Laman

Senin, 30 Januari 2017

Sejarah Bandung (13): Sejarah Jalan Braga Ditulis Keliru, Ini Faktanya; Jalan Tertua di Bandung


Jalan Braga (Peta 1910)
Jalan Braga Bandung adalah jalan yang sudah dikenal sejak dari doeloe. Jalan ini tidak hanya popular bagi warga Bandung tetapi juga cukup dikenal oleh para wisatawan, baik domestik maupun manca negara. Oleh karena nama jalan Braga sendiri tidak pernah berubah sejak era kolonial, maka nama jalan Braga dikenal oleh antar generasi. Kini jalan Braga adalah salah satu heritage dan juga dianggap sebagai salah satu icon Kota Bandung.

Nama jalan Braga sangat dikenal luas sejak dari dulu, tetapi sangat disayangkan sejarahnya ditulis secara keliru. Mungkin karena begitu popular, detail sejarahnya terabaikan. Artikel ini menelusuri TKP di masa lampau. Mari kita lacak.

Asal Usul Nama Braga

Java-bode: voor Nederlandsch-Indie, 06-06-1883
Nama ‘Braga’ di Bandoeng kali pertama muncul pada tahun 1883. Muncul di surat kabar, karena sejumlah individu membentuk paguyuban (vereeniging) yang diberi nama ‘Braga’ untuk mempromosikan tempat yang nyaman dengan menyediakan pertunjukan drama, musik dan puisi (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 06-06-1883). Sarikat ini mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Stbl. No.152 (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-06-1883).

De locomotief: Samarangsch, 22-08-1883
Sarikat atau klub Braga didirikan pada Januaru 1882. Sarikat ini telah melakukan berbagai pertunjukan seperti opera, music dan sebagainya. Banyak orang asing yang hadir setiap ada pertunjukan. Klub ini diharapkan akan makin banyak dikunjungi oleh wisatawan, sehubungan dengan adanya pembangunan jalan kereta api Batavia-Bandoeng (yang saat itu masih melalui Buitenzorg, Soekaboemi dan Tjiandjoer). Bangunan klub Braga ini adalah gudang yang disulap menjadi ruang teater yang berada di samping lokasi gedung Societeit (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 22-08-1883).  

Jalan Tertua di Bandung

Pada awalnya, jalan pos trans-Java (Daendels, 1810) berada di area yang lebih tinggi (ruas Radja Mandala, Tjipaganti dan Odjoeng Brung). Jalan pos ini kemudian digeser ke bawah sehingga ruas baru antara Tjimahi dan Odjoeng Brung. Jalan pos baru ini dibuat sehubungan dengan pembentukan ibukota Regetschap (Kabupaten) Bandoeng ketika kali pertama controleur ditempatkan tahun 1829. Dengan demikian, jalan pos yang baru dan kantor/rumah controleur dibangun tahun 1829.

Posisi rumah/kantor controleur ini adalah di sisi utara jalan pos trans-Java (yang baru) dan di sisi timur sungai Tjikapoendoeng. Seperti biasanya di tempat lain, dimana rumah/kantor controleur berada di tempat itulah ibukota. Lahan lokasi kantor/rumah controleur ini kelak bersebelahan dengan lahan tempat dimana dibangun hotel yang pertama (kemudian disebut Hotel Preanger). Tentu saja di sekitar rumah/kantor controleur ini masih hutan belantara.

Rumah Asisten Residen Bandoeng
Pada tahun 1846 status Kabupaten Bandoeng ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Untuk persiapan ini dibangun kantor Asisten Residen di seberang kantor/rumah controleur. Sedangkan rumah Asisten Residen dibangun agak jauh (sesuai planologi kota) ke arah utara dengan membuat jalan akses antara rumah/kantor controleur dengan sungai Tjikapoendoeng. Jalan akses inilah kelak yang disebut Bragaweg.

Bangunan-bangunan pemerintah yang menyusul adalah pembangunan kantor pos (di sisi barat sungai Tjikapoendoeng dan sisi utara jalan pos), gedung kerapatan (semacam gedung mahkamah dibangun di belakang kantor Asisten Residen, penjara (di arah utara kantor pos).  Diantara bangunan-bangunan utama ini mulai bermunculan perumahan, bangunan swasta lainnya, seperti hotel (Hotel Preanger), bangunan toko dan sebagainya. Di hook antara jalan pos trans-Java dan jalan akses ke rumah Asisten Residen kemudian didirikan bangunan Societeit (klub social yang kemuedian diberi nama Concordia).

J
Concordia, 1905
alan akses dari jalan pos trans-Java ke rumah Asisten Residen lambat laun menjadi ramai dengan berdirinya berbagai bangunan-bangunan swasta terutama perusahaan perkebunan dan perusahaan perdagangan. Di sekitar rumah asisten residen (ujung jalan akses) juga dikembangkan sebuah taman yang kemudian disebut Pieters Park (kini Taman Balai Kota). Setelah orang-orang Eropa cukup banyak berdiam di sekitar jalan pos trans-Java dan jalan akses kegiatan social semakin intensif di klub Concordia. Saat keramaian inilah muncul klub Braga yang mengkhususkan pada bidang seni pertunjukan.

Bragaweg, 1905
Lambat laun sejak pendiriannya (1882), nama Braga menjadi lebih popular jika dibandingkan dengan Concordia. Jalan akses yang sejak 1846 yang tidak memiliki nama kemudian disebut jalan Braga (Bragaweg).

Jalan Braga semakin dikenal luas, tidak hanya karena gedung teater dari klub Braga, tetapi jalan akses yang di masa lampau telah menjadi Jalan Braga yang menjadi pusat Eropa yang di sana sini menyediakan tempat seperti toko besar, café dan sebagainya. Sejak 1900 jalan Braga ini tidak hanya popular bagi warga Bandoeng tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisatawan terutama yang datang dari Batavia.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

1 komentar:

  1. Terima kasih atas infonya ya pak, menarik sekali, izin share artikel ini di blog saya ya pak, berhubung saya sedikit membahas Jalan Braga juga. Terima kasih. :)

    Salam kenal,
    Anna

    BalasHapus