Pada awalnya Kota
Depok tidak membutuhkan hotel, karena Kota Depok sendiri adalah kota perumahan.
Dulu hanya ada satu hotel di Depok,
sebuah hotel kecil yang lokasinya di Cimanggis. Hotel ini biasanya melayani orang-orang
yang datang dari daerah industri di sepanjang jalan raya Bogor. Hotel tidak
berkembang di sekitar jalan raya Bogor, yang berkembang adalah kamar kost dan
rumah kontrakan untuk pegawai/pekerja. Seiring
dengan hadirnya Universitas Indonesia hadir di Depok, booming kamar kost dan rumah kontrakan untuk
mahasiswa terjadi. Untuk mengantisipasi kebutuhan tamu Universitas Indonesia
ketiadaan hotel yang representative dibangun Wisma Pusat Studi Jepang dan Wisma
Makara. Kedua wisma ini berada di dalam kampus Universitas Indonesia. Pesaing
baru muncul, dengan dibangunnya Hotel Bumi Wiyata di Jalan Margonda Raya.
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Laman
▼
Kamis, 23 Agustus 2012
Pertumbuhan dan Perkembangan Pasar Modern di Depok: Pra dan Pasca Krisis
Pasar
Modern yang pertamakali hadir di Depok adalah Agung Shop (Jalan Arif Rahman
Hakim), Ramanda (Jalan Margonda Raya), Super Ekonomi (Jalan Tole Iskandar) dan
Mitra (Cimanggis). Toserba-toserba ini pada waktu itu menjadi pusat
perbelanjaan modern (ritel) yang menyediakan berbagai kebutuhan warga seperti
pakaian, atk, makanan snack dan soft drink. Namun sangat disayangkan toserba-toserba
ini tutup setelah terjadi krisis moneter. Kemudian era toserba ini digantikan
pusat perbelanjaan model supermarket. Pertama didirikan supermarket Target yang
awalnya mengambil lokasi di ruko Depok Timur dan kemudian membangun sendiri
bangunan yang lebih besar dan megah di Jalan Proklamasi Depok Timur. Supermarket
ini mulai kalah pamor seiring dengan munculnya mal-mal di Margonda. Mal-mal
yang bermunculan di awal tahun 2000-an berturut-turut adalah adalah Hero, Plaza
Depok dan Mal Depok (ketiganya di Jalan Margonda Raya) dan Mall Cinere.
Usaha Tanaman di Jalan Juanda : Pedagang Kaki Lima (PKL) ala Depok
Di kiri-kanan hampir
sepanjang Jalan Juanda Depok terdapat ratusan usaha tanaman. Produk yang
diperdagangkan adalah tanaman hias, tanaman produktif, berbagai macam pupuk.
Para pengusaha tanaman ini dulunya tersebar di berbagai tempat utamanya di
Jalan Margonda Raya. Setelah dibuka Jalan Juanda dan pesatnya pertumbuhan
bisnis di sepanjang Margonda, para pedagang ini menempati kedua sisi Jalan
Juanda sebagai tempat usaha baru. Kini Jalan Juanda yang panjangnya 6 Km
bagaikan pasar tanaman yang selalu ramai dikunjungi para pembeli. Yang menarik
para pedagang kaki lima (PKL) ala Depok ini membuat para pengendara yang melalui
Jalan Juanda terasa berada di karnaval Pasadena. Para pedagang menata produknya (kombinasi tanaman hias dan bibit
tanaman produktif plus batu-batu alam) sedemikian rupa sehingga tampak indah
dan rapih yang juga dilengkapi gubuk-gubuk mungil terbuat dari bambu dan
beratap ijuk.
Tugu Garuda di flyover UI Depok: Monumen Selaras Alam yang Memberi Spirit
Tugu yang pertama dibangun di Kota Depok adalah Tugu Garuda.
Tugu ini berada di dalam lingkaran flyover Universitas Indonesia (UI). Di
puncak tugu terdapat seekor burung garuda yang tengah membawa satu tandan
kelapa—yang seakan mengingatkan setiap warga Depok yang pergi ke luar Depok agar
pulangnya harus membawa hasil. Tidak jauh dari tugu ini di lingkungan kampus UI
terdapat sejumlah tugu kecil namun yang spektakuler adalah sebuah bangunan baru
dengan model monumen purba yang menjadi bagian dari perpustakaan Universitas
Indonesia. Sejumlah tugu lainnya di Depok terdapat di persimpangan jalan raya
atau di dalam lingkungan perumahan. Beberapa tugu tersebut adalah: Tugu Jam di
pertigaan Margonda-Siliwangi-Kartini; Tugu Goong Si Bolong di Tanah Baru; dan Tugu
Grand Depok City.
Flyover Universitas Indonesia (UI) hingga Underpass Citayam: Solusi Kemacetan di Depok
Peta (google maps) Flyover UI |
Kota Depok merupakan jalur lalu lintas kereta api Jakarta-Bogor yang frekuensinya terbilang tinggi. Akibatnya perlintasan kereta api di Depok kerap menjadi simpul kemacetan yang sulit diurai. Pembangunan flyover (overpass) atau underpass (subway) adalah suatu solusi. Pembangunan flyover pertama di Depok dibangun di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1989. Pembangunan flyover yang kedua dilakukan pada tahun 2006 di Jalan Arif Rahman Hakim dan pada tahun 2008 dibangun flyover di Ratu Jaya menuju Depo KRL Depok. Dua solusi kemacetan di perlintasan keret api yang memerlukan penanganan segera adalah di perlintasan Jalan Dewi Sartika dan Stasiun Citayam. Masing-masing perlintasan kereta api ini lebih sesuai pembangunan underpass daripada flyover. Namun pembangunan flyover dan underpass bukanlah hal yang mudah dan murah. Pembebasan lahan adakalanya lebih mahal daripada pembangunan flyover/underpass. Kasus ‘Pondok 1 Milyar’ ketika pembebasan lahan pembangunan flyover UI hingga kini konon belum tuntas terselesaikan. Pemilik tanah meminta ganti rugi sebesar Rp 1 Milyar atas tanahnya yang kini menjadi bagian dalam lingkaran flyover UI.