Sabtu, 03 Agustus 2013

Kelurahan Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Kota Depok Sudah Dikenal Sejak ‘Tempo Doeloe'

Peta-1. Depok, 1900

Kelurahan Bojong Pondok Terong yang lebih dikenal sebagai Kelurahan Pondok Terong adalah sebuah kelurahan di Kota Depok. Kelurahan yang berada di depok selatan ini sebelumnya adalah sebuah desa yang masuk Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor (bersama desa Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya) dan bergabung dengan Kota Depok yang menjadi bagian dari Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 1999. Pada tahun 2007 Kecamatan Pancoran Mas dimekarkan dengan nama Kecamatan Cipayung. Kecamatan baru ini justru hanya terdiri dari lima desa yang sama-sama melakukan 'integrasi' dari Kabupaten Bogor ke Kota Depok. Pada awalnya Desa Bojong Pondok Terong adalah gabungan dari beberapa kampung. Nama desa ini diambil dari dua nama kampung (kombinasi) yakni Kampung Bojong dan Kampung Pondok Terong. Kampung Bojong berada di sebelah utara desa (sekitar SPBU), sedangkan Kampung Pondok Terong di sebelah selatan desa (sekitar perumahan Permata).

Rabu, 31 Juli 2013

Rute Jalan Raya Sepanjang Rel Kereta Api dari Pasar Minggu Menuju Citayam Via Lenteng Agung dan Depok ‘Tempo Doeloe’



Stasion di Buitenzorg, 1881 (tampak luar)

*Untuk melihat Sejarah Kereta Api di Depok dalam blog ini Klik Disini  

Stasiun Beos (Stasiun Kota) di Batavia (Jakarta) dibangun pada tahun 1870. Pada tahun 1880 rel kereta api Jakarta–Buitenzorg (Bogor) dibangun sepanjang 59 Km.  Stasiun Bogor yang terletak di Kota Bogor dibangun pada tahun 1881. Berdasarkan peta tahun 1883-1885, diantara dua stasiun besar itu terdapat halte (pemberhentian kereta) di Depok, Citayam, dan Pondok Cina. Ini berarti halte-halte ini sudah ada sejak pembangunan rel Jakarta-Bogor dibangun. . Pengoperasian kereta api jalur Jakarta-Bogor sendiri waktu itu masih dilakukan oleh swasta.

Jumat, 26 Juli 2013

Rumah Citayam: Mansion Meester Cornelis di Depok ‘Tempoe Doeloe'

'Rumah Citayam' rumah peristirahatan (mansion) Meester Cornelis di Depok, 1930
'Rumah Citayam' adalah sebuah rumah peristirahatan (mansion) Meester Cornelis di Depok pada masa dulu. Meester Cornelis sendiri adalah nama lain dari Jatinegara--suatu wilayah di selatan Batavia pada masa dulu. Pemilik sebidang tanah ini adalah Meester Cornelis. Sebidang tanah yang menjadi milik Meester Cornelis berkembang menjadi sebuah wilayah yang setara dengan Batavia--suatu wilayah kepemilikan pribadi. Pewaris Meester Cornelis inilah yang menjadi pemilik sebuah mansion atau rumah peristirahatan yang berada di daerah Citayam, Depok pada masa dulu. Rumah Citayam menjadi potret masa doeloe yang mengingatkan kita pada Rumah Cimanggis dan Rumah Pondok Cina.    

Sabtu, 27 Oktober 2012

Indeks Pembangunan Manusia di Kota Depok: Tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan Peringkat Tiga Nasional







Warga Kota Depok boleh senyum sedikit. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Depok merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan berada pada peringkat ketiga secara nasional setelah Kota Yogyakarta dan Kota Jakarta Selatan. Pada tahun 2011 IPM Kota Depok  adalah 79.20. IPM Kota Depok pada tahun 2013 ditargetkan akan mampu melampaui angka 80. Sebagai perbandingan, IPM Kota Bekasi berada di peringkat 50 nasional, Kota Bandung berada pada peringkat 58 dan Kota Bogor pada peringkat 63.

Kamis, 18 Oktober 2012

Distribusi Etnik di Kota Depok: Betawi Or Sunda?


Sekurang-kurangnya terdapat sebanyak 260 etnik yang bertempat tinggal di Kota Depok. Lima etnik yang terbilang signifikan (persentasenya di atas dua persen) adalah Betawi, Jawa, Sunda, Batak dan Minangkabau. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa persentase etnik terbanyak adalah Betawi sebanyak 36.70 persen, kemudian disusul etnik Jawa dengan persentase sebanyak 33.07 persen.  Sementara etnik Sunda di posisi ketiga persentase sebanyak 16.50 persen. Sedangkan dua etnik lainnya yang persentasenya di atas dua persen adalah etnik Batak (2.91 persen) dan etnik Minangkabau (2.66 persen). Pertanyaannya, etnik mana yang menjadi penduduk ‘asli’? Betawi or Sunda? 

Minggu, 14 Oktober 2012

Bahasa Sehari-hari di Kota Depok: Promosi Bahasa Indonesia, Degradasi Bahasa Sunda


Kota Depok adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya masyarakat Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Akan tetapi tidak demikian di sejumlah kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Di Kota Depok sendiri ada sebanyak 82.63 persen warganya yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Ini sangat kontras dengan yang menggunakan bahasa Sunda yang hanya tersisa sebanyak 2.80 persen saja. Anehnya,  penggunaan bahasa Betawi dan bahasa Jawa justru lebih menonjol di Kota Depok jika dibandingkan dengan bahasa Sunda sendiri. Ini mengindikasikan bahwa bahasa sehari-hari di Kota Depok semakin Indonesia dan sebaliknya bahasa Sunda semakin terdegradasi. Lantas bagaimana di kabupaten/kota lainnya di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat?

Sabtu, 13 Oktober 2012

Perumahan di Kota Depok: Where Do You Live?


Jumlah rumah tangga di Kota Depok berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak 440.475 unit rumah tangga. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 64.62 persen rumah yang ditempati berstatus milik sendiri. Sebanyak 96.25 persen dari mereka yang memiliki rumah sendiri dapat menunjukkan ada bukti kepemilikan tanah dari rumah tersebut. Jenis bukti kepemilikan tanah sebagian besar adalah sertifikat hak milik (SHM). Namun demikian, kepemilikan SHM tampaknya tidak distribusi merata di sebelas kecamatan. Kepemilikan SHM yang terbilang sedikit terdapat di Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Cipayung. Sementara kepemilikan SHM yang terbilang tinggi terdapat di Kecamatan Beji, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoranmas.

Penduduk Kota Depok: Where Are You From?


Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 berjumlah sebanyak  1.736.565 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010), penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 49,91 persen lahir di Provinsi Jawa Barat, 23,68 persen di DKI Jakarta, 12,09 persen di Jawa Tengah, 3,70 di Jawa Timur dan 2,16 di Sumatera Utara. Total lima provinsi ini adalah 91.53 persen.  Sementara 8,47 persen lagi lahir di provinsi lainnya. Penduduk yang lahir di Jawa Barat, sebagian besar lahir di Kota Depok (72.50 persen) dan sebanyak 9.77 persen lahir di Kabupaten Bogor serta 3.70 lahir di Kota Bogor. Sementara penduduk yang lahir di Provinsi DKI Jakarta, persentase tertinggi lahir di Jakarta Seatan (45.47 persen) disusul Jakarta Timur (22.63 persen) dan Jakarta Pusat (21.26 persen). Catatan: Dari 1,7 juta penduduk Kota Depok tahun 2010, sebanyak 5.21 persen  bertempat tinggal di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2005.

Selasa, 18 September 2012

Universitas Indonesia: Sebuah Otonomi Perguruan Tinggi yang Berlokasi di Daerah Otonomi Kota Depok yang Mengikuti Kebijakan Provinsi DKI Jakarta

Kampus UI dari sisi Kota Depok
Menurut pemahaman umum, Universitas Indonesia berada di Kota Depok. Namun tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya alamat Universitas Indonesia di dalam kop surat resmi dicantumkan dua alamat: (1) Kampus Salemba, Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430 (2) Kampus Depok, Depok 16424. Adanya dua alamat ini karena  Universitas Indonesia yang sebelumnya berlokasi di Jakarta, tahun 1987 memilih pindah ke Depok. Akan tetapi hingga sekarang belum semua fakultas pindah karena masih ada dua fakultas lagi yang masih di Jakarta yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Pertanyaannya, apakah karena dua fakultas yang tersisa di Jakarta itu yang menyebabkan Universitas Indonesia memiliki dua alamat? Namun yang membingungkan, bukankah gedung rektorat (kantor rektor UI) sudah sejak lama berada di Kota Depok? Lantas mengapa UI tetap merujuk ke Jakarta?

Minggu, 09 September 2012

Kampung Orang Asli di Metropolitan Depok: Cikal Bakal Pemukiman Urban di Kota Depok

Peta Depok Sekitar, 1850
Pada masa ini Kota Depok terdiri dari 63 kelurahan yang tersebar di 11 kecamatan. Lima tahun yang lalu, di Kota Depok masih ada yang berstatus desa Dalam terminilogi sekarang, desa/kelurahan adalah suatu wilayah administratif pemerintahan  yang mana kelurahan berciri urban (perkotaan) dan desa berciri rural (perdesaan). Desa-desa yang kini telah menjadi kelurahan-kelurahan di Kota Depok pada masa lalu terdiri dari kampung-kampung. Dengan kata lain satu atau beberapa kampung dibentuk menjadi desa. Namun seiring dengan terbentuknya desa-desa dan berubah menjadi kelurahan, nama-nama kampung lambat laun mulai kurang populer dan menghilang. Dengan semakin banyaknya warga pendatang, maka yang muncul ke permukaan adalah nama perumahan, nama kawasan atau pusat-pusat bisnis, serta nama-nama lainnya. Kini warga Depok lebih mengenal Margocity daripada Kampung Gedong; Perumnas Depok I atau II daripada Kampung Sugutamu; Depok Baru daripada Kampung Lio dan sebagainya. Berikut adalah nama-nama kampung orang asli di Depok.