keluarga Sjoeib Proehoeman belum pernah ditulis, Demikian juga kisah sukses Dr. Sjoeib Proehoeman juga belum pernah ditulis. Padahal sumbangan keluarga ini cukup signifikan dalam pembangunan pertanian dan kesehatan masyarakat. Untuk menabalkan dedikasi keluarga terpelajar ini ada baiknya sejarah mereka ditulis. Mari kita mulai.

Sabtu, 16 Juni 2018

Sejarah Kota Surabaya (22): Achmad Nawir, Mahasiswa Kedokteran, Kapten Tim Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938


*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini.
 

Pertandingan Indonesia vs Hungaria yang dilangsungkan tanggal 6 Juni dalam ajang Piala Dunia 1938 di Prancis dipimpin oleh dua kapten tim yang berlatar belakang kedokteran. Kapten Tim Indonesia adalah mahasiswa kedokteran Achmad Nawir dan kapten Tim Hungaria adalah Dr. Sarosi. Ini unik. Sangat jarang, dan mungkin satu-satunya kejadian dalam dunia sepakbola.
.
Nawir vs Sarosi (De Indische courant, 07-06-1938)
Sebelum pertandingan dimulai, prosedurnya kapten dua tim dipertemukan di hadapan wasit dan hakim garis. Ketika antara Nawir dan Sarosi berjabat tangan, Nawir mengucapkan Selamat Datang dengan ramah kepada Dr. Sarosi. Rupanya, Sarosi juga tahu bahwa kapten Indonesia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Lantas Dr. Sarosi membalas ucapan Nawir dengan salam yang sama, Selamat Datang. Sebagai rekan dalam bidang yang sama di dalam dunia kedokteran, Sarosi juga membalas salam Nawir itu dengan ramah. Lantas, dalam permainan bola apakah kedua orang berlabel kedokteran itu saling beramah tamah?

Dalam sejarah sepak bola Indonesia di Piala Dunia, nama Nawir yang paling disorot. Itu bukan karena Nawir pemain hebat dan kapten tim Indonesia tetapi karena Nawir dipersepsikan sebagai seorang dokter. Achmad Nawir adalah seorang dokter, demikian selalu ditulis. Namun sejatinya, pada saat pertandingan tersebut Nawir belumlah menjadi dokter, akan tetapi masih berstatus mahasiswa di Nederlandsch Indie Arts School (NIAS). Lantas bagaimana informasi tentang Dr. Achmad Nawir keliru? Mengapa nama Dr. Nawir menjadi Achmad Nawir? Dan, siapa sesungguhnya Dr. Nawir? Apakah Achmad Nawir berasal dari Tapanoeli? Untuk itu, mari kita telusuri (kembali) sejarah Achmad Nawir tersebut.

Jumat, 15 Juni 2018

Indonesia di Piala Dunia (4): Indonesia vs Hungaria Piala Dunia Prancis 1938; Siaran Pandangan Mata dari Reims via Erres Radio


*Lihat semua artikel Sejarah Indonesia di Piala Dunia di blog ini Klik Disini
 

Beberapa hari ke depan para ‘gibol’ akan menikmati pesta sepak bola Piala Dunia di Moskow, Rusia melalui siaran langsung (live) yang menghadirkan tim-tim elit dunia dari 32 negara. Siaran langsung tersebut dapat diakses melalui berbagai channel: televisi (Trans TV), radio (RRI) dan video (live streaming). Dengan keterlibatan RRI untuk kali pertama dalam siaran langsung Piala Dunia akan memperluas exposure Piala Dunia, bahkan sampai ke pelosok-pelosok tanah air.

Soerabaijasch handelsblad, 02-06-1938
Pada tahun 1938 ketika Indonesia (baca: Hindia Belanda) berpartisipasi dalam Piala Dunia di Prancis penduduk Indonesia juga mendapat akses langsung melalui siarang langsung pandangan mata. Ini terjadi ketika Indonesia bertemu Hungaria di kota Rheim Prancis. Siaran langsung pandangan mata ini dilakukan oleh Erres Radio. Formasin tim Indonesia melawan tim Hungaria ini terdiri dari delapan orang pribumi, dua orang Belanda dan satu orang Tionghoa. Boleh dikatakan meski bernama Nederlandsch Oost Indie sejatinya adalah tim yang melawan Hungaria tersebut adalah (putra asli) Indonesia.

Bagaimana kisah siaran langsung pandangan mata Piala Dunia di tanah air tentu saja menarik untuk diketahui. Dan bagaimana pula jalannya pertandingan dan sambutan warga Rheims khususnya dan warga Prancis umumnya, tentu juga menarik disimak. Lantas bagaimana kisah siaran langsung pandangan mata itu sendiri dalam dunia sepak bola Indonesia masa kini?. Itu semua juga menarik untuk diperbandingkan.

Senin, 11 Juni 2018

Sejarah Kota Padang (53): Mohamad Rasad Maharadja Soetan; Ayah Soetan Sjahrir dan Pionir Pers Perempuan Siti Rohana Koedoes


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

Mohamad Rasad gelar Maharadja Soetan bukanlah orang biasa, tetapi pegawai pemerintah dan orang tua yang luar biasa. Mohamad Rasad lahir di Fort de Kock tahun 1866 dan meninggal di Medan tahun 1929. Selama masa hidup, Mohamad Rasad memilki dua anak yang luar biasa: Soetan Sjahrir dan Siti Rohana. Kedua anak Mohammad Rasad ini tergolong yang luar biasa: Soetan Sjahrir adalah Perdana Menteri RI yang pertama dan Siti Rohana adalah perintis pers perempuan Indonesia.

Anak Mohamad Rasad gelar Maharadja Soetan
Sangat sedikit riwayat para tokoh tua ditampilkan seperti Mohamad Rasad. Padahal mereka adalah orang tua dari para tokoh-tokoh besar. Penulisan riwayat para tokoh besar seringkali tak terhindarkan justru menenggelamkan tokoh-tokoh yang berdiri dibelakangnya. Itulah mainstream dalam penulisan sejarah. Mohamad Rasad adalah tokoh yang berdiri di belakang munculnya tokoh sekaliber Soetan Sjahrir dan Siti Rohana. Sudah waktunya penulisan sejarah para orang tua digali lebih banyak, sangat berguna pada masa ini yang dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi para orang tua untuk membimbing anak-anak untuk melahirkan tokoh-tokoh besar.  

Bagaimana para orang tua, seperti Mohamad Rasad menjalani karir dan pada waktu yang sama bagaimana mereka membina anak-anak mereka sehingga berhasil menarik untuk diperhatikani. Mereka orang tua ini adalah orang yang berperan penting lahirnya tokoh-tokoh besar di Indonesia. Jasa mereka seharusnya tidak terlewatkan dalam sejarah. Merekalah yang dengan sadar bagaimana anak-anak mereka diarahkan. Pada masa lampau, justru para orang tualah yang dijadikan inspirasi pertama oleh para tokoh-tokoh besar.

Sabtu, 09 Juni 2018

Sejarah Kota Padang (52): Ekspedisi Awal Belanda ke Pagaruyung (1684), Tionghoa di Angkola 1690; Negeri Sembilan en Selangor


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

Informasi tentang pedalaman Sumatra pada masa lampau sangat minim, meski keberadaan penduduk di Ranah Minangkabau dan Tanah Batak sudah diketahui sejak lama. Seiring dengan perubahan kebijakan VOC (dari kontak perdagangan di sekitar pantai menjadi penduduk sebagai subjek) mulai dilakukan ekspedisi-ekepedisi ke pedalaman. Ekspedisi ke Pagaruyung dilakukan pada tahun 1684 dapat dianggap sebagai ekspedisi pertama Belanda/VOC ke pedalaman Sumatra.  

Mandailing dan Angkola migrasi ke Selangor (Peta 1862)
Ekspedisi pertama Belanda/VOC dilakukan ke pedalaman di Jawa dilaukan tahun 1681. Untuk memasuki wilayah pedalaman yang berpusat di Mataram VOC memulai ekspedisi dari benteng Missier, tiga jam perjalanan dari Tegal. Ekspedisi ke Mataram dipimpin oleh Jacob Couper. Setelah ekspedisi ke Pagaroejoeng, ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong dimulai tahun 1687 yang dipimpin oleh Sersan Pieter Scipio. Ekspedisi dari arah timur Jawa baru dimulai tahun 1706. Ekspedisi Mayor Govert Knol dari Soerabaja menuju pedalaman. Ekspedisi boleh dikatakan sebagai permulaan kolonisasi di wilayah pedalaman.

Ekspedisi-ekspedisi semakin intens dilakukan terutama pasca VOC baik pada era permulaan Pemerintahan Hindia Belanda maupun semasa pendudukan Inggris. Ekspedisi adalah prakondisi munculnya kolonisasi di pedalaman. Namun kolonisasi lambat laun menjadi berifat eksploitatif. Penduduk banyak yang tidak senang dan muncul pemberontakan. Eksesnya terjadi eksodus, suatu tindakan penduduk melarikan diri ke wilayah baru yang lebih aman dan nyaman, seperti ke Semenanjung. Dua wilayah tujuan eksodus penduduk Sumatra ini adalah Negeri Sembilan (Minangkabau) dan Selangor (Mandailing dan Angkola). Pendiri Kota Kuala Lumpur, ibukota negara Malaysia adalah Sutan Puasa, asal Mandailing (lihat Abdur-razzaq Lubis, Penang: Areca Books, 2018).

Kamis, 07 Juni 2018

Sejarah Kota Medan (73): Abdul Moerad, Editor Daulat Ra'jat; Anak Sibolga Diantara Anak Medan Amir Sjarifoeddin dan Sjahrir


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini 

Salah satu tokoh revolusioner yang nyaris tidak pernah ditulis sejarahnya adalah Abdul Moerad. Namanya tenggelam diantara dua nama besar ‘Anak Medan’ Amir Sjarifoeddin dan Soetan Sjahrir. Abdul Moerad dari usia lebih senior seumuran dengan anak Medan lainnya Parada Harahap. Abdul Moerad adalah alumni STOVIA dan kepala editor Daulat Ra'jat, organ partai Pendidikan Nasional Indonesia. Abdul Moerad sebagai penanggung jawab Daulat Rakjat termasuk sejumlah revolusioner Indonesia yang dibuang ke Digoel. Dalam kabinet Sjahrir I, Menteri Keamanan Rakjat adalah Amir Sjarifoeddin, sedangkan posisi Abdul Moerad adalah Wakil Menteri Keamanan Rakjat.

Daulat Ra’jat No. 39 Tahun 2 (10 Oktober 1932)
Tokoh-tokoh revolusioner ‘Anak Medan’ ini sangat besar kontribusinya dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Abdul Moerad kelahiran Sibolga, Parada Harahap kelahiran Padang Sidempoean dan Amir Sjarifoeddin kelahiran Medan. Soetan Sjahrir lahir di Padang Pandjang (ayahnya berasal dari Koto Gadang, Agam dan ibunya berasal dari Kota Natal, Tapanoeli).

Lantas, siapa sesungguhnya Abdul Moerad? Tidak ada yang pernah menulis sejarah Abdul Moerad. Wikipedia sudah memberi laman bagi Abdul Moerad tetapi tidak ada deskripsi. Itu artinya, nama Abdul Moerad sangat penting, tetapi tidak ada yang berhasil menulis sejarahnya. Untuk itu, ada baiknya sejarah Abdul Moerad ditulis. Sebab Abdul Moerad adalah pejuang kemerdekaan yang namanya pantas diabadikan. Mari kita lacak.

Selasa, 29 Mei 2018

Sejarah Kota Padang (51): Riwayat Dua Keluarga Tiga Generasi di Padang; Keluarga Abdoel Hakim dan Keluarga Achmad Saleh


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

Di Kota Padang terdapat dua keluarga yang terbilang hebat, yakni keluarga Abdoel Hakim dan keluarga Achmad Saleh. Dokter Abdoel Hakim memiliki saudara-saudara yang sukses dan ada juga yang dokter; demikian juga, Dokter Achmad Saleh juga memiliki saudara-saudara yang sukses dan ada juga yang dokter. Dua keluarga ini juga sukses dari hulu (generasi pertama) dan juga sukses ke hilir (generasi ketiga). Ayah Abdoel Hakim seorang lulusan sekolah guru (kweekschool), ayah Achmad Saleh juga seorang lulusan sekolah guru (kweekschool). Anak Dr. Abdoel Hakim seorang sarjana hukum, Mr. Egon Hakim; anak Dr. Achmad Saleh juga seorang sarjana hukum, Mr. Chaerul Saleh. Dua sarjana hukum beda generasi ini ini juga sama-sama dekat dengan Ir. Soekarno. Kedua tokoh ini sama-sama memiliki peran penting: Egon Hakim menyelamatkan Ir. Soekarno saat pendudukan Jepang di Padang; Chaerul Saleh dan Adam Malik menculik Soekarno dan Mohammad Hatta jelang proklamasi kemerdekaan RI. Uniknya, Soekarno pada akhirnya (sejak 1963) hanya mempercayai lima orang:: Mr. Chaerul Saleh (bidang ekonomi pembangunan), Adam Malik (perdagangan), Jenderal Abdoel Haris Nasution (pertahanan dan keamanan) dan Mr. Arifin Harahap, adik Amir Sjarifoeddin (anggaran). Pada saat besamaan Chaerul Saleh merangkap Ketua MPR dan Zainul Arifin Pohan sebagai Ketua DPR.

Kota Padang tempo doeloe adalah ibukota Province Sumatra’s Westkust (Provinsi Pantai Barat Sumatra). Saat itu terdiri dari tiga residentie: Residentie Padangsch Benelanden ibukota di Padang; Residentie Padangsch Bovenlanden ibukota di Fort de Kock; dan Residentie Tapanoeli ibukota di Sibolga. Kota-kota utama di provinsi ini, selain yang tiga kota tersebut adalah Sawahloento, Padang Pandjang, Fort van der Capellen, Panjaboengan, Padang Sidempoean dan Batangtoroe. Di kota-kota inilah terbilang adanya orang Eropa/Belanda dan Tionghoa. Oleh karena satu provinsi, warga kota-kota tersebut tanpa halangan berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Demikian juga para pejabat pemerintah, guru, djaksa dan dokter. Oleh karena itu, ketika lulusan ELS Padang Sidempoean sudah memenuhi kuota ke Docter Djawa School (cikal bakal STOVIA), lulusan ELS Padang Sidempoean dapat mengikuti seleksi melalui (persaingan) kuota di Kota Padang (ibarat SBMPTN pada masa ini).

Lantas apakah dua keluarga ini memiliki hubungan kekerabatan? Bagaimana asal-usul mereka, bagaimana riwayat dua keluarga tiga generasi ini berlangsung? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik untuk diperhatikan, hal ini mengingat dua keluarga ini sangat berpengaruh di Residentie West Sumatra. Mari kita lacak.

Jumat, 25 Mei 2018

Sejarah Kota Medan (72): Tokoh Nasional Amir Sjarifoeddin, Dibunuh Oleh Bangsa Sendiri. 1948; Mengapa Jadi Kontroversi?


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini 

Salah satu tokoh terpenting dari Medan di Indonesia adalah Amir Sjarifoeddin Harahap. Lantas mengapa namanya enggan disebut di Medan padahal Amir Sjarifoeddin adalah ‘anak Medan’, lahir dan besar di Kota Medan. Amir Sjarifoeddin tipikal ‘anak Medan’, cerdas pembelajar, berani dan sangat terbuka. Karakter ‘anak Medan’ ini juga dijumpai dalam diri Chairil Anwar.

Amir Sjarifoeddin, semasih remaja di Belanda
Amir Sjarifoeddin pemilik banyak peran yang kerap salah dipersepsikan dan salah penempatannya. Anehnya, dalam sejarah masa kini, peran Amir Sjarifoeddin jika tidak dihilangkan kerap dikerdilkan. Boleh jadi hal ini dikarenakan Amir Sjarifoeddin selalu dibenturkan antara dua hal yang dianggap bertentangan: Anti Jepang vs Anti Belanda, Beragama vs Atheis, Islam vs Kristen, Komunis vs Nasionalis dan lain sebagainya. Yang jelas Amir Sjarifoeddin adalah tokoh penting Kongres Pemuda, sarjana hukum (Mr), pendiri Partai Politik (Gerindo), berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dari dalam penjara, Menteri Informasi, Menteri Keamanan Rakyat, Menteri Pertahanan dan Perdana Menteri RI (kedua). Bahkan portofolio Amir Sjarifoeddin jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Soetan Sjahrir (yang juga anak Medan).  

Lantas mengapa Amir Sjarifoeddin disebut tokoh kontroversi? Nanti dulu, sebelum kita gali habis riwayatnya sejak awal hingga kematiannya. Siapa sejatinya Amir Sajarifoeddin? Pertanyaan inilah yang akan kita telusuri hingga ke awal dan selengkap-lengkapnya. Dengan cara begini, setiap pembaca baru dapat menyimpulkannya sendiri. Mari kita lacak.

Kamis, 17 Mei 2018

Sejarah Kota Padang (50): Dahlan Abdullah, Sekretaris Sumatra Sepakat di Utrecht 1917; Seorang Guru yang Jadi Wali Kota Batavia


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

Dahlan Abdoellah adalah seorang pribumi yang terus maju. Dahlan Abdoellah memulai karir sebagai guru, seorang yang gigih yang dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh guru lainnya yang berjuang sejak era kebangkitan bangsa hingga tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Dahlan Abdoellah
Dahlan Abdoellah seangkatan dengan Tan Malaka di Kweekschool Fort de Kock. Uniknya, kedua guru ini sama-sama melanjutkan studi ke negeri Belanda. Visi dua guru ini tak lepas dari visi Soetan Casajangan, seorang guru yang melanjutkan studi ke negeri Belanda tahun 1905. Dalam perjalanannya, antara Dahlan Abdoellah dan Tan Malaka memilih arah jalan yang berbeda tetapi menuju tujuan yang sama: kemerdekaan bangsa Indonesia. Dahlan Abdoellah di tanah air bergabung dengan Sumatranen Bond dan mengikuti langkah Parada Harahap di PPPKI. Dahlan Abdoellah kemudian terjun ikut berparlemen di dewan kota (gemeenteraad) seperti yang sudah dilakukan Radja Goenoeng di Medan, MH Thamrin di Batavia, Abdoel Hakim Nasution di Padang, RA Admadinata di Bandoeng dan Radjamin Nasution di Soerabaja. Diantara mereka yang pernah menjadi wakil wali kota (bergemeester) adalah MH Thamrin di Gemeente Batavia dan Abdoel Hakim Nasution di Gemeente Padang. Kelak, di era pendudukan Jepang, Dahlan Abdoellah menjadi wali kota di Batavia dan Radjamin Nasution menjadi Wali Kota di Soerabaja (karena hanya di dua kota ini yang diangkat wali kota).

Bagaimana perjalanan Dahlan Abdoellah tentu saja sangat menarik untuk diketahui. Sangat penting bagi generasi muda di zaman now ini untuk melihat kembali kiprah para pendahulu seperti Dahlan Abdoellah yang dapat dijadikan sebagai inspirasi. Mari kita telusuri dari awal karirnya.

Sabtu, 12 Mei 2018

Sejarah Kota Medan (71): Ida Nasution dan Chairil Anwar, Kritikus Sastrawan Terkenal; Ida Nasution Dibunuh Intel Belanda, 1948

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini
 

Banyak sastrawan yang berasal dari Sumatera Utara (Tapanoeli dan Sumatra Timur) yang berkiprah di ibukota (Batavia/Djakarta), tetapi hanya satu yang menekuni esai, yakni Ida Nasution. Sastrawan-sastrawan yang terkenal adalah Merari Siregar, Sanoesi Pane, Armijn Pane, Amir Hamzah, Soetan Takdir Alisjahbana dan Chairil Anwar. Dalam daftar ini masih dapat ditambahkan satu lagi: Mochtar Lubis.

Ida Nasution (1947)
Ida Nasution lahir di Sibolga, Chairil Anwar lahir di Medan. Mereka berdua  semakin matang di Batavia. Charil Anwar menjadi sastrawan dan seorang penyair, Ida Nasution menjadi esais dan seorang kritikus. Banyak syair Chairil Anwar yang cenderung bertema cinta yang diantaranya ingin memikat Ida (Nasution), tetapi Ida Nasution terlalu sibuk mengkritisi para sastrawan yang cengeng. Chairil Anwar tertinggal jauh di belakang ketika Ida Nasution terus berjuang merdeka yang setiap saat diincar para intel/polisi yang bermuka centeng.

Ida Nasution hanya satu diantara laki-laki pada zamannya. Ida Nasution masih hidup di tengah para senior. Ida Nasution seorang diri, penulis berbakat, esais cerdas dan kritikus pemberani. Ketika Ida Nasution sudah dikenal sebagai esais dan kritikus sastra, bahkan HB Jassin belum apa-apa.Ida Nasution berkiprah jauh sebelum muncul Ike Soepomo dan NH Dini. Ida Nasution, diantara laki-laki, hubungannya dengan Chairil Anwar pasang surut. Ida Nasution lupa mengurus ‘kecantikan berbahasa’, dan hanya mengedepankan ‘ketajaman berbahasa’. Karena itu, penulis sejarah sastra kurang memperhatikannya (kalau tidak dikatakan sengaja melupakannya). Untuk itu mari kita gali kiprahnya sebelum semuanya lupa

Sejarah Kota Medan (70): Ibukota Provinsi Sumatera Utara Bermula di Sibolga, 1926; Gubernur Pertama Abdul Hakim Harahap


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota dengan ibukota Medan. Provinsi Sumatera Utara berdiri tidak tiba-tiba dan begitu saja. Provinsi Sumatera Utara telah mengalami proses yang sangat panjang. Awal prosesnya bermula di Sibolga tahun 1845. Setelah itu setahap demi setahap berproses terbentuknya Residentie Oostkust Sumatra dan Residentie Atjeh. Secara politik, nama Sumatra Utara (Noord Sumatra) sudah muncul pada tahun 1926. Pusat pemerintahan berada di Sibolga (Residentie Tapanoeli).

Tapanoeli, Peta 1830
Secara administratif (di era Republik Indonesia) Sumatera Utara menjadi Provinsi, sejatinya baru terbentuk tahun 1951 yang terdiri dari tiga residentie: Tapanoeli, Atjeh dan Sumatera Timur. Pusat pemerintahan di Kota Medan. Residentie Tapanoeli terbentuk di Sumatra’s Westkust (wilayah Pantai Barat Sumatra), sedangkat Residentie Oostkust Sumatra terbentuk di Sumatra’s Oostkust (wilayah Pantai Timur Sumatra). Ibukota pertama wilayah Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) bermula di Tapanoeli; sedangkan ibukota pertama wilayah Pantai Timur Sumatra (Sumatra’s Oostkust) bermula di Bengkalis. Residentie Atjeh terbentuk sejak berakhirnya Perang Atjeh.

Bagaimana proses pembentukan administrasi dan pemerintahan di Sumatra Utara berlangsung? Itu yang menjadi pertanyaan. Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara (hingga sekarang) adalah akhir dari proses, awal prosesnya dimulai dari Sibolga. Pemahaman ini abai dalam Sejarah Sumatera Utara. Untuk meningkatkan pengetahuan kita, mari kita telusuri ke masa lampau.

Selasa, 01 Mei 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (6): Soekarno, George Washington van Indonesia ke Amerika Serikat 1956; Parada Harahap, The King of Java Press ke Jepang 1933


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Hanya ada dua orang Indonesia yang pernah mendapat nama julukan terhormat dari luar negeri. Yang pertama adalah Parada Harahap tahun 1933 dijuluki oleh pers Jepang sebagai The King of Java Press (De Indische courant, 29-12-1933). Yang kedua adalah Soekarno dijuluki oleh pers Amerika Serikat tahun 1956 sebagai George Washington van Indonesia (De nieuwsgier, 16-05-1956). Julukan ini sangat beralasan. Parada Harahap menyatukan Boedi Oetomo (Jawa) dalam Indonesia melawan imperialis kolonial Belanda. Selanjutnya, Soekarno memimpin Indonesia untuk menyatukan dunia melawan paham imperialis. Parada Harahap memimpin orang Indonesia pertama ke Jepang, 1933 dan kemudian Soekarno memimpin pemerintah Indonesia pertama ke Amerika Serikat, 1956. Parada Harahap adalah mentor politik praktis Ir. Soekarno.

Tiga orang revolusioner pertama Indonesia
Parada Harahap dan Soekarno adalah dua tokoh revolusioner yang sangat dekat (bersahabat karib) satu sama lain. Soekarno pada tahun 1927 kerap datang dari Bandoeng bertandang ke Gang Kenari untuk menemui Parada Harahap. Mereka berdua adalah musuh berat intel dan polisi Pemerintah Hindia Belanda. Parada Harahap, jauh sebelum Indonesia merdeka memprovokasi Belanda dengan memimpin tujuh orang Indonesia ke Jepang tahun 1933. Setali tiga uang: dalam kasus pembebasan Irian Barat, Soekarno juga memprovokasi Belanda dengan berkunjung ke Amerika Serikat tahun 1956.

Bagaimana kisah persahabatan dua tokoh utama revolusioner Indonesia ini sejak muda hingga tua? Parada Harahap adalah mentor politik praktis Soekarno. Parada Harahap sejak 1927 telah menggadang-gadang Soekarno dan Hatta untuk menjadi pemimpin Indonesia. Dan, itu terbukti. Pada tahun 1954, ketika Indonesia belum memiliki Rencana Pembangunan (baca: Repelita), Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta mengangkat Parada Harahap untuk memimpin delegasi Indonesia untuk studi banding ke 14 negara di Eropa (minus Belanda). Hasil laporan studi banding ini menjadi buku Repelita pertama Indonesia. Pada tahun 1956 giliran Soekarno yang memimpin Indonesia ke Amerika Serikat.

Sejarah Menjadi Indonesia (5): Sejarah Hari Buruh Sejak Kolonial Belanda; Deli Poenale Sanctie 1889 dan May Day di Djakarta 1952


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Hari ini adalah hari libur nasional, tanggal 1 Mei yang merupakan Hari Buruh (May Day). Penetapan hari libur baru ditetapkan kembali sejak tahun 2013 berdasarkan Peraturan Presiden. Hari Buruh sebagai hari libur pernah diberlakukan pada era pemerintahan Soekarno.

Staatsblad van Nederlandsch Indie No 23, 1929
Ini mengindikasikan bahwa di era Kemerdekaan (RI) cara pandang setiap rezim pada hari buruh berbeda. Pada era rezim Soeharto hari buruh tidak berlaku. Hal ini juga ternyata cara pandang yang berbeda terjadi pada era kolonial Belanda.

Sejarah Hari Buruh di Indonesia (baca: Hindia Belanda) sejatinya baru dimulai tahun 1929. Hal ini karena pemerintahan Hindia Belanda dianggap telat meratifikasi konvensi ‘May Day’. Namun May Day di Hindia Belanda hanya berlaku bagi orang Eropa saja. Bagaimana dengan buruh pribumi?. Sangat memilukan apa yang dikenal sejak penerapan Poenalie Sanctie di Deli tahun 1889. Bagaimana Parada Harahap berinisiatif membongkar Poenale Sanctie di Deli perlu diperhatikan. Mari kita telusuri.

Minggu, 29 April 2018

Sejarah Jakarta (26): Tempe, Makanan Kuno Asli Indonesia Dipopulerkan Prof Dr Jansen (1927); Kini, Tempe Semakin Mendunia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Tempe sebagai makanan dianggap tidak penting jelas keliru. Tempe sudah diketahui sejak lama sebagai makanan bergizi. Dalam sejarahnya, makanan tempe sesungguhnya telah banyak menyelamatkan penduduk dari bahaya kekurangan gizi yang menyebabkan kematian. Makanan tempe juga telah memberi kontribusi besar dalam menghemat anggaran (pemerintah). Tempe memiliki kekuatannya sendiri. Pentingnya makanan bukan ditentukan harganya melainkan nilai nutrisinya. Karena itu, tempe sudah sejak lama dijadikan solusi.

Prof. Dtr BCP Jansen (1927)
Pada masa kini, tempe sudah semakin mendunia. Produksi tempe tidak hanya di Indonesia, juga sudah ditemukan di Jepang dan Prancis. Meski banyak orang terkesan malu-malu, tempe telah menjadi salah satu diet yang cukup sehat di jaman penyakit generatif ini. Para vegetarian kini melihat tempat sebagai makanan mewah. Pada waktunya, tempe akan menjadi cara hidup dan gaya hidup. Dulu, tempe memiliki perbedaan relatif terhadap daging, tapi kini, tempe memiliki perbedaan relatif dengan gizi yang sehat. Inilah kekuataan tempe yang akan menjadi cara hidup dan gaya hidup cerdas di zaman now.

Bagaimana sejarah tempe sebagai makanan bergizi tidak pernah ditulis secara komprehensif. Padahal tempe adalah keseharian kita di Indonesia. Tempe sendiri dalam menu makanan sejak nenek moyang kita hingga ini hari tidak pernah putus. Lantas mengapa sejarah tempe terputus. Mari kita sambung lagi sejarah tempe.

Sabtu, 28 April 2018

Sejarah Kota Medan (69): Asal Usul Istilah Preman, Suatu Kegiatan Diluar Dinas; Kini Berubah Makna Menjadi Identik Kriminal


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini preman kerap dikaitkan dengan seseorang yang dikaitkan (perbuatan kriminal). Misalnya seorang preman memalak di pinggir jalan; entaskan premanisme; seorang preman ditembak polisi; di kampung itu banyak preman; antar preman berkelahi dan sebagainya. Sementara preman pada masa lampau tidak dihubungkan dengan tindakan kriminal. Akan tetapi justru dikaitkan dengan hal yang baik.

Sair Atjeh, 1874
'Preman’ adalah kosa kata kuno. Kosa kata itu tidak ditemukan dalam bahasa Inggris maupun bahasa Belanda. Kosa kata ‘preman’ justru sudah ditemukan lebih awal dalam bahasa lain, misalnya bahasa Sanskerta yang artinya ‘cinta’ (A Sanskrit-English Dictionary, 1872). Pada masa ini, menurut KBBI: preman /pre·man/  adalah: 1. partikelir; swasta; 2. bukan tentara; sipil (tentang orang, pakaian, dan sebagainya); 3. kepunyaan sendiri (tentang kendaraan dan sebagainya); orang -- , orang sipil, bukan militer; mobil -- , mobil pribadi (bukan mobil dinas); pakaian -- , bukan pakaian seragam militer.

Sementara itu dalam berbagai tulisan ada anggapan kosa kata preman berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Padahal kanyataannya tidak. Kosa kata ‘preman’ tidak ada kaitannya dengan ‘freeman’ (bahasa Inggruis) maupun ‘vrije’ (bahasa Belanda). Lantas sejak kapan kosa kata preman muncul? Bagaimana pula istilah preman bergeser makna. Perlu ditelusurim mari kita lacak.

Jumat, 27 April 2018

Sejarah Jakarta (25): KERAK TELOR, Dulu Namanya KERAK KETAN; Sejarah Buku Masakan Indonesia dan Satiaman P. Harahap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Kerak telor adalah makanan asli Betawi. Jenis makanan ini meski sudah tergolong tua, tetapi hingga ini hari masih eksis dalam daftar kuliner khas Betawi. Apa hebatnya? Itu dia. Namun setelah dilacak ke masa lampau, ternyata kerak telor tidak dikenal. Yang ada adalah kerak ketan. Lantas mengapa kini kerak ketan disebut kerak telor? Nah, itu dia.

Tukang kerak telor (wikipedia)
Makanan asli dan makanan khas beda. Makanan asli adalah makanan yang bersifat lokal yang tercipta dari masyarakat setempat. Sedangkan makanan khas adalah makanan yang umumnya dikonsumsi oleh komunitas masyarakat setempat relatif terhadap komunitas masyarakat lainnya. Kerak ketan atau kerak telor adalah makanan asli dan juga makanan khas Betawi.

Selama ini, di berbagai media, kerak telor atau kerak ketan disebutkan sudah ada sejak era kolonial. Akan tetapi itu tentu tidak cukup informatif. Untuk itu, mari kita tinjau kembali, sejak kapan kali pertama keberadaan kerak telor dilaporkan? Paling tidak upaya itu akan menambah pengetahuan kita dalam memahami sudah seberapa tua makanan khas yang satu ini.

Selasa, 24 April 2018

Sejarah Singapura (1): Sejarah Awal Sepak Bola di Singapura, Terbilang Tua di Asia; Inggris Cepat Adaptif, Belanda Masih Ragu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini

Permainan sepak bola di Singapura bukanlah baru. Bahkan terbilang awal di Asia Tenggara jika dibandingkan dengan negara lainnya. Setelah permainan sepak bola diterima di Penang dan Singapura oleh orang-orang Inggris baru menyusul muncul permainan sepak bola bagi orang-orang Belanda di kota-kota lain, seperti Medan, Batavia, Semarang dan Soerabaja. Orang-orang Inggris dan orang-orang Belanda yang memperkenal sepak bola di Asia Tenggara.  

Esplanade di Singapura, 1890
Hari ini Persija Jakarta akan bertandingan dengan klub Tampines Rovers di Stadion Jalan Besar, Singapura. Pertandingan yang sangat menentukan bagi Persija untuk lolos pada fase grup Piala AFC 2018. Tidak hanya itu, suporter Persija, Jakmania dalam jumlah banyak akan ikut mendampingi tim ke Singapura. Sebelumnya, suporter klub JDT dari Johor Malaysia mendukung timnya di SGBK Jakarta. Ini satu fenomena baru pada masa kini dalam sepak bola Asia Tenggara.

Lantas bagaimana sejarah awal sepak bola di Singapura? Informasi ini sangat sulit ditemukan hari ini. Padahal sejatinya, Singapura terbilang paling awal untuk urusan (permainan) sepak bola di Asia Tenggara. Sambil menunggu pertandingan antara Persija vs Tampines Rovers ada baiknya kita menengok ke belakang pada masa lampau, bagaimana sepak bola di Singapura bermula.

Senin, 23 April 2018

Sejarah Jakarta (24): Asal Usul Nama Tempat di Jakarta; Banyak Keliru, Keliru karena Kurangnya Upaya Pencarian Data


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Asal usul nama tempat di berbagai kota di Indonesia sudah banyak diceritakan. Tapi tampaknya masih diceritakan dengan asal usil yang keliru. Itu dapat dimaklumi, karena ada ambisi kuat untuk menceritakan tetapi lemah dalam menunjukkan bukti. Dalam bahasa sekarang: nafsu besar tenaga kurang. Namun ambisi adalah ambisi, bagaimana munculnya nama tempat, dengan jalan pintas hanya didasarkan pada arti dan kedekatan arti dari nama tersebut.  

Pemukiman (perkampungan) di Batavia, 1860
Upaya menceritakan asal usul nama tempat pada masa ini banyak yang keliru, keliru karena kurangnya data pendukung. Seharusnya menceritakan asal usul nama tempat berdasarkan informasi yang akurat, siapa yang menceritakan dan tahun-tahun tertua ketika diceritakan. Lebih baik menyebutkan ‘tidak/belum diketahui’ daripada harus dipaksakan seolah-olah sudah diketahui.

Sejarah asal usul nama-nama tempat di Jakarta tentu saja menjadi pusat perhatian yang menarik. Sebab nama-nama tempat di Jakarta sudah sangat dikenal di seluruh Indonesia, sebut saja Senen, Senayan, Kemayoran, Kebayoran, Tanah Tinggi, Tanah Abang dan lain sebagainya. Mari kita mulai sejarah asal usul Kemayoran.

Sabtu, 21 April 2018

Sejarah Kota Medan (68): Bika Bukan Asli Medan, Nama Kue Bika Ambon Sudah Ada Sejak Dulu di Semarang; Bika Asli Sunda?


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Bika Ambon, pada masa ini sangat dikenal di seluruh Indonesia. Nama bika Ambon akan selalu dikaitkan dengan kota Medan. Sebab, sudah sejak lama kue bika Ambon diakui sebagai oleh-oleh khas dari Kota Medan. Di Kota Ambon sendiri tidak dikenal produk makanan tersebut. Lantas mengapa nama kue bika dari Kota Medan disebut bika Ambon. Rumah produksi kue bika Ambon di Medan ini banyak ditemukan di Jalan Majapahit. Bika Ambon rasanya manis.

Kue bika Ambon (wikipedia)
Jika ditanyakan, tidak seorangpun pembuat kue bika Ambon di Medan mengetahui asal-usul munculnya produksi kue bika di Medan. Mereka juga tidak mengetahui mangapa nama penganan (kue) ini disebut bika Ambon. Peluang ini kemudian dimanfaatkan oleh para pembuat cerita. Ada yang menyebut bahwa kue bika Ambon terilhami dari kue khas Melayu. Lalu nama Ambon muncul karena kali pertama dijual dan popular di Jalan Ambon Kota Medan (lihat Wikipedia). Namun cerita itu hanyalah cerita. Faktanya tidak ada.

Nama bika Ambon kadung sudah terkenal. Tidak hanya terkenal di Medan, juga dikenal luas hingga ke Padang, Jakarta, Depok, Bandung, Semarang dan bahkan Ambon. Oleh karena itu, tentu saja akan banyak orang yang terus bertanya-tanya bagaimana asal usul kue yang rasanya legit ini diproduksi di Medan, namanya pula Ambon. Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita telusuri. Kasus serupa juga pernah dalam hal asal usul lemang.