Rabu, 29 Agustus 2012

Sejarah Cinere: Secara ‘defacto’ Masuk Wilayah Sosial DKI Jakarta, Tetapi Secara ‘dejure’ Bagian Wilayah Administratif Kota Depok

*Baca juga Sejarah Cinere terbaru dalam blog ini Klik Disini


Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya  Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?

Minggu, 26 Agustus 2012

Stasiun Depok Lama: Stasiun KRL Tertua Setelah Jakarta dan Bogor

*Artikel Sejarah Stasion Depok 1873 dalam blog ini Klik Disini

Stasiun Depok adalah stasiun kereta api yang terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.  Stasiun yang kerap disebut Stasiun Depok Lama (Stadela) ini merupakan salah satu stasiun tertua di wilayah Jabodetabek.  Stasiun ini berada antara jalur kereta api Batavia (Jakarta)-Buitenzorg (Bogor). Stasiun Depok ini dibangun pada masa kemerdekaan. Sebelum stasiun ini dibangun, penggunaan kareta api rel listrik (KRL) antara Beos (Stasiun Kota)-Buitenzorg sudah dioperasikan sejak tahun 1930. Pada waktu itu, KRL Batavia-Buitenzorg  merupakan sistem angkutan umum massal pertama yang ramah lingkungan dan merupakan sistem transportasi paling maju di Asia. Sementara itu, Stasiun Bogor yang terletak di Kota Bogor dibangun pada tahun 1881 seiring dengan selesainya dibangun lintas Batavia–Buitenzorg sepanjang 59 Km pada tahun 1880. Sedangkan Stasiun Beos (Stasiun Kota) di Batavia dibangun pada tahun 1870.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Depok Dari Masa Ke Masa: Depok Lama, Kota Lama; Depok Baru, Kota Baru

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini  

Pada tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih 'Republik Depok' (Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 229.261  kepada seluruh 'marga' yang ada di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja, sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan  kantor Polsek dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok Baru?

Jumat, 24 Agustus 2012

Taman Kota ‘Lembah Gurame’: Pertama di Depok


Setelah sekian lama ditunggu-tunggu warga kota, kini telah dibangun sebuah taman kota di Depok. Lokasi taman kota yang pertama ini berada di Jalan Gurame, Perumnas Depok I, Beji (dekat SMP Negeri 2).  Taman kota yang diberi nama Taman Kota Lembah Gurame ini akan selesai tahun 2012. Taman kota sebagai ruang terbuka hijau akan memperkuat lanskap kota, yang berfungsi sebagai area sosialisasi bagi warga membantu kesegaran dan keasrian lingkungan. Areal taman kota yang seluas 3 Ha ini sebelumnya adalah lahan pemda yang sudah lama digunakan 34 petak bangunan liar. Taman ini dilengkapi dengan hutan kota, lapangan futsal, parkir dan kuliner dengan tetap mempertahankan keberadaan empang gurame.

Pertumbuhan Rumah Sakit di Depok: Berkembang Pesat Dari Sebuah Rumah Bersalin

RSIA menjadi RSU Bunda Margonda Depok

Kini, warga Kota Depok tidak perlu khawatir terhadap kesehatannya, karena di setiap sudut kota sudah tersedia rumah sakit. Namun jika kita mengingat pada belasan tahun yang lalu, fasilitas kesehatan yang ada di Depok sungguh sangat minim. Sebelum tahun 2000 hanya ada dua rumah sakit yang representative yakni: Rumah Sakit Bhakti Yuda dan RS Hospital Cinere (yang berubah nama menjadi RS Puri Cinere). Pada masa ini  di seluruh Kota Depok sudah terdapat belasan rumah sakit yang berkualitas. Daftar lengkap rumah sakit tersebut adalah: RS Bhakti Yuda (1980-Klinik Bersalin 1976), RS Puri Cinere (1991); RSIA Hermina (2000); RS Sentra Medika (2000); RSIA Tumbuh Kembang (2001-Rumah Bersalin 1986); RS Harapan (2004); RSIA Graha Permata Ibu (2004-Klinik 2001); RS Simpangan Depok (2004-Dokter Praktek/Rumah Bersalin 1976); RSIA Bunda Margonda (2005-berubah menjadi RSU 2008); RS Tugu Ibu (2005-Rumah Bersalin 1982); RS Meilia (2006); RSUD Depok (2008); RS Mitra Keluarga (2008); RS Hasanah Graha Afiah (2008-Rumah Bersalin 2002); dan RS Citama dan RS Bhayangkara Brimob.

Kamis, 23 Agustus 2012

Hotel dan Apartemen di Kota Depok: Suatu Transformasi ‘Kamar Kost’ dan ‘Rumah Kontrakan’


Pada awalnya Kota Depok tidak membutuhkan hotel, karena Kota Depok sendiri adalah kota perumahan.  Dulu hanya ada satu hotel di Depok, sebuah hotel kecil yang lokasinya di Cimanggis. Hotel ini biasanya melayani orang-orang yang datang dari daerah industri di sepanjang jalan raya Bogor. Hotel tidak berkembang di sekitar jalan raya Bogor, yang berkembang adalah kamar kost dan rumah kontrakan untuk pegawai/pekerja.  Seiring dengan hadirnya Universitas Indonesia hadir di Depok, booming  kamar kost dan rumah kontrakan untuk mahasiswa terjadi. Untuk mengantisipasi kebutuhan tamu Universitas Indonesia ketiadaan hotel yang representative dibangun Wisma Pusat Studi Jepang dan Wisma Makara. Kedua wisma ini berada di dalam kampus Universitas Indonesia. Pesaing baru muncul, dengan dibangunnya Hotel Bumi Wiyata di Jalan Margonda Raya.

Pertumbuhan dan Perkembangan Pasar Modern di Depok: Pra dan Pasca Krisis


Pasar Modern yang pertamakali hadir di Depok adalah Agung Shop (Jalan Arif Rahman Hakim), Ramanda (Jalan Margonda Raya), Super Ekonomi (Jalan Tole Iskandar) dan Mitra (Cimanggis). Toserba-toserba ini pada waktu itu menjadi pusat perbelanjaan modern (ritel) yang menyediakan berbagai kebutuhan warga seperti pakaian, atk, makanan snack dan soft drink. Namun sangat disayangkan toserba-toserba ini tutup setelah terjadi krisis moneter. Kemudian era toserba ini digantikan pusat perbelanjaan model supermarket. Pertama didirikan supermarket Target yang awalnya mengambil lokasi di ruko Depok Timur dan kemudian membangun sendiri bangunan yang lebih besar dan megah di Jalan Proklamasi Depok Timur. Supermarket ini mulai kalah pamor seiring dengan munculnya mal-mal di Margonda. Mal-mal yang bermunculan di awal tahun 2000-an berturut-turut adalah adalah Hero, Plaza Depok dan Mal Depok (ketiganya di Jalan Margonda Raya) dan Mall Cinere.

Usaha Tanaman di Jalan Juanda : Pedagang Kaki Lima (PKL) ala Depok


Di kiri-kanan hampir sepanjang Jalan Juanda Depok terdapat ratusan usaha tanaman. Produk yang diperdagangkan adalah tanaman hias, tanaman produktif, berbagai macam pupuk. Para pengusaha tanaman ini dulunya tersebar di berbagai tempat utamanya di Jalan Margonda Raya. Setelah dibuka Jalan Juanda dan pesatnya pertumbuhan bisnis di sepanjang Margonda, para pedagang ini menempati kedua sisi Jalan Juanda sebagai tempat usaha baru. Kini Jalan Juanda yang panjangnya 6 Km bagaikan pasar tanaman yang selalu ramai dikunjungi para pembeli. Yang menarik para pedagang kaki lima (PKL) ala Depok ini membuat para pengendara yang melalui Jalan Juanda terasa berada di karnaval Pasadena. Para pedagang  menata produknya (kombinasi tanaman hias dan bibit tanaman produktif plus batu-batu alam) sedemikian rupa sehingga tampak indah dan rapih yang juga dilengkapi gubuk-gubuk mungil terbuat dari bambu dan beratap ijuk.

Tugu Garuda di flyover UI Depok: Monumen Selaras Alam yang Memberi Spirit


Tugu yang pertama dibangun di Kota Depok adalah Tugu Garuda. Tugu ini berada di dalam lingkaran flyover Universitas Indonesia (UI). Di puncak tugu terdapat seekor burung garuda yang tengah membawa satu tandan kelapa—yang seakan mengingatkan setiap warga Depok yang pergi ke luar Depok agar pulangnya harus membawa hasil. Tidak jauh dari tugu ini di lingkungan kampus UI terdapat sejumlah tugu kecil namun yang spektakuler adalah sebuah bangunan baru dengan model monumen purba yang menjadi bagian dari perpustakaan Universitas Indonesia. Sejumlah tugu lainnya di Depok terdapat di persimpangan jalan raya atau di dalam lingkungan perumahan. Beberapa tugu tersebut adalah: Tugu Jam di pertigaan Margonda-Siliwangi-Kartini; Tugu Goong Si Bolong di Tanah Baru; dan Tugu Grand Depok City.

Flyover Universitas Indonesia (UI) hingga Underpass Citayam: Solusi Kemacetan di Depok

Peta (google maps)  Flyover UI

Kota Depok merupakan jalur lalu lintas kereta api Jakarta-Bogor yang frekuensinya terbilang tinggi. Akibatnya perlintasan kereta api di Depok kerap menjadi simpul kemacetan yang sulit diurai. Pembangunan flyover (overpass) atau underpass (subway) adalah suatu solusi. Pembangunan flyover pertama di Depok dibangun di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1989. Pembangunan flyover yang kedua dilakukan pada tahun 2006 di Jalan Arif Rahman Hakim dan pada tahun 2008 dibangun flyover di Ratu Jaya menuju Depo KRL Depok. Dua solusi kemacetan di perlintasan keret api yang memerlukan penanganan segera adalah di perlintasan Jalan Dewi Sartika dan Stasiun Citayam. Masing-masing perlintasan kereta api ini lebih sesuai pembangunan underpass daripada flyover. Namun pembangunan flyover dan underpass bukanlah hal yang mudah dan murah. Pembebasan lahan adakalanya lebih mahal daripada pembangunan flyover/underpass. Kasus ‘Pondok 1 Milyar’ ketika pembebasan lahan pembangunan flyover UI hingga kini konon belum tuntas terselesaikan. Pemilik tanah meminta ganti rugi sebesar Rp 1 Milyar atas tanahnya yang kini menjadi  bagian dalam lingkaran flyover UI.