Sabtu, 17 Juni 2017

Sejarah Bogor (14): Buitenzorgsche Wedloop Societeit, Inspirasi Terbentuknya Organisasi ‘Societeit’ di Buitenzorg; Awal Kebangkitan Bangsa

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disin


Klub social (societeit) adalah suatu perkumpulan sosial orang-orang Eropa/Belanda yang dibentuk di kota-kota. Klub social ini merupakan pusat kegiatan social yang secara administratif memeiliki AD/ART yang disahkan oleh pemerintah. Klub social pertama yang didirikan adalah Harmonie yang kemudian muncul klub Concordia (militer) di Batavia. Societeit de Harmoni paling tidak sudah ada tahun 1833 (Javasche courant, 12-10-1833), sedangkan militaire Societeit Concordia di Weltevreden paling tidak sudah ada tahu 1840 (Javasche courant, 25-11-1840)). Selain itu, di Batavia juga terdapat klub social bernama Amicitia. Klub sosial tertua di luar (pulau) Jawa terdapat di Kota Padang (sejak 1837, yang diprakarsai Gubernur AV Michiels).

Gedung Societeit Buitenzorg, 1885
Klub social, societeit umumnya diprakarsai oleh tokoh penting pensiunan militer yang kembali ke masyarakat. Kebiasaan di tangsi atau garnisun militer atau klinik/rumah sakit militer yang memiliki kantin dan ruang pertemuan seakan timbul kembali ketika mereka memulai bermasyarakat kembali. Kantin-kantin militer sangat terkenal. Area di sekitar kantin, esk tangsi atau garnisun militer dinamai penduduk sebagai kampong kantin, seperti di Buitenzorg disebut Lebak Kantin dan di Padang Sidempuan disebut Kampong Kantin. Klub social yang sudah didirikan di luar Batavia adalah ‘de Club’ di Semarang, Concordia dan ‘de Club’ di Surabaya, Naar Hooger di Fort de Kock.

Pada saat klub-klub social ini sudah lama berkiprah, di Buitenzorg klub social yang dibentuk adalah klub yang memiliki minat yang sama yakni klub pacuan kuda. Di Buitenzorg, klub social ini awalnya bernama Buitenzorgsche Wedloop Societeit. Klub ini dibentuk bersamaan dengan Preanger Wedloop Societeit tahun 1853. President Preanger Wedloop Societeit adalah С. van der Moore (Resident Preanger) sedangkan presiden Buitenzorgsche Wedloop Societeit adalah FHC van Motman (seorang pengusaha perkebunan di Buitenzorg).

Jumat, 16 Juni 2017

Sejarah Bogor (13): Kujang, Senjata atau Peralatan? Warisan Sejarah yang Menjadi Lambang Daerah

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Kujang diyakini sebagai senjata pusaka, warisan sejarah Pajajaran yang sejak pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda telah dijadikan sebagai lambang daerah. Ini tentu saja sangat menarik karena riwayat Pajajaran yang agung dilestarikan sebagai ikon pemerintah di Jawa Barat. Riwayat Pajajaran sendiri paling tidak masih eksis hingga tahun 1523. Dengan kata lain, kujang masih berperan dalam mempertahankan kerajaan dari serangan musuh paling tidak lima abad yang lalu.

Koedjang (kanan) dalam laporan ekspedisi de Houtman, 1595
Jika kujang sudah ada sejak era Padjadjaran, seharusnya keberadaan kujang sebagai senjata akan dapat ditelusuri karena kerajaan Pajajaran sudah ada interaksi dengan orang Eropa yang dalam hal ini menjadi sumber sejarah. Sebagaimana diketahui pada tahun 1522 sudah ada laporan-laporan Portugis tentang Pajajaran. Namun dari dokumen yang ditelusuri apa yang disebut kujang tidak ditemukan. Kujang sendiri baru ditemukan pada sumber Belanda berdasarkan dokumen yang dihasilkan ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman.

Catatan Kujang Pertama

Dalam dokumen Belanda kujang dilukiskan sebagai peralatan pertanian yang bentuknya seperti tumit yang mana kedua sisi digunakan untuk memotong.

Selasa, 13 Juni 2017

Sejarah Bogor (12): Ekspedisi, Orang Eropa Pertama Tiba di Bogor 1687; Pieter Scipio Bangun Benteng Padjadjaran

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Pada era Portugis, gambaran tentang hulu sungai Tjiliwong hanya ditemukan di Pelabuhan Soenda Kelapa (Thome Pires, 1535). Dalam laporan Portugis di hulu sungai Tjiliwong terdapat kerajaan lokasi ibukotanya disebut Dajo. Masih dalam laporan Portugis, pada tahun 1522 utusan kerajaan meminta bantuan Portugis di Malaka untuk membantu. Namun pasukan Portugis terlambat tiba, ketika Banten yang beragama Islam telah menaklukkan kerajaan pada tahun 1523.

Benteng Padjdjaran (Peta ekspedisi Scipio, 1687)
Sejak itu, tidak ada informasi tentang hulu sungai Tjiliwong hingga kedatangan ekspedisi Cornelis de Houtman tiba di Banten pada tahun 1595 (lihat Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent, ..., 1597). Ketika Belanda tahun 1619 memulai koloni di muara sungai Tjiliwong dan membentuk kota Batavia tahun 1623 eks kerajaan di hulu sungai Tjiliwong sudah lama dilupakan.

Kolonisasi Meluas ke Pedalaman

Kolonisasi Belanda (VOC) yang berpusat di Batavia motif awalnya perdagangan (1619) dan dalam perkembangannya berkembang menjadi pembentukan pemerintahan (1800). Aktivitas perdagangan Belanda (VOC) dibagi ke dalam empat periode (lihat Hendrik Kroeskamp, 1931). Periode pertama dimana VOC hanya melakukan perdagangan secara longgar dan terbatas hubungan dengan komunitas di sekitar pantai, sampai sekitar 1615. Periode kedua, dimana wilayah penduduk asli (pribumi) diperluas menjadi bagian perdagangan VOC, sampai sekitar 1663; periode ketiga, dimana penduduk asli sebagai sekutu VOC, sampai dengan 1666; dan periode keempat, penduduk asli dijadikan sebagai subyek VOC.

Senin, 12 Juni 2017

Sejarah Bogor (11): Digitalisasi Dokumen Sejarah di Bogor; Memutar Jam Kembali ke Masa Lampau

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Sejarah sering dilupakan dan bahkan terabaikan. Dokumen sejarah yang menjadi dasar penulisan sejarah kurang dipedulikan. Akibatnya, selama ini jika kita membaca sejarah suatu kota, terkesan compang-camping. Tidak hanya itu, data dan informasi yang menyertai deskripsi sejarah tersebut tidak lengkap, kurang akurat dan konsistensinya lemah. Hal-hal yang kelihatan remeh temeh ini, sesungguhnya telah menyebabkan gambaran sejarah kita kosong tentang konten yang sebenarnya. Apakah ini yang menjadi factor pemicu mengapa sejarah kurang diminati terutama oleh generasi muda?

Indonesia doeloe, 1617 (peta Portugis)
Pemerintah Kota Bogor telah melakukan terobasan, suatu program yang tidak lazim yakni program digitalisasi dokumen sejarah. Ini jarang terjadi jika tidak mau dikatakan tidak pernah ada. Wali Kota Bogor, Bima Arya baru-baru telah memulai babak baru kerjasama antara pemerntah kota dengan pusat arsip sejarah terkenal Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde (KITLV) te Universitiet Leiden untuk urusan digitalisasi dokumen sejarah. Program ini di satu sisi suatu lompatan jauh yang di satu sisi bagaimana kita memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan dan di sisi lain suatu cara kita memutar jam untuk mengetahui apa yang telah terjadi di masa lampau: Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga.

Digitalisasi Dokumen Sejarah

Digitalisasi dokumen sejarah sangat penting. Tidak hanya sekadar orang dewasa ingin mendekatkan diri kepada generasi milenial, melainkan lebih pada misi mempersiapkan apa yang diperlukan oleh generasi milineal nanti. Hal yang penting dari itu, setiap orang bisa mengakses siapapun dia dan dimanapun berada agar penulisan sejarah mendekati kebenaran. Inilah pentingnya digitalisasi dokumen sejarah. Tentu saja  digitalisasi dokumen sejarah akan mempercepat proses penulisan sejarah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Dokumen sejarah Kota Bogor bahkan tidak kurang dari 3000 dokumen dalam bentuk naskah, lukisan/foto dan peta sejak lama tersimpan dan siap digitalisasi. Digitalisasi dokumen sejarah tidak hanya penting tetapi juga dengan sendirinya memperkaya kota.

Minggu, 11 Juni 2017

Nama Rupiah Sebagai Satuan Mata Uang Sudah Dikenal Sejak Dahoeloe Kala (1839): Ini Faktanya!

Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini


Nama uang Indonesia yang sekarang disebut rupiah, asal usulnya tidak diketahui secara pasti. Sebab nama satuan uang yang disebut rupiah sudah ada sejak dahoeloe kala. Lantas kapan satuan uang rupiah dikenal?

Buku De Stuers, 1839
Wikipedia: Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia belum menggunakan mata uang rupiah namun menggunakan mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI. ORI memiliki jangka waktu peredaran di Indonesia selama 4 tahun, ORI sudah mulai digunakan semenjak 1945-1949. Namun, penggunaan ORI secara sah baru dimulai semenjak diresmikannya mata uang ini oleh pemerintah sebagai mata uang Indonesia pada 30 Oktober 1946.Pada 8 April 1947, gubernur provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru.

Nama mata uang rupiah paling tidak sudah dilaporkan pada tahun 1839 dalam suatu buku kisah karamnya kapal Luitenan Kolonel De Stuers yang disalin oleh PP Roorda van Eysinga yang dicetak Broese & Co di Breda tahun 1839. Dalam kisah itu, setelah kapal mereka karam, ketika ingin menumpang sampan orang lain, mereka urunan uang dengan jumlah nilai yang berbeda-beda dalam satuan rupiah. Kisah ini mengindikasikan bahwa penggunaan uang dengan satuan rupiah sudah menyebar di Hindia Belanda.

Sabtu, 10 Juni 2017

Sejarah Bogor (10): Jembatan Merah di Kampong Gardoe; Berwarna Merah Sedari Doeloe; Awalnya Disebut Roode Brug

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Jembatan Merah Bogor, Roode Brug Buitenzorg, 1880
Jembatan Merah di Buitenzorg (kini Kota Bogor) sudah ada sejak doeloe. Disebut ‘jembatan merah’ diduga terinspirasi dari penamaan jembatan merah di sejumlah tempat. Jembatan merah di Kota Buitenzorg dibangun di atas sungai Tjipakantjilan yang menghubungkan pusat kota Buitenzorg (aloon-aloon kota) dengan Land Tjiomas/Land Semplak. Pembangunan jembatan merah ini seiring dengan pembangunan kanal barat untuk kebutuhan pengairan (irigasi) di sepanjang lahan yang berada di sisi barat sungai Tjiliwong dari Kedong Badak hingga Depok. Jembatan merah Kota Bogor ini masih eksis hingga ini hari..

Jembatan Merah Soerabaja, 1860
Nama jembatan merah sudah disebutkan ada di Batavia dekat Pintoe Besi (Bataviaasch handelsblad, 12-02-1875). Nama jembatan merah di Soerabaja paling tidak sudah diketahui tahun 1860. Jembatan merah di Soerabaja berada di atas sungai Kali Mas..

Secara visual bentuk konstruksi Jembatan Merah di Buitenzorg tampak seperti teknologi 'mortar' untuk pembangunan jembatan pada masa ini. Ciri konstruksi mortar, desain dibuat melengkung. Secara teknis konstruksi jembatan menjadi lebih kuat karena konstruksi penahan jembatan dibuat melengkung (arch construction). Seperti kita lihat nanti, ternyata, nenek moyang kita di Bogor sudah sejak lama menerapkan konstruksi lengkung ini dalam pembuatan jembatan bamboo.

Sejarah Bandung (37): KF Holle, Tokoh Pendidikan di Preanger; Kweekschool Bandoeng Dibuka 1866

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Seseorang menulis pada surat kabar Java Bode 03-02-1864 mengindikasikan bahwa di Bandoeng dibutuhkan 15 guru. Namun tidak praktis dengan cara mengirim siswa untuk studi ke Belanda (seperti yang telah dilakukan oleh Willem Iskander). Pembaca menulis ini besar dugaan adalah KF. Holle.

KF Holle, 1860
Gubernur Sumatra’s Westkust Van den Bosche telah datang ke Tanobato untuk melihat sekolah guru yang didirikan dan diasuh Willem Iskander tanggal 13 September 1863. Dia melihat kemajuan sekolah guru itu dan mengusulkan kepada Gubernur Jenderal di Batavia agar sekolah guru di Fort de Kock dan sekolah guru di Tanobato ditutup dan dibangun di Kota Padang sekolah guru yang besar yang dapat dipimpin oleh Willem Iskander. Dalam tindak lanjut usul itu, parlemen (Raad van Indie) menolak usul itu. Yang mengemuka dalam sidang itu adalah perlunya reformasi pendidikan. Isu inilah yang diduga mengapa seseorang menulis di surat kabar Java Bode yang coba membentangkan kebutuhan guru sebanyak 15 orang tersebut.

KF Holle adalah seorang pengusaha perkebunan sukses di Preanger. Pengusaha perkebunan ini ternyata sangat suka belajar, mempelajari budaya dan kesusasteraan Soenda. KF Holle tampaknya memiliki misi yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan di Preanger: meningkatkan literasi penduduk sambil mengembangkan kesusasteraan dan mengembangkan industri perkebunan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga kerja pribumi yang terdidik.

Jumat, 09 Juni 2017

Sejarah Bogor (9): Raden Saleh, Pelukis Terkenal Makam di Bondongan; Willem Iskander, Guru Terkenal Lahir di Pidoli

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Hanya ada dua orang Indonesia (baca: pribumi) di Hindia Belanda yang disebut pionir, yakni: Raden Saleh dan Willem Iskander. Raden Saleh tahun 1836 berangkat ke Eropa untuk belajar seni lukis modern, sedangkan Willem Iskander tahun 1857 berangkat ke Eropa untuk belajar ilmu keguruan.

Batu nisan di makam Raden Saleh di Bondongan (foto 1935)
Raden Saleh kelahiran Semarang, Afdeeling Semarang berangkat studi pada tahun 1836 pada usia 12 tahun. Willem Iskander kelahiran Pidoli, Afdeeling Mandailing berangkat studi pada tahun 1857 pada usia 17 tahun. Perjalanan dari Batavia ke Amsterdam, Belanda saat itu ditempuh cukup lama melalui Afrika Selatan (terusan Suez baru dibuka tahun 1869).Kelak, Raden Saleh bermukim di Buitenzorg dan beristri wanita Buitenzorg. Raden Saleh meninggal di Buitenzorg. Sedangkan Willem Iskander kembali ke Belanda tahun 1874 dengan membawa tiga guru muda: Adi Sasmita dari Preanger, Raden Soerono dari Soerakarta dan Barnas Loebis dari Tapanoeli. Namun dalam masa studi keempat guru tersebut meninggal satu per satu di Belanda. Willem Iskander adalah kakek buyut dari Drh. Anwar Nasoetion di Buitenzorg (ayah dari Prof. Andi Hakim Nasoetion)

Raden Saleh setelah selesai pelajarannya tentang seni lukis di Belanda, tahun 1839 Raden Saleh dilaporkan ikut pameran lukisan di Jerman, Austria, Paris dan Italia (Overijsselsche courant, 29-10-1839), Sejak itu, nama Raden Saleh semakin popular di kalangan para pelukis. Raden Saleh setelah memiliki kesempatan melukis di Eropa dan berpameran di Eropa kembali ke tanah air tahun 1851. Raden Saleh di Menteng membangun villa mewah yang sekaligus galerinya.

Kamis, 08 Juni 2017

Sejarah Bogor (8): Golf di Bogor Tempo Doeloe, Buitenzorgsche Golfclub; Lapangan Golf Rawamangun Diresmikan Tahun 1937

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Kota Bogor termasuk salah satu kota terawal di Hindia Belanda (baca: Indonesia) yang menyelenggarakan permainan golf. Beberapa olah raga luar lapangan saat itu, seperti pacuan kuda dan sepakbola sudah lebih awal berkembang. Oleh karena permainan golf sendiri sangat terbatas segmennya, menjadi salah satu alasan mengapa keberadaan golf kurang popular. Meski demikian, permainan golf secara perlahan dan pasti terus berkembang.

Taman Semplak, 1914
Permainan golf kali pertama diperkenalkan pada tahun 1872 di Batavia (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 11-03-1937). Namun kabar berita perkembangannya tidak begitu terdengar cukup lama. Keberadaan permainan golf baru muncul (kembali) ke permukaan pada awal tahun 1900. Ini sehubungan dengan pembentukan klub golf di Batavia yang diberi nama Batavia Golfclub. Lapangan yang digunakan adalah Manggarai course. Batavia Golfclub semakin menunjukkan keberadaannya (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-01-1928).

Selain di Batavia, kota-kota lain yang terbilang awal aktif menyelenggarakan permaianan golf, antara lain Soerabaja dan Semarang. Di Kota Bogor, kapan permainan golf diperkenalkan kali pertama tidak diketahui secara pasti. Namun ketika di Bogor diberitakan adanya penyelenggaraan permainan golf, permainan golf di sejumlah kota juga muncul.

Rabu, 07 Juni 2017

Sejarah Bogor (7): Nama Kampung di Bogor Tempo Doeloe; Gemeente Buitenzorg Terdiri Tiga Desa (Paledang, Bondongan, Pasar)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Pada awal pembagian administratif Regentschappen (Kabupaten) Buitenzorg memiliki lima district (kecamatan), yakni: Buitenzorg, Paroeng, Tjibinong, Jassinga dan Tjibaroessa. Pada tahun 1861 (lihat Statistiek der Assiten Residentie Buitenzorg, 1861) Regentschappen Buitenzorg terdiri dari 62 tanah (landerien) dan 1.030 kampong. Jumlah penduduk sebanyak 341.083 jiwa, tidak termasuk  orang Eropa/Belanda sebanyak 759.

District Buitenzorg terdiri dari 12 landerien dengan jumlah kampong sebanyak 262 buah. Jumlah penduduk sebanyak 78.607 jiwa. Jumlah penduduk yang terbilang banyak (di atas 10.000 jiwa) berada di land Tjiawi, Land Tjidjeroek en Srogol, Land Bloeboer dan Land Tjiomas.    

Pemerintah Kota Buitenzorg

Land Bloebor adalah wilayah awal yang menjadi cikal bakal Kota Buitenzorg. Sebagaimana diketahui VOC Hindia Timur digantikan Pemerintah Hindian Belanda 1799 dimana pemerintah membeli tanah-tanah VOC untuk tempat pemerintahan seperti di Batavia dan Buitenzorg. Pada tahun 1800, Land Bloebor dibeli oleh pemerintah dimana land tersebut dijadikan pusat pemerintahan. Sejak itu Land Bloeboer  dianggap wilayah kekuasaan pemerintah dan nama Bloeboer berganti nama menjadi Buitenzorg.