Jumat, 01 November 2019

Sejarah Sukabumi (23): Sejarah Kauman dan Masjid di Sukabumi; Pusat Pergerakan Politik Tempo Doeloe di Soekaboemi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pada masa lampau terbentuknya kota berpusat di aloon-aloon. Di seputar alun-alun lokasi rumah pemimpin lokal sangat prominen. Tidak jauh dari rumah/istana pemimpin lokal dibangun masjid. Di seputar masjid inilah umumnya muncul perkampongan baru yang disebut Kaoeman )Kampng Kaoem). Ini tipikal awal kota-kota di (pulau) Jawa.

Masjid Soekaboemi, 1895
Istana, masjid dan perkampoengan Kaoem terintegrasi karena bersifat alamiah. Pemimpin lokal membangun masjid tidak jauh dari istana. Dalam perkembangannya, para pedagang/pengusaha Arab atau Moor lebih memilih bertempat tinggal tidak jauh dari masjid. Kehadiran kaum pendatang inilah yang kemudian di area sekitar masjid terbentuk perkampongan keoeman atau Kampong Kaoem. Kamapong Kaoeman ini antara lain ditemukan di Jogjakarta. Tipologi kauman ini kemudian juga ditemukan di Bogor (Buitenzorg) dan Bandoeng. Tata letak istana. masjid dan Kaoeman di Bandoeng mirip ditemukan di Soekaboemi.
   
Sejak kapan kampong Kaoeman di Soekaboemi terbentuk? Tentu saja itu dimulai setelah didirikannya masjid. Pertanyaan ini sekilas tak penting, tetapi memahami keberadaan masjid dan terbentuknya perkampongan kauman di Bandoeng dan di Soekaboemi terkait dengan hancurnya istana dan masjid Atjeh di Kora Radja. Lantas bagaimana itu terhubung satu sama lain? Itulah awal munculnya perkampongan kauman. Untuk lebih memahaminya mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 31 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (22): Pecinan (China Town) Sukabumi; Sejarah Orang-orang Tionghoa di Soekaboemi Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Hampir di setiap kota ditemukan pemukiman yang diidentifikasi sebagai area komunitas Tionghoa. Tidak hanya di Bogor dan Bandung, juga ditemukan di Kota Sukabumi. Pada masa ini ini area pecinan (China Town) di Kota Sukabumi berada di sekitar Odeon. Keberadaan orang-orang Tionghoa di Soekaboemi paling tidak sudah diketahui tahun 1821 (lihat Bataviasche courant, 29-12-1821).

Pecinan di Soekaboemi, 1890
Pecinan (China Town) di Kota Bogor berada di kawasan (jalan) Suryakencana. Kawasan pecinan (China Town) di Bandung berada di sekitar jalan Klenteng. Tentu saja di Kota Cianjur juga ditemukan pecinan (China Town) yang areanya berada di jalan Mangunsarkoro. Pada awal mulanya tempo doeloe penyebaran orang-orang Tionghoa ke Soekaboemi dan Bandoeng berasal dari kota Tjiandjoer. Sedangkan orang-orang Tionghoa di Tjiandjoer datang dari Buitenzorg (Bogor).

Sudah barang tentu orang-orang Tionghoa datang ke Soekaboemi jauh sebelum tahun 1821. Ini dapat dihubungkan dengan terbentuknya lahan partikiler (land) di district Goenoeng Parang. Land ini kemudian disebut Land Soekaboemi. Pemilik land Soekaboemi, Andries de Wilde diduga kuat telah membuka ruang bagi orang-orang Tionghoa untuk melakukan aktivitas perdagangan di Soekaboemi dan sekitar. Untuk memahami lebih lanjut mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Rabu, 30 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (21): Catur di Sukabumi Sudah Ada Sejak Jaman Kuno? Juara Catur Belanda Dr Euwe Kunjungi Sukabumi, 1930


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini 

Untuk urusan permainan catur di Sukabumi, jangan tanya. Pemegang gelar Grand Master pertama Indonesia kelahiran Sukabumi, Herman Suradiradja. Satu abad yang lalu sudah ada komunitas catur di Sukabumi. Bahkan Kota Sukabumi termasuk salah satu kota yang dikunjungi juara catur Belanda Dr Euwe tahun 1930 (kemudian menjadi juara dunia). Itu dulu. Tapi bagaimana pada masa ini? Itu sudah ditulis oleh yang lain. Kita hanya fokus tentang catur Sukabumi tempo doeloe. Sebab, sejarah adalah tetap sejarah.

Artefak dan Raja Catur dari Sukabumi
Ada satu sejarah lain di Sukabumi yang dikaitkan dengan permainan catur. Belum lama ini, tiga tahun lalu di Sukabumi ditemukan artefak kuno yang mengindikasikan batu mirip buah catur. Lokasi penemuan artefak ini berada di kecamatan Ciemas (yang menjadi bagian dari wilayah  Geopark Ciletuh Sukabumi). Artefak-artefak dari batu yang menyerupai buah catur ini seperti kuda, benteng, gajah dan pion.   

Lantas mengapa tempo doeloe di Sukabumi terdapat komunitas catur. Bahkan komunitas catur Sukabumi ini sangat diperhitungkan. Padahal kota Soekaboemi hanyalah kota kecil tidak sebesar kota Batavia, Bandoeng, Soerabaja dan Medan. Namun sayang komunitas catur di Soekaboemi ini hanya terbatas di kalangan orang-orang Eropa (tidak ada pribumi). Lalu apakah absennya pribumi tempo doeloe, kini telah ditunaikan oleh Herman Suradiradja? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Selasa, 29 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (20): Sejarah Sepak Bola Sukabumi, Apakah Ada? Tim Sepak Bola dari Batavia Tour ke Soekaboemi, 1920


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
 

Apakah ada sejarah sepak bola Sukabumi? Ada, sejarah Perssi (Persatuan Sepak Bola Sukabumi Indonesia) dan sejarah Persikabumi (Persatuan Sepak bola Indonesia Kabupaten Sukabumi). Bukan itu yang dimaksud. Apakah ada sejarah sepak bola di Sukabumi sebelum  Perssi dan Persikabumi didirikan. Pertanyaan ini memicu perhatian kita untuk membuka lembaran-lembaran surat kabar pada masa lampau. Sejauh ini sulit ditemukan informasi mengenai sejarah sepak bola di Sukabumi.

Pertandingan sepak bola kali pertama di Indonesia (baca: Hindia Belanda) diselenggarakan di Medan. Itu terjadi pada tahun 1893 ketika tim sepak bola (Inggris) di Penang melawat ke Medan untuk bertandingan dengan tim sepak bola (Belanda). Lalu pada tahun 1896 satu pertandingan sepak bola diadakan di Jakarta (baca: Batavia). Pada tahun 1902 tim sepak bola dari Batavia (BVC) melawat ke Bandoeng untuk melawan tim sepak bola setempat. Setelah perserikatan (bond) pertama didirikan di Batavia yang disebut BVB, kompetisi sepak bola BVB dimulai pada tahun 1904. Itulah awal sepak bola di Indonesia.     

Ketika kompetisi sepak bola sudah diselenggarakan di Batavia, Medan, Soerabaja dan Bandoeng, gaung sepak bola belum terdengar di Soekaboemi. Kompetisi yang kerap diadakan di Soekaboemi baru pacuan kuda saja. Lantas kapan sepak bola kali pertama diadakan di Soekaboemi? Jawaban pertanyaan ini sudah barang tentu akan sendirinya tersambung dengan sejarah Perssi dan Persikabumi. Untuk itu, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 27 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (19): Hari Jadi Kabupaten Sukabumi dan Hari Jadi Kota Sukabumi; Kapan Sebenarnya dan Apa Pedomannya?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Tahun lalu, Bupati (kabupaten) Sukabumi pernah mempersoalkan hari jadi (hari kelahiran) Kabupaten Sukabumi. Pertanyaan yang diajukan Bupati sangat mudah, yakni bagaimana mungkin hari jadi Kota Sukabumi lebih tua dari Kabupaten Sukabumi. Pertanyaan ini masuk akal. Selama ini hari jadi kabupaten Sukabumi ditetapkan tanggal 1 Oktober 1945, sementara hari jadi Kota Sukabumi ditetapkan tanggal 1 April 1914 (merujuk pada tangggal diberlakukannya Gemeente Soekaboemi). Pada tahun ini hari jadi Kabupaten Sukabumi telah direvisi dan telah diperingati pada tanggal 10 September 1870.

Persoalan hari jadi daerah (kabupaten/kota atau provinsi) tidak hanya di Sukabumi. Banyak daerah mempersoalkannya. Sejumlah daerah menetapkan hari jadi bahkan tidak masuk akal, karena dasar penetapannya sangat diragukan atau (terkesan) tidak relevan. Kota Bandung ditetapkan lahir tahun 1810; Kabupaten Bandung (1641); Kota/Kabupaten Bogor (1482); Kabupaten Cianjur (1677) dan Kota Cirebon (1388). Namun ada juga yang menetapkan secara realistis seperti Kabupaten Bekasi (1950); Kota Depok (1999); Kota Bekasi (1997); Kota Cimahi (2001).   

Lantas kapan seharusnya hari jadi Kabupaten Sukabumi? Itu yang menjadi persoalannya. Sejauh ini tidak ada panduan (pedoman) yang seragam yang digunakan. Ketiadaan panduan ini menyebabkan munculnya persoalan dan menjadi masalah bagi setiap kabupatan dan kota. Meski demikian, sesungguhnya ada satu pedoman tetap yang berlaku sejak jaman kuno, yakni: nalar. Upaya bernalar inilah yang disentil oleh Bupati Sukabumi. Jadi, kapan seharusnya hari jadi Kabupaten Sukabumi? Menurut revisi, hari jadi Kabupaten Sukabumi ditetapkan tanggal 10 September 1870. Lalu, apakah itu sudah benar? Mari kita bernalar menurut sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (18): Bupati Soekaboemi Soerianatabrata Meniti Karir dari Bawah; Bupati Sukabumi Pertama Dimulai 1921


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Dalam daftar nama Bupati Sukabumi (lihat Wikipedia), nama bupati pertama adalah Soerianatabrata. Bupati pertama ini menjabat antara tahun 1921 hingga 1930. Pada masa ini Bupati Sukabumi dijabat oleh Drs H Marwan Hamami, MM yang akan berakhir pada tahun 2021. Bermulanya Soerianatabrata dan berakhirnya Marwan Hamami itu berarti satu abad bupati (regent) di Afdeeling (kabupaten) Soekaboemi.

Sejarah bupati di Sukabumi belumlah lama jika dibandingkan dengan di kabupaten lainnya. Seperti dicatat dalam Wikipedia, sejarah bupati Bandung tercatat mulai tahun 1632; bupati Cianjur sejak tahun 1677; bupati Garut sejak 1813; bupati Sumedang sejak 1578. Sejarah bupati di Sukabumi juga tidak termasuk baru. Seperti dicatat dalam Wikipedia, sejarah bupati Karawang baru dimulai pada tahun 1945; sejarah bupati Bogor baru dimulai pada tahun 1948; sejarah bupati Bekasi baru dimulai pada tahun 1950; sejarah bupati Purwakarta baru dimulai pada tahun 1968.

Yang pertama selalu menarik perhatian. Itu berarti Soerianatabrata sebagai bupati (kabupaten) Sukabumi yang pertama tentu menarik perhatian. Namun sangat disayangkan, sejarah Soerianatabrata tidak pernah ditulis. Disinilah pentingnya, mengapa kita perlu menulis sejarah Soerianatabrata sebagai bupati pertama. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Sukabumi (17): Mr R Sjamsoedin, Republiken Sejati; Lika-Liku Perjalanan Politik Revolusioner van Soekaboemi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini 

Dalam daftar tokoh Sukabumi, nama Raden Sjamsoedin tampaknya harus ditempatkan di baris terdepan. Raden Sjamsoedin orangnya lurus, tetapi perjalanan politiknya sangat berlika-liku. Raden Sjamsoedin mulai terlibat politik selagi masih kuliah di Batavia. Sjamsoedin bersama Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mohamad Jamin mengawali karir politik sebagai trio muda di Partai Indonesia yang baru dibentuk tahun 1931. Sebagai sarjana hukum, Raden Sjamsoedin meminta dua sahabatnya itu untuk membuka kantor hukum di Soekaboemi. Mengapa?

Nama Raden Sjamsoedin (lahir di Soekaboemi, 1908) sangat dikenal di Sukabumi. Namanya di Kota Sukabumi ditabalkan sebagai nama jalan dan nama rumah sakit. Dua nama situs penting di Sukabumi ini seakan menggambarkan jalan hidup Sjamsoedin. Memiliki perjalanan politik yang lengkap, tetapi karena sakit, Sjamsoedin tidak berumur panjang. Mr Raden Sjamsoedin meninggal tahun 1950 pada usia 42 tahun.       

Raden Sjamsoedin, bukanlah tokoh daerah, tetapi tokoh nasional. Dua tokoh nasional yang menjadi sahabatnya bersedia bekerja di daerahnya di Soekabimi.  Sebagai tokoh nasional, Raden Sjamsoedin secara terus menerus mengambil bagian dalam perjuangan bangsa di dalam semua era, yakni: era pergerakan politik pada masa kolonial Belanda, era pendudukan Jepang, era perang kemerdekaan dan era pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Ketika Negara Pasoendan didirikan, Raden Sjamsoedin tetap setia dengan Republik Indonesia. Raden Sjamsoedin adalah Republiken sejati.

Sejarah Sukabumi (16): Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Masa Perang Kemerdekaan; Siapa Lawan, Siapa Kawan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
 

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah satu titik terpenting dalam sejarah (perjuangan) bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga sangat penting di Sukabumi, karena Sukabumi juga adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses (garis continuum) perjuangan bangsa. Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga adalah wujud dari kemerdekaan di Soekaboemi dari pengaruh asing (Belanda dan Jepang). Namun Proklamsi Kemerdekaan Indonesia tidak cukup. Perjuangan masih ada, yakni mengusir kembali para penjajah yang kembali (Inggris dan Belanda) yang disebut perang kemerdekaan. Dalam hal ini, Sukabumi menjadi salah satu area penting dalam perang kemerdekaan itu.

Soekaboemi, 21 Juli 1947
Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia, tanpa terkecuali. Apakah mereka yang non-cooperative maupun yang cooperative. Kedatangan kembali penjajah (Inggris dan Belanda) memicu perang kemerdekaan. Dalam masa perang kemerdekaan inilah setiap anak bangsa diuji kembali. Yang non-cooperative tetap menjadi non-cooverative dan yang cooperative di masa lampau sebagian menjadi non-cooperative sebagian yang lain tetap cooperative. Pada era perang kemerdekaan inilah teruji siapa yang menjadi anak bangsa Indonesia sejati. Dengan kata lain, dalam era perang kemerdekaan ini diketahui siapa yang menjadi lawan dan siapa yang menjadi kawan. Siapa yang menjadi lawan bisa jadi dari orang setempat tidur dan siapa yang menjadi kawan bisa jadi orang yang berasal nun jauh dari seberang lautan.
.
Bagaimana sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sudah kita ketahui. Akan tetapi bagaimana sejarah perang kemerdekaan di Sukabumi belum sepenuhnya diketahui. Dalam hubungan ini, sudah menjadi tugas kita untuk melengkapi sejarah perang kemerdekaan di Sukabumi. Wilayah Soekaboemi adalah salah satu wilayah pertahanan terakhir bangsa Indonesia. Inilah yang menyebabkan sejarah perang kemerdekaan di Soekaboemi terbilang penting. Hanya saja sejarahnya belum sepenuhnya terdokumentasi. Tentu saja dalam masa transisi ada romantika sejarah yang mengutub pada siapa kawan dan siapa lawan. Untuk lebih memehaminya mari kota telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Sukabumi (15): Kesadaran untuk Berbangsa dan Pergerakan Politik; Lahirnya Pahlawan-Pahlawan Nasionalis Sukabumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Sukabumi tidak hanya satu, tapi banyak. Pahlawan Sukabumi tidak hanya masa kini tetapi juga sudah ada di masa lampau. Pahlawan Sukabumi lahir di tengah ketidakadilan. Pahlawan Sukabumi bangkit di atas kesadaran berbangsa. Pahlawan Sukabumi berani menentang para penjajah apakah itu bangsa Belanda atau bangsa Jepang atau bangsa sendiri yang berperilaku layaknya penjajah. Pahlawan Sukabumi sangat sadar arti berbangsa, membangun persatuan dan kesatuan bangsa dalam format pergerakan politik, apakah di tingkat lokal maupun di tingkat nasional.

Dalam garis continuum inilah lahirnya pahlawan-pahlawan Sukabumi. Ada yang sangat terkenal seperti R Sjamsoedin dan ada yang tidak dikenal. Ada yang lahir di era pergerakan politik dan era perang kemerdekaan, juga ada yang lahir di era koffiestelsel (era tanam paksa). Tentu saja ada yang lahir di era VOC. Semua pahlawan lintas generasi tersebut adalah pahlawan Sukabumi. Sebaliknya, tentu saja ada penghianat, ada yang mendzalimin penduduk, dan bahkan ada yang berusaha untuk menyingkirkan pahlawan Sukabumi demi untuk melayani tuannya: para penjajah. Barisan ini tidak perlu dikenang. Kenanglah Pahlawan Sukabumi, pahlawan yang benar-benar melindungi kepentingan penduduk dan pahlawan yang benar-benar menentang para penjajah. Ke dalam daftar ini juga dapat dimasukkan individu-individu yang aktif berpartisipasi untuk menigkatkan kesejahteraan penduduk seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan keagamaan. 

Bagaimana sejarah kepahlawanan di Sukabumi? Nah, itu dia. Kita hanya mengenal beberapa orang saja seperti R Sjamsoedin. Lantas bagaimana mereka berjuang? Nah, itulah tugas kita generasi sekarang. Kita sudah waktunya mendaftarkan semua pahlawan, garis perjuangannya, meski tidak dikenal namanya tetapi paling tidak mengetahui bagaimana mereka berjuang. Setiap era pasti ada pejuang, dan pasti pula ada pejuang di Sukabumi. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Jumat, 25 Oktober 2019

Sejarah Jakarta (59): Bahasa Betawi dan Bahasa Melayu; Dalam Khasanah Bahasa Nusantara, Tidak Ada Tata Bahasa Betawi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Betawi sudah sejak lama diakui sebagai bahasa etnik. Bahasa yang kini setara dengan bahasa-bahasa etnik di Indonesia seperti bahasa Jawa, bahasa Madura dan bahasa Sunda. Tiga bahasa yang disebut terakhir tidak mirip bahasa Betawi, tetap bahasa Betawi mirip bahasa Melayu. Yang memiliki kedekatan dengan bahasa Melayu tidak hanya bahasa Betawi, juga antara lain bahasa Minangkabau, bahasa Ambon dan bahasa Aceh.

Bataviaasch nieuwsblad, 10-10-1902
Bahasa Melayu di nusantara (baca: Indonesia) tentu saja sudah lama keberadaannya. Bahkan bahasa Melayu sudah digunakan dalam perdagangan kuno seperti di Baros dan Palembang. Sebagai bahasa tertua dalam perdagangan, maka bahasa Melayu dengan sendirinya menjadi lingua franca di nusantara. Bahasa lingua franca di benua Amerika antara lain adalah bahasa Spanyol, bahasa Portugis, bahasa Inggris dan bahasa Prancis. Lantas mengapa bukan bahasa India atau bahasa Cina yang menjadi lingua franca di nusantara?. Bahasa Melayu, sebagai bahasa lingua franca, kelak menjadi dasar dalam pembentukan bahasa Indonesia.

Bahasa Betawi, penggunaannya hanya terbatas di wilayah Batavia (baca: Jakarta), seperti halnya bahasa Ambon terbatas di Ambon. Pada masa kini penyebaraan penggunaan bahasa Betawi tidak hanya di Jakarta tetapi juga di Bekasi, Tangerang dan Depok. Wilayah-wlayah yang overlap dengan pengguna bahasa Sunda. Di wilayah Jakarta sendiri pengguna bahasa terbanyak adalah bahasa Indonesia. Pengguna bahasa terbanyak kedua di Jakarta adalah bahasa Jawa. Namun dari segi asal-usul penutur di Jakarta ada perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Lalu seberapa dekat bahasa Betawi dengan bahasa Indonesia? Jika tata bahasa Melayu telah disusun oleh Charles Adrian van Ophuijsen, lantas mengapa tidak pernah ada penyusunan tata bahasa Betawi?