Dja Endar Moeda, alumni Kweekschool Padang Sidempuan (lulus 1884), guru di Tapanoeli, West Sumatra dan Atjeh setelah pension memilih menetap di Kota Padang. Pada tahun 1895 Dja Endar Moeda mendirikan sekolah swasta di Kota Padang, sebagai wujud kepeduliannya terhadap pendidikan mengingat saat itu di Kota Padang banyak penduduk usia sekolah tidak tertampung di sekolah negeri.
Visi Menjadi Indonesia |
Di
Kota Padang, Dja Endar Moeda yang terus berbicara pendidikan pribumi, juga
berbicara tentang kemiskinan dan pembangunan kehidupan bagi penduduk utamanya pembangunan
pertanian dan industri (rakyat). Dja Endar Moeda mulai menarik garis pemisah
antara Belanda dan pribumi.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 25-03-1898 memberitakan isi esai Dja Endar Moeda
mengusulkan di dalam korannya, Pertja Barat, menginginkan agar di sekolah
pribumi, bahasa pengantarnya adalah bahasa Melayu, bukan bahasa Belanda.
Alasannya adalah bahwa sangat sulit bagi pribumi untuk bisa berbahasa Belanda.
Pernyataan Dja Endar Moeda ini membuat petinggi di Batavia tersentak. Koran
Sumatra Courant juga memuat hasil wawancara korespondennya di Batavia yang
menanyakan langsung Menteri. Koresponden: ‘Apakah penggunaan bahasa kita
(maksudnya Belanda) dalam pendidikan akan dihentikan?’. Menteri menjawab:
‘Jangan sampai terjadi, nanti tidak ada ajaran yang lebih mengikat seperti
sebelumnya yang terjadi di sekolah guru’.
Dja
Endar Moeda tidak hanya tokoh pribumi yang menonjol di Kota Padang, tetapi Dja
Endar Moeda menjadi tokoh pribumi yang pendapatnya selalu mendapat perhatian
dari pers Belanda (Sumatra Courant). Dja Endar Moeda, tidak hanya mengkritik
pemerintah, juga memberi usulan-usulan yang kongrit dalam bidang pendidikan
pribumi (generasi penerus Willem Iskander telah lahir di Kota Padang).
Willem Iskander
sebelum Belanda menghancurkan Atjeh telah melakukan perlawanan terhadap
penjajah lewat sajaknya dalam buku Si Boeloes-Boeloes, Siroemboek-Roemboek, Batavia,
1872. Saat menulis sajak perjuangan (melawan Belanda ini), di Hindia Belanda
hanya satu wilayah yang masih tersisa yang memiliki kemerdekaan yakni Atjeh.
Pernyataan keprihatinan Willem Iskander setelah kraton dan masjid Atjeh hancur
(symbol kekuatan Atjeh) menunjukkan kesadaran berbangsa Willem Iskander telah
menjadi matang.
Sejak
Dja Endar Moeda terjun ke dunia pers (1897), mulai intens berbica tentang
kebangsaan. Dja Endar Moeda semakin melihat perbedaan yang besar antara Belanda
di satu sisi dan pribumi di sisi lain. Kemakmuran yang diperoleh Belanda tidak
terhubung dengan penduduk. Dari hari ke hari, penduduk semakin tidak berdaya
(pendidikan yang rendah dan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk yang terus
merosot).
Mendirikan
Organisasi Medan Perdamaian
Dja
Endar Moeda boleh jadi merasa tidak kuat sendiri berjuang untuk bangsanya. Dja
Endar Moeda mulai merintis jalan persatuan dengan menggagas pendirian
organisasi social pribumi. Organisasi pribumi ini didirikan tahun 1900 yang
diberi nama Medan Perdamaian. Organisasi pribumi ini merupakan organisasi
formal pertama yang didirikan di Indonesia. Organisasi Medan Perdamaianan ini
bersifat nasional.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar