Jumat, 18 Januari 2019

Sejarah Jakarta (34): Perpindahan Ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta, 1946 Tidak Seperti Diceritakan; Ini Fakta Sebenarnya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disin

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia (RI) 17 Agustus 1945 ibukota negara ditetapkan di Djakarta. Namun dalam perkembangannya, karena alasan situasi ibukota Djakarta tidak aman lalu ibukota RI dipindahkan ke Djogjakarta pada awal Januari 1946. Ibukota RI di Djogjakarta berlangsung selama era perang hingga hingga terjadinya agresi militer Belanda kedua. Djogjakarta yang diduduki oleh militer Belanda sejak 19 Desember 1948 menyebabkan ibukota RI berakhir.

Het dagblad, 07-01-1946
Dalam berbagai media disebutkan bahwa pada tanggal 3 Januari 1946, diadakan rapat pemindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta. Disebutkan bahwa Soekarno mengatakan: ‘Kita akan memindahkan ibu kota besok malam. Tidak ada seorang pun dari saudara boleh membawa harta benda. Aku juga tidak’. Juga disebutkan dalam berbagai media bahwa perpindahan dari Jakarta ke Yogyakarta tanpa diketahui NICA karena takut Soekarno dan seluruh pejabat RI akan dibunuh. Setelah gelap, sebuah gerbong kereta dan lokomotif yang dimatikan lampunya berhenti di belakang rumah Soekarno yang terletak di pinggir rel. ‘Dengan diam-diam, tanpa bernapas sedikit pun, kami menyusup ke gerbong. Orang-orang NICA menyangka gerbong itu kosong," kata Soekarno menggambarkan ketegangan saat itu. Lebih lanjut disebutkan Soekarno mengatakan bahwa ‘Seandainya kami ketahuan, seluruh negara dapat dihancurkan dengan satu granat. Dan kami sesungguhnya tidak berhenti berpikir apakah pekerjaan itu akan berlangsung dengan aman. Sudah tentu tidak. Tetapi republik dilahirkan dengan risiko. Setiap gerakan revolusioner menghendaki keberanian’. Masih dalam berbagai media disebutkan bahwa pada tanggal 4 Januari 1946, kereta api yang membawa Soekarno dan rombongan ke Yogyakarta di malam buta. Semua penumpang diliputi ketegangan. Tapi rupanya Tuhan memberikan kekuatan pada rombongan kecil itu mencapai Yogyakarta.  

Lantas apakah cerita tersebut sepenuhnya benar? Itu yang ingin diklarifikasi dengan membuka sumber-sumber lama. Pada saat itu sudah terdapat sejumlah media (surat kabar dan majalah Indonesia) tetapi baru ada satu surat kabar asing. Surat kabar asing tersebut terbit di Batavia yakni Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. Oleh karena akses data artikel ini menelusuri berita hari demi hari di dalam surat kabar Het dagblad ditambah surat kabar lainnya. Mari kita telusuri.

Selasa, 15 Januari 2019

Sejarah Yogyakarta (5): Gunung Merapi dan Daftar Panjang Letusan; Ekspedisi Pertama 1820 oleh Nahuijs dan Merkus (Jung Huhn)


* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Gunung Merapi di Yogyakarta (juga terlihat dari Solo) adalah salah satu gunung di Jawa yang terbilang aktif dari dulu hingga kini. Di era VOC/Belanda, letusan gunung Merapi kali pertama dicatat pada tahun 1760. Gunung Merapi yang berada di sekitar penduduk yang padat ini selalu menjadi menarik perhatian. Tidak hanya penduduk di sekitar gunung, juga orang-orang Eropa/Belanda.

Bataviasche courant, 14-10-1820
Pada tahun 1820 Residen Soeracarta HG Nahuijs penasaran dengan indahnya gunung Merapi tetapi selalu membuatnya was-was. HG Nahuijs lalu berkekuatan hati untuk ‘memanjat’ gunung Merapi. HG Nahuis yang berpangkat kolonel tersebut tidak sendiri tetapi juga mengajak tiga temannya untuk melihat langsung kawah gunung Merapi. Tiga temannya itu adalah S van de Graaf, P. Merkus en  H. Mac Gillavry. Pada pagi tanggal 9 September 1820 HG Nuhuijs bersama tiga temannya plus 76 orang Jawa untuk membantu memulai ekspedisi ke gunung tersebut. Mereka berhasil hingga ke puncak gunung.. Pieter Merkus kelak menjadi Gubernur Jenderal (1841–1844). Pieter Merkus pada tahun 1840 merekrut FW Jung Huhn untuk meneliti dan memetakan geologi dan botani di Tanah Batak. Setelah menyelesaikan bukunya berjudul Die Battaländer auf Sumatra, Jung Huhn melakukan pemetaan gunung-gunung di Jawa, termasuk gunung Merapi. Satu tanaman asli Indonesia pinus ditemukan Jung Huhn di Sipirok (Tapanuli Selatan). Nama tanaman ini lalu diabadikan namanya dengan Pinus merkusii Jungh, yang mengambil nama Pieter Merkus dan Jung Huhn. Pieter Merkus meninggal di Soerabaja (1844) yang diduga disebabkan malaria. FW Jung Huhn membawa pohon kina dari Brasil dan mengembangkannya di Preanger. Jung Huhn meninggal di Lembang (1864).

Lantas bagaimana sejarah gunung Merapi selanjutnya? Gunung Merapi nyaris tidak ada matinya. Gunung Merapi telah banyak menimbulkan korban, tetapi juga gunung Merapi telah memberi manfaat. Untuk melengkapi sejarah gunung Merapi, ada baiknya disusun daftar panjang letusan yang pernah terjadi. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo dulu.

Senin, 14 Januari 2019

Sejarah Yogyakarta (4): Fakta Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dan Agresi Militer Belanda 19 Desember 1948


* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Ada dua tanggal penting kejadian di Yogyakarta pada era perang kemerdekaan RI: Tanggal 19 Desember 1948 dan tanggal 1 Maret 1949. Kejadian-kejadian di seputar dua tanggal tersebut hingga kini masih menjadi perdebatan. Perdebatan yang muncul bukan di kalangan orang Belanda tetapi justru di kalangan orang Indonesia masa kini. Di kalangan Indonesia, duduk soal kejadian tanggal 1 Maret 1949 bukan pada peristiwa yang terjadi tetapi siapa yang menjadi inisiator serangan tersebut. Pada era Orde Baru, nama Suharto mengemuka dalam hal ini. Akan tetapi tidak semua orang sepakat. Kontroversi muncul di era Reformasi (termasuk reformasi sejarah).

Kontroversi lainnya adalah kejadian-kejadian pada tanggal 19 Desember 1948, tanggal kapan militer Belanda melakukan pendudukan di Yogyakarta. Kontroversi yang terjadi bukan di kalangan Indonesia, tetapi di dunia internasional. Salah satu peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Maret bahkan membuat Dewan Kemanaan PBB marah besar dan meminta Kerajaan Belanda melakukan investigasi sesegera mungkin. Seperti kita lihat nanti, Kerajaan Belanda di Den Haag menggelar segera pengadilan darurat. Lantas kontroversinya dimana? Peristiwa yang dibicarakan dunia internasional ini tidak dimasukkan dalam sejarah Indonesia masa kini.

Dua peristiwa tanggal 19 Maret 1948 (yang disebut Agresi Militer Belanda II) dan tanggal 1 Maret 1949 (Serangan Umum oleh Republiken), faktanya dapat diikuti di dalam pemberitaan surat kabar hari demi hari. Dalam penulisan sejarah Indonesia, berita-berita ini dapat dianggap lebih otentik karena diberitakan apa adanya (belum masuk angin). Lalu seperti apa duduk perkaranya? Mari kita sarikan dari berita-berita di seputar tanggal tersebut: bad news, good news.

Kamis, 10 Januari 2019

Sejarah Yogyakarta (3): Nama Jalan Tempo Dulu di Yogyakarta, Malioboro Paling Tua; Kini Ada Nama Pajajaran dan Siliwangi


* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Pada masa kini, di Yogyakarta terdapat nama jalan hampir 500 buah. Itu semua bermula dari tiga nama jalan: Residentie, Petjinan dan Malioboro. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota, nama-nama jalan baru terus bertambah. Namun nama-nama jalan itu diubah sejak pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Hanya satu nama jalan yang tetap abadi, yakni Jalan Malioboro.
.
Peta Yogyakarta (1903)
Sementara nama jalan terus bertambah, soal penggantian nama jalan di Yogyakarta tidak hanya berhenti pada tahun 1950. Baru-baru ini terdapat enam nama jalan yang diganti dengan nama jalan yang baru, yakni: Majapahit, Pajajaran, Siliwangi, Brawijaya, Ahmad Yani dan Wirjono Prodjodikoro. Lantas mengapa nama-nama jalan Majapahit, Pajajaran, Siliwangi dan Brawijaya baru sekarang? Jawabnya: Karena di Kota Bandung dan Kota Surabaya juga ada pergantian nama jalan,

Mengapa tidak ada daftar nama jalan tempo dulu di Yogyakarta yang dapat dibaca pada masa ini? Tentu saja bukan karena tidak tersedia data. Masalahnya adalah tidak ada yang tertarik untuk menulisnya. Padahal nama-nama jalan tempo dulu adalah suksesi nama jalan masa kini. Nama jalan tempo dulu lahir berproses secara alamiah. Sifat alamiah ini adalah filosofi (karakter) awal tumbuhnya sebuah kota. Untuk itu mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 05 Januari 2019

Sejarah Yogyakarta (2): Sejarah Asal Usul Nama Jalan Malioboro di Yogyakarta; Nama Gedung, Penamaan Jalan Braga Bandung


* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Nama jalan Malioboro di Yogyakarta, bukanlah nama jalan kuno, tetapi juga bukan nama jalan baru. Nama Jalan Malioboro sudah eksis di era kolonial Belanda. Nama jalan Malioboro tidak hanya terkenal di Yogyakarta tetapi di seluruh Indonesia. Hal ini juga di Bandung, nama jalan yang juga sangat dikenal yakni Jalan Braga. Hanya dua nama jalan ini di Indonesia yang tetap populer sejak era kolonial Belanda hingga masa kini.

Nama jalan adalah penanda navigasi di dalam kota. Nama jalan terkenal selalu menjadi starting point. Nama jalan terkenal yang sudah eksis sejak tempo doeloe kerap dijadikan sebagai heritage. Sebagaimana jalan Braga di Bandung, nama jalan Maliboro di Yogyakarta juga suatu heritage. Memang ada nama jalan di sejumlah tempat yang menjadi heritage, seperti Jembatan Merah di Surabaya, jalan Multatuli di Medan dan jalan  Kramat dan jalan Salemba di Jakarta. Namun nama jalan Braga dan nama jalan Malioboro memiliki daya tarik sendiri. Karena itu, sebagaimana jalan Braga di Bandung, nama jalan Malioboro selalu lebih populer dibanding nama-nama jalan lainnya.

Lantas bagaimana asal usul nama Malioboro di Yogyakarta? Pertanyaan ini memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mangapa nama jalan tersebut, terusan jalan utara Kraton Yogyakarta, disebut nama Malioboro? Lalu mengapa kita tetap mengusutnya. Hal itu karena masih banyak yang bertanya-tanya. Artikel ini mendeskripsikan asal usul mengapa nama jalan di Yogyakarta disebut Malioboro.

Jumat, 04 Januari 2019

Sejarah Menjadi Indonesia (14): Sejarah Hoax, Hoaks Indonesia; Dari Era Kolonial Tempo Dulu Hingga Merdeka Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin
 

Akhir-akhir ini, di era ‘medsos’ zaman now teknologi komunikasi dan informasi, hoax atau hoals (kabar bohong)  menjadi hal yang banyak dibicarakan tetapi mengandung potensi laten perdebatan dan bahkan perseteruan. Isu hoax di zaman now sudah bersifat global. Namun hoax bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi perilaku kuno, tetapi di era teknologi digital zaman bow, hoax menjadi menguntungkan di satu pihak tetapi menghancurkan di pihak lain. Sebab hoax masa kini, daya gelindingnya sangat luas mulai dari ibukota hingga desa-desa terpencil dan penetrasinya juga sangat lebar mulai dari pejabat publik hingga ke orang yang bersahaja buta huruf.

Kamus Belanda, 1863
Ada perbedaan mendasar hoax di era kolonial Belanda dengan era masa kini. Pada era masa kini, zaman now, ada kecenderungan hoax sebagai sesuatu yang tidak ada atau sesuatu yang belum terjadi, lalu diada-adakan atau dijadi-jadikan. Pada era kolonial Belanda, hal seperti itu jarang dikomunikasikan, Hoax pada era itu, kecenderungannya adalah sesuatu yang ada atau yang terjadi lalu dibesar-besar. Perbedaan skala dalam hal membesar-besarkan dari hal yang kecil mengindikasikan luasnya permasalahan yang ingin dicapai si pembuat hoax. Si pembuat hoax dalam hal ini bisa seorang pejabat Belanda, maupun seorang pemimpin lokal yang berseberangan. Perbedaan mendasar lainnya, pada era tempo doeloe, zaman old dengan era masa kini, zaman now adalah bahwa tempo doeloe si pembuat hoax dapat diidentifikasi siapa, paling tidak menyebut nama samaran yang dapat dilacak, sedangkan pada zaman now si pembuat hoax menyembunyikan diri (alibi).    

Lantas bagaimana hoax disikapi oleh semua penduduk Indonesia yang semakin metropolitan. Itu satu hal. Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah bagaimana hoax tempo doeloe di Indonesia telah bertransformasi sedemikian rupa menjadi hoax jenis baru yang menakutkan seluruh ummat, Lalu bagaimana perbedaan hoax pada masa doeloe zaman old dengan hoax pada masa kini zaman now. Hoaks pada tempo doeloe era kolonial Belanda cenderung searah antara orang Belanda/Eropa dengan pribumi, antara penjajah dengan penduduk yang terjajah. Tentu saja ada hoaks dari para oknum zending.

Minggu, 30 Desember 2018

Sejarah Jakarta (33): Sejarah Anak Gunung Krakatau Sejak 1883, Lahir Di Dasar Laut; Tumbuh Tinggi, Kini Longsor Jadi Tsunami


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Gunung Krakatau di tengah laut di Selat Sunda meletus tahun 1883. Akibat letusan itu, gunung Krakatau di atas permukaan laut hanya tersisa sebagian kecil. Namun kawah yang berada di dasar laut terus bekerja hingga ini hari. Kawah yang sudah berasal dasar laut inilah yang kemudian memunculkan gunung baru di atas permukaan laut yang kini dikenal sebagai Anak Gunung Krakatau.

Ayah, Ibu dan Anak keluarga gunung Krakatau di Selat Sunda
Gunung Anak Krakatau pada hari Sabtu 22 Desember 2018 diduga telah longsor, lalu diduga telah menimbulkan tsunami dan menyebabkan korban jiwa dan kerusakan di sepanjang pantai terdekat seperti Tanjung Lesung. Berita tsunami yang dikaitkan dengan aktivitas Anak Krakatau segera menjadi berita dunia. Menurut perkiraan PVMBG/ESDM hari-hari terakhir ini, setelah Anak Krakatau meletus ketinggiannya telah berkurang dari 338 meter di atas permukaan laut (MDPL) menjadi 110 MDPL.

Anak Krakatau haruslah dipahami ‘lebih galak’ dari ibunya, sebab Anak Krakatau mengikuti gen ayahnya. Oleh karena itu, aktivitas Anak Krakatau haruslah tetap diwaspadai. Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883, sejatinya yang meledak adalah ayah dari Anak Krakatau, sedangkan ibunya masih tenang-tenang saja hingga ini hari. Lantas, bagaimana sesungguhnya riwayat keluarga gunung Krakatau tersebut. Untuk memahaminya, mari kita telusuri ke sumber-sumber tempo dulu.

Rabu, 26 Desember 2018

Sejarah Makassar (16): Letusan Gunung Tambora di Bima Terdengar di Makassar, 5 April 1815: Bagaimana Cara Membuktikan Letusan Berasal dari Gunung Tambora?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini

Gunung Tambora di Bima mulai meletus tanggal 5 April 1815. Suara letusan yang terdengar di Makassar dari arah selatan pada tanggal tersebut tidak mengetahui datangnya dari mana dan disebabkan oleh apa. Orang-orang di Makassar mengira sebuah tembakan kanon yang dahsyat. Sementara di Soerabaja umumnya orang mengira suara letusan itu berasal dari Lumajang. Sedangkan orang-orang di Banyuwangi yakin suara letusan pada tanggal yang sama berasal dari (letusan) gunung Rawoeng. Darimana suara letusan berasal masih simpang siur. Suara letusan itu juga dilaporkan terdengar hingga Batavia dan Bangka.

Java government gazette, 20-05-1815
Pada tahun 1815 alat komunikasi baru pada tingkat awal (surat dan lisan). Kantor pos hanya terdapat di kota-kota utama tetapi belum ada teknologi telegraf. Tentu saja kantor yang mengurusi gunung vulkanik (semacam PVMBG) belum ada, Namun suara itu sangat kuat, bahkan terdengar sangat jauh hingga ke Batavia dan Banca (Bangka). Kesulitan mendeteksi suara letusan gunung menjadi masalah. Perbedaan penafsiran menjadi masalah tersendiri. Itulah sejarah awal kegunungapian dan mitigasi bencana di Indonesia (baca: sejak era kolonial Belanda). Kejadian tsunami beberapa hari lalu di Banten, juga memiliki masalah tersendiri. Sebab, pemicu terjadinya tsunami belum diketahui secara pasti meski tingkat teknologi sudah jauh meningkat jika dibandingkan tingkat teknologi pada tahun 1815. Setiap era memiliki masalah sendiri-sendiri.

Lantas bagaimana cara menyelidiki dan membuktikan suara letusan gunung api yang dilakukan ketika gunung Tambora meletus kali pertama pada tanggal 5 April 1815, tetapi tidak seorang pun mengetahuinya? Ini jelas suatu pertanyaan menarik. Ketika suara letusan itu terdengar di Makassar, suatu ekspedisi segera dikirim ke selatan untuk meninjaunya. Bagaimana ekspedisi ini bekerja, siapa yang memimpin ekspedisi dan bagaimana membuktikan bahwa suara letusan itu benar-benar berasal dari gunung Tambora adalah suatu pertanyaan yang menarik untuk diketahui. Artikel ini akan mendeskripsikannya berdasarkan laporan yang dimuat surat kabar Java government gazette edisi 20-05-1815.

Selasa, 25 Desember 2018

Sejarah Jakarta (32): Fakta Letusan Gunung Krakatau Sebenarnya, 1883; Di Batavia Juga Terjadi Tsunami, Gelap Gulita Siang Hari


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
 

Gunung Krakatau meletus kembali. Beberapa hari yang lalu, letusan gunung Krakatau telah menyebabkan tsunami. Hingga hari ini jumlah korban belum final. Letusan gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami sekarang mengingatkan kita kembali untuk membuka sejarah lama, yakni: meletusnya gunung Krakatau tahun 1883. Kejadian itu dianggap suatu peristiwa besar di masa lampau.

Bataviaasch handelsblad, 27-08-1883
Indonesia adalah wilayah cincin api Pasifik. Oleh karena itu, Indonesia termasuk wilayah rawan kejadian gempa dan tsunami. Sejak era VOC, sudah tak terhingga banyaknya kejadian gempa di Indonesia, bahkan beberapa diantaranya telah menyebabkan tsunami. Gempa adalah faktor penting penyebab tsunami. Letusan gunung Krakatau beberapa hari lalu diduga telah menyebabkan terjadinya gempa yang mengakibatkan timbulnya longsor yang mana terangkatnya permukaan air laut yang pada gilirannya mengirim tsunami ke pantai terdekat. Kejadian tsunami di Selat Sunda tersebut dianggap sangat langka dan secara cepat menjadi perhatian dunia. .  

Bagaimana kejadian meletusnya gunung Krakatau tahun 1883 tidak terinformasikan secara jelas. Memang kejadiannya telah ditulis dalam berbagai versi, tetapi informasinya sangat minim dan bahkan cenderung kabur, bagaikan melihat bintang kecil di kejauhan. Kita, pada masa kini, kita ingin melihat kejadian tahun 1883 seakan melihat bulan purnama yang sangat dekat di mata. Untuk itu, mari kita telusuri sumber tempo dulu, untuk mendeskripsikan letusan gunung Krakatau dan kejadian-kejadian yang sebenarnya: lengkap dan akurat.

Minggu, 23 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (6): Sejarah Gempa di Ambon, Tsunami 1754 Hancurkan Benteng Victoria; Catatan Gempa Sejak Era VOC


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Gempa dan tsunami adalah suatu peristiwa alam yang kerap menimbulkan bencana. Suatu peristiwa alam yang dapat berulang. Kejadian gempa dan tsunami dapat terjadi dimana-mana. Tidak hanya dulu, tetapi juga pada masa kini. Gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kita tetap harus waspada. Sebab, kewaspadaan adalah cara untuk menghindar atau meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh gempa dan tsunami.

Oprechte Haerlemsche courant, 10-06-1755
Kemarin malam telah terjadi tsunami di Anyer, Banten. Hari ini muncul kekhawatiran baru, karena gelombang laut diinformasikan meninggi kembali. Peristiwa tsunami di Selat Sunda yang terjadi kemarin malam terbilang langka, sebab tidak didahului oleh air surut. Akan tetapi yang terjadi, gelombang tinggi pada malam hari telah menyapu pantai hingga ke darat yang kemudian diketahui menyebabkan korban dan kerusakan. Ketika sedang menulis serial artikel Sejarah Ambon ini ada baiknya melihat sejarah gempa dan tsunami di Ambon di masa lampau. Sejarah gempa dan tsunami di Ambon ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman kita tentang sejarah gempa dan tsunami di Indonesia.   

Kota Ambon juga di masa lampau telah tercatat sebagai suatu tempat yang kerap terjadi gempa dan bahkan di Kota Ambon pernah diinformasikan pernah terjadi tsunami. Namun bagaimana sejarah gempa di Ambon masih perlu kita pahami lebih mendalam. Sebagaimana gempa dan tsunami dapat berulang, memahami perilaku gempa dapat menjadi salah satu untuk menghindari atau meminimalkan akibat yang ditimbulkannya. Untuk itu kita perlu menelusuri kembali kejadian-kejadian gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Ambon pada masa lampau.     .  

Sejarah Kota Ambon (5): A. Th. Manusama, Penulis Terkenal Mangangkat Nama Tokoh Multatuli; Sutan Casajangan di Ambon 1918


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Selain JH Wattimena, satu lagi tokoh penting dari Ambon yang namanya tidak tercatat dalam Sejarah Ambon adalah A. Th. Manusama. JH Wattimena cukup banyak meninggal jejak dalam pendidikan, A. Th. Manusama, sebaliknya justru banyak meninggalkan banyak tulisan. Dari tulisan-tulisanya, A. Th. Manusama adalah seorang nasionalis (lambat laun berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda).    

Bataviaasch nieuwsblad, 11-11-1916
Dalam penulisan sejarah, pemilahan dan pemilihan nama tokoh kerap memunculkan kontroversi. Salah pilah akan menghilangkan domain; salih pilih akan mengalami trade-off. Dalam penulisan sejarah nasional satu hal digelumbungkan sementara yang lain dikerdilakn. Sejarah seharusnya mendeskripsikan apa adanya secara proporsional: Tidak memilih apa yang disuka, tetapi menulis sesuai bobotnya. Apakah ini yang menyebabkan nama A. Th. Manusama tidak dikenal dalam sejarah nasional maupun sejarah lokal?  
.
Pada masa ini nama A. Th. Manusama hanya dikaitkan dengan roman Njai Dasima. Kiprah A. Th. Manusama tidak hanya itu, A. Th. Manusama adalah seorang tokoh masa lampau yang memiliki bobot tersendiri. Siapa A. Th. Manusama? Sulit menemukannya. Untuk itu, artikel ini akan mendeskripsikannya. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 21 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (4): JH Wattimena, Orang Ambon Pertama Studi ke Belanda, 1881; Kweekschool Ambon Didirikan 1874


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

JH Wattimena adalah guru pertama dari Ambon yang melanjutkan studi ke Belanda. JH Wattimena lulus sekolah guru dan mendapat akte guru di Amsterdam tahun 1884. Tahun itu juga JH Wattimena kembali ke tanah air. JH Wattimena kemudian ditempatkan menjadi guru di sekolah guru (kweekschool) di Ambon. JH Wattimena dalam hal ini adalah guru kedua dari Hindia Belanda yang menyelesaikan studi guru di Belanda dan kembali ke tanah air.

JH Wattimena (belum menemukan foto/lukisan)
Pada tahun 1874 di Ambon didirikan sekolah guru (kweekschool) negeri. Pada tahun 1878 diberitakan JH Wattimena telah diangkat pemerintah sebagai guru di Allang (lihat Bataviaasch handelsblad, 08-08-1878). Besar dugaan JH Wattimena adalah alumni pertama Kwekschool Ambon. Setelah beberapa tahun mengajar di Allang, pada tahun 1881 JH Wattimena diberitakan berangkat studi ke Belanda.

Riwayat JH Wattimena sangat istimewa dalam Sejarah Ambon. Namun nama JH Wattimena nyaris terlupakan. Padahal JH Wattimena adalah seorang pionir di Ambon untuk studi ke Belanda. Lantas bagaimana asal-usul mengapa JH Wattimean studi ke Belanda. Jawaban pertanyaan ini akan sendirinya menjelaskan bagaimana awal mula pendidikan bagi pribumi di Hindia. Semangat JH Wattimena ini tentu saja menarik untuk diperhatikan. Sebab kiprah JH Wattimena dapat dianggap sebagai bagian dari modernisasi pendidikan di Ambon khususnya dan Maluku umumnya. Untuk itu, mari kita telusuri.  

Selasa, 18 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (3): Thomas Matulesia, Pattimoera Pahlawan Saparoea; Dihukum Gantung di Kota Ambon, 1817


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Kapitan Pattimura adalah Pahlawan Maluku. Pattimura adalah sebutan penduduk bagi Thomas Matulesia yang secara terang-terangan melawan Pemerintah Hindia Belanda di Saparua. Pemberontakan yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura ini meletus pada tanggal 15 Mei 1817. Fort Duustede diserang. Residen van der Berg dan keluarga tewas.

Sebuah lukisan (1835)
Peristiwa pemberontakan di Saparua ini terjadi setahun setelah penyerahan Inggris kepada Belanda. Sebagaimana diketahui Inggris menguasai Hindia sejak tahun 1811 hingga 1816. Thomas Matulesia sebelumnya adalah milisi Inggris dengan pangkat Sersan Mayor.  

Bagaimana duduk soal peristiwa ini kurang terinformasikan secara rinci pada masa ini. Oleh karena peristiwa ini terjadi dua abad yang lalu, maka detail peristiwa banyak yang hilang. Setali tiga uang penggambaran sosok tentang Thomas Matulesia sebagai Pattimoera juga terkesan sedikit memudar. Untuk lebih mencerahkan gambaran peristiwa dan tokoh Pattimoera tersebut, artikel ini mendeskripsikan kembali berdasarkan sumber-sumber masa lampau. Mari kita lacak!   

Senin, 17 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (2): Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn; Pionir Ahli Botani dan Geografi Sosial di Ambon


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Tiga orang pertama, Frederick de Houtman, Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn tidak pernah ditemukan dalam sejarah Kota Ambon masa kini, padahal ketiganya adalah tiga nama tokoh penting di era awal Kota Ambon. Memahami sejarah dengan memperhatikan kiprah orang-orangnya, sesungguhnya menjadikan sejarah itu lebih mudah dipahami dan lebih menarik untuk dibicarakan. Kesalahan memilah dan memilih konten yang tepat, tulisan sejarah bisa menjadi sampah. Tiga orang pertama ini sejatinya menjadi faktor utama mengapa Kota Ambon menjadi penting di lintasan sejarah Indonesia (baca: Hindia Timur/Hindia Belanda).  

Georg Eberhard Rumphius
Frederick de Houtman adalah peletak dasar sistem pemerintahan VOC/Belanda. Georg Eberhard Rumphius adalah perintis penyelidikan botani di Hindia Timur dan Francois Valentjn adalah orang Belanda pertama yang menyusun sejarah VOC/Belanda di Hindia. Ketiganya, secara defacto memulainya di Kota Ambon.

Siapa Frederick de Houtman sudah dideskripsikan di artikel pertama. Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn seharusnya ditempatkan pada urutan kedua dan ketiga dalam perjalanan sejarah Kota Ambon. Francois Valentjn dan Georg Eberhard Rumphius meski memiliki minat yang berbeda tetapi keduanya secara personal sangat dekat satu sama lain. Georg Eberhard Rumphius boleh dikatakan adalah guru Francois Valentjn. 

Minggu, 16 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (1): Kota Ambon, Bermula di Fort Victoria; Frederik de Houtman di Pulau Ambon, Maluku, 1605


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini 

Membaca keseluruhan sejarah Kota Ambon tidak mudah. Demikian juga meringkas sejarah Kota Ambon juga tidak mudah. Seperti halnya Kota Batavia, sejarah Kota Ambon sangat luar biasa banyaknya. Hanya Kota Batavia dan Kota Ambon yang memiliki detail sejarah paling lengkap dari sudut pandang masa kini. Oleh karena itu, menulis sejarah Kota Ambon tidak akan pernah selesai.

Peta Ambon, 1665
Sumber tertua untuk memulai mempelajari awal sejarah Ambon adalah buku François Valentyn yang terbit tahun 1724 dengan judul Oud en nieuw Oost-Indien (sub judul vervattende een naaukeurige en uitvoerige verhandelinge van Nederlands mogentheyd in die gewesten, benevens eene wydlustige beschryvinge der Moluccos, Amboina, Banda, Timor, en Solor, Java en alle de eylanden onder dezelve landbestieringen behoorende). Sumber ini tela diperkaya oleh JKJ de Jonge dengan bukunya yang terbit tahun 1865 berjudul De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost Indie, 1595-1610. Keutamaan buku François Valentyn karena orang Belanda pertama yang menghubungkan sejarah VOC dengan sejarah Portugis di Hindia. François Valentyn masih menemukan dokomen-dokomen Portugis di Batavia sebagai sumber primer. Sedangkan buku JKJ de Jonge, meski tidak bersentuhan langsung dengan dokumen Portugis dan dokumen VOC/Belanda tetapi cukup berhasil mengakumulasi dokomen sekunder secara detail tentang awal permulaan (orang-orang) VOC/Belanda di Hindia.

Sejarah Kota Ambon tidak ditemukan dalam laporan Cornelis de Houtman karena ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) hanya sampai di Bali. Dalam sumber-sumber Belanda, sejarah Ambon baru dimulai pada saat ekspedisi yang dipimpin oleh Streven van der Hagen (1603-1605). Dua ekspedisi ini kebetulan catatan hariannya telah dibukukan dan dapat dibaca pada masa ini. Orang VOC/Belanda pertama di Ambon adalah Frederik de Houtman. Frederik de Houtman sendiri adalah adik kandung Cornelis de Houtman. Pada tahun 1605 Frederik de Houtman ditempatkan di Ambon.    

Sejarah Kota Depok (53): Cornelis Chastelein Tidak Hanya Tinggalkan Surat Wasiat, Juga Naskah Akademik


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Cornelis Chastelein dikenal karena telah menulis surat wasiat kepada para pekerjanya di Depok. Surat wasiat itu kemudian dipublikasikan oleh seorang pengacara setelah Cornelis Chastelein tutup usia. Surat wasiat tersebut telah dikutip dalam artikel lain dalam seri artikel Depok ini. Namun ternyata, Cornelis Chastelein juga adalah seorang penulis yang andal. Oleh karenanya, Cornelis Chastelein, pandangan selama ini Cornelis Chastelein sebagai seorang pejabat VOC, tetapi juga ternyata seorang akademisi.

Tulisan Cornelis Chastelein (1855)
Tulisan Cornelis Chastelein ini dimuat dalam Jurnal Tijdschrift  voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde yang terbit di Batavia tahun 1855. Tulisan Cornelis Chastelein ini cukup panjang dari halaman 63 hingga 104. Suatu tulisan seorang pejabat yang terbilang komprehensif pada era VOC. Jurnal ini diterbitkan oleh Het Bataviaasch Genootshap van Kunsten en Wetenchappen, onder Redactie Dr. R. Bleeker, J Munich en Elisa Netscher (Deel III), Batavia. Lange en Co, 1855.

Apa yang menjadi isi tulisan Cornelis Chastelein adalah satu hal, bagaimana munculnya upaya penerbitan (jurnal) di Hindia adalah hal lainnya. Dua hal ini tentu saja saling berkaitan. Oleh karena itu para pengelola jurnal yang kali pertama terbit tahun 1853 ini menganggap tulisan Cornelis Chastelein dianggap relevan sebagai salah satu tulisan yang dibuat pada era VOC. Setelah menelusuri semua edisi jurnal pada tahun-tahun awal, ternyata tulisan Cornelis Chastelein dapat digolongkan sebagai tulisan yang unik dan satu-satunya tulisan yang berasal dari era VOC.

Sejarah Kota Depok (52): Zulkarnain Alfisyahrin, DAN-IV Karate, Caleg DPRD Jabar 2019; Partai Nasdem, Dapil Kota Bekasi dan Depok


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini 

Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 adalah pemilu yang sangat unik. Untuk kali pertama Pemilu di Indonesia melangsungkan lima kegiatan pemilihan sekaligus, yakni: Presiden/Wakil Presiden; Anggota DPR Tingkat Pusat, Anggota DPD, Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) ini akan serentak digelar tanggal 17 April 2019. Salah satu Calon Legislatif DPRD Provinsi Jawa Barat di daerah pemilihan (Dapil) Kota Bekasi dan Kota Depok adalah Zulkarnain Alfisyahrin.

Zulkarnain Alfisyahrin, DAN IV Karate
Pada hari-H Pemilu tanggal 17 April 2019 di Tempat Pemungutan Suara (TPS), kita diberi lima lembar untuk dicoblos. Sangat sulit membayangkan seberapa banyak tanda gambar yang harus dipilih untuk masing-masing lembar yang berbeda. Dalam rangka inilah seorang kawan lama di Bekasi bernama Zulkarnain Alfisyahrin mengabarkan kepada saya bahwa telah resmi menjadi daftar calon tetap (DCT) mewakili Partai Nasdem untuk calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat di Dapil Kota Bekasi dan Kota Depok.

Saya sempat tertegun pencalonan Zulkarnain Alfisyahrin.Dia adalah kawan lama. Ingatan saya kembali ke masa lampau sejak di kampung. Dia adalah kawan saya sejak masih SMA di sebuah kota kecil di pedalaman Sumatra: Kota Padang Sidempuan. Saya baru ingat kembali, dialah yang mengajari saya belajar sampai bisa mengendarai sepeda motor HONDA CB 100. Artikel ini didedikasikan kepadanya tentang riwayat masa lampau hingga dia menjadi warga Kota Bekasi dan saya menjadi warga Kota Depok. Berikut inilah kisahnya.

Sabtu, 15 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (13): Daftar Panjang Organisasi Kebangsaan Tempo Dulu; Medan Perdamaian di Padang dan Awal Kebangkitan Nasional Indonesia


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, terbentuknya Republik Indonesia sejatinya dibangun di atas fondasi organisasi-organisasi kebangsaan. Dalam hal ini organisasi adalah kumpulan orang-orang Indonesia yang secara sadar untuk berserikat. Mereka mengawali dengan memupuk persatuan dan permufakatan lalu kemudian membentuk perhimpunan atau perserikatan. Dengan menyatukan semua energi para anggota di dalam organisasi akan menciptakan bargaining yang lebih kuat (baik untuk membantu memperkuat anggota maupun untuk melawan penjajah). Organisasi adalah wujud baru yang terbentuk di luar kekuasaan tradisional (aristokrasi/kerajaan yang telah diperalat penjajah).

De locomotief: Samarangsch handels en adv blad, 21-08-1902
Orang pribumi awalnya belajar berorganisasi dari orang-orang Eropa/Belanda yang berada di luar kekuasaan pemerintah (Pemerintah Hindia Belanda). Mereka itu adalah orang swasta, pensiunan pegawai atau militer yang kemudian membentuk organisasi sosial yang disebut societeit. Organisasi orang-orang Eropa/Belanda (societeit) ini lalu juga muncul pada bidang peminatan/profesi. Organisasi sosial (societeit) pertama didirikan di Padang tahun 1834. Organisasi (societeit) ini kemudian didirikan di Batavia (yang disebut Harmonie dan Concordia), di Soerabaja (Harmoni dan Concordia), di Semarang, di Bandoeng (Concordia), di Medan (De Witte) dan kota-kota lainnya. Semua organisasi-organisasi sosial tersebut berbadan hukum (disahkan oleh pemerintah)

Pada tahun 1900 di Padang, Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda menggagas dibentuknya organisasi sosial di kalangan pribumi. Organisasi ini diberinama Medan Perdamaian. Presiden/direktur pertama organisasi Medan Perdamaian adalah Dja Endar Moeda. Organisasi Medan Perdamaian dalam hal ini adalah organisasi kebangsaan Indonesia pertama.

Jumat, 14 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (12): Daftar Panjang Surat Kabar Indonesia Tempo Dulu; Pertja Barat, Awal Pencerdasan Bangsa


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Surat kabar (koran) di Indonesia bukanlah baru. Sejarah surat kabar di Indonesia sejatinya sudah lama. Surat kabar Indonesia bermula dari surat kabar berbahasa Melayu yang dimiliki oleh investor Eropa/Belanda. Jenis surat kabar inilah kemudian yang diteruskan oleh orang Indonesia menjadi surat kabar nasional baik yang berbahasa Melayu maupun bahasa daerah.

Surat kabar pertama berbahasa Melayu, 1856
Surat kabar berbahasa Melayu pertama terbit tahun 1856 di Surabaya yakni Soerat kabar Bahasa Melaijoe yang diterbitkan E. Fuhri & Co. Lalu pada tahun 1858 di Batavia terbit Soerat Chabar Batawie yang diterbitkan oleh Lange en Co. Surat kabar berbahasa Belanda juga terus bertambah. Surat kabar ketiga berbahasa Melayu terbit tahun 1860 di Batavai bernama Selompret Malajoe, Soerat Kabar Basa Malajoe Rendah yang diterbitkan oleh GCT van Dorp. Sejak itu surat kabar berbahasa Melayu terus bertambah dan berkembang.

Surat kabar berbahasa Melayu pertama yang investornya pribumi dimulai di Padang. Pada tahun 1900 Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda mengakuisi surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat beserta percetakannya. Percetakan Winkeltmaatschappij (sebelumnya Paul Bauner & Co). Saat akuisisi percetakan Pertja Barat ini, Dja Endar yang juga editor Pertja Barat langsung pada tahun itu menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu Tapian Na Oelie dan majalah (pembangunan dan pertanian) dwimingguan Insulinde. Kedua media ini juga dipimpin editor Dja Endar Moeda. Singkat kata: Dja Endar Moeda adalah investor pertama pribumi di bidang media. Dja Endar Moeda sebelumnya pernah mengatakan sekolah dan pers sama pentingnya. Pers juga dapat mencerdaskan bangsa.

Minggu, 09 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (11): Liga-1 Indonesia 2018, Liga Paling Kompetitif di Dunia; Menit Terakhir Juara dan Degradasi


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Saat ini anda sedang mengikuti pertandingan terakhir (pertandingan ke-34) Liga-1 Liga Indonesia yang dilakukan secara simultan di lima tempat yang berbeda. Lima pertandingan ini untuk menentukan klub mana yang menjadi juara liga dan klub-klub mana yang harus degradasi (turun ke Liga-2. Pertandingan dimulai sejak pukul 15.30 WIB.

Posisi Klassemen Pertandingan ke-33 Liga-1 Indonesia 2018
Liga-1 Liga Indonesia 2018 boleh dikatakan sebagai liga paling kompetitif di dunia. Hingga pertandingan terakhir liga belum bisa menentukan klub mana yang menjadi juara (The Winner) dan juga belum bisa menentukan tiga klub yang akan terdegradasi. Tidak hanya itu, interval poin tertinggi (kandidat juara) dan poin terendah (kandidat terdegradasi) relatif kecil.

Bagaimana Liga-1 Liga Indonesia 2018 dapat disebut liga paling kompetitif di dunia? Itu yang menjadi pertanyaannya. Liga-1 Liga Indonesia dapat dikatakan sebagai liga yang langka dan dapat dikategorikan sebagai salah satu liga paling kompetitif sepanjang masa. Marik kita simak.