Nama Kota Bogor adalah sesuatu yang baru. Nama Kota Bogor menggantikan nama Kota Buitenzorg baru terjadi pada tahun 1950. Pengumuman nama resmi Kota Bogor disampaikan oleh Menteri Pendidikan, A. Mononutu dalam konferensi pers (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 21-01-1950). Hal ini berbeda dengan Djakarta yang menggantikan nama Batavia, saat Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 otomatis Batavia berganti menjadi Djakarta. Tidak demikian dengan Buitenzorg.
Nama jalan baru: Andi Hakim Nasoetion (foto asli ayobogor.com) |
Setelah nama resmi Kota Bogor diubah,
lalu nama-nama jalan juga diubah. Namun nama-nama jalan yang diubah hanya yang
berbau Belanda. Sedangkan nama yang berbau pribumi tetap dipertahankan, seperti
nama-nama geografis (nama kampong, nama area dan sebagainya).
Nama-nama
jalan yang diubah adalah: Handel straat menjadi jalan Surya Kencana; Hospital
weg menjadi jalan Pengadilan; Treub weg menjadi jalan Otto Iskandardinata,
Lingburgstirum weg menjadi jalan Harupat, Groote weg (sekarang jalan Djuanda);
Bataviasch weg (sekarang jalan A. Yani); Park weg menjadi jalan Dewi Sartika,
Station weg (jalan Nyi Raja Permas), Bioscop weg (jalan Mayor Oking), Gang
Vander Wyk (jalan Pabaton), Museum weg (jalan Kantor Batoe), Koepel weg (jalan
Lawang Gintung), Bantam mbr weg (sekarang jalan Kapten Muslihat), Landbouw weg
(jalan Cimanggu), Gasebriek weg (jalan MA Salamun).
Dari nama-nama berbau Belanda tersebut hanya
ada satu nama ‘pahlawan’ Belanda di Buitenzorg yang perlu diabadikan namanya
yakni Melchior Treub. Anehnya, tidak ada nama-nama yang berbau keluarga kerajaan
Belanda atau nama-nama pahlawan Belanda (sebagaimana ditemukan di Batavia,
Bandoeng dan Medan). Nama-nama jalan di Buitenzorg hampir semuanya menggunakan
nama-nama situs. Sekadar untuk diketahui Prof. Dr. Melchior Treub adalah mantan
Direktur Kebun Raya.
Untuk
nama-nama geografis yang dipertahankan yang sudah ada sebelumnya adalah Gang
Kebon Djahe, Tjiwaringin weg, Tjikeumeh weg (jalan Merdeka), Boeboelak weg
(jalan RE Martadinata), Paledang weg, Panaragan weg, Pantjasan weg, Lolongok
weg, Sadang weg, Lajongsari weg, Bondongan weg (jalan Pahlawan), Batoetoelis
weg, Soekasari weg (jalan Siliwangi), Tjiliboet weg (Kebon Pedes), Tjimanggoe
weg, Tjilendek weg.
Nama
Tokoh Nasional
Nama jalan di kota-kota di Indonesia
menempatkan nama tokoh nasional menjadi prioritas. Nama-nama tokoh tersebut seperti
Otto Iskandardinata, Djuanda, Dewi Sartika, Kartini, Jenderal Ahmad Yani, Jend.Sudirman.
KS Tumbun, RE Martadinata, Raden Saleh
Nama
lain diasosiasikan dengan nasional seperti Merdeka, Veteran, Perintis
Kemerdekaan, Pahlawan (sejak keberadaan Taman Makam Pahlawan), Pemuda. Jembatan
Merah dan sebagainya.
Nama
Tokoh Bogor
Mayor Oking, pejuang Perang Kemerdekaan.
Mayor Oking Djaya Atmadja di dalam Divisi Siliwangi ikut menumpas PKI di Madiun
dan gerakan DI/TII di Jawa Barat. Kapten Moeslihat, pahlawan Kota Bogor dalam
Perang Kemerdekaan (1945-1949). Kapten Tubagus Moeslihat gugur di Kota Bogor 6
Desember 1945.
Dua
nama yang khusus di Kota Bogor adalah jalan Pajajaran, jalan Suryakencana dan jalan Siliwangi. Ketiga nama
jalan ini seakan menjadi ‘tuan rumah’ karena nama-nama tersebut terkait erat
dengan keberadaan Kerajaan Pakuan-Pajajaran dengan raja terakhir Prabu
Siliwangi yang keberadaannya diyakini berada di tengah Kota Bogor yang
sekarang.
Nama tokoh Kota Bogor lainnya antara
lain MA Salmun (Sastrawan Sunda terkenal), KH. Abdullah Bin Nuh (pejuang kemerdekaan
dan ulama Islam), KH Sholeh Iskandar (pejuang kemerdekaan dan ulama Islam), Dr.Semeru,
dan lainnya.
Dr.
Semeru tidak begitu dikenal di Kota Bogor. Pernah menjadi anggota dewan kota
(gemeenteraad) di Buitenzorg
Nama
Jalan Terkini: Andi Hakim Nasoetion
Nama jalan terkini di Kota Bogor adalah
Jalan Andi Hakim Nasution. Penabalan nama Andi Hakim Nasution baru terjadi
beberapa hari yang lalu. Nama jalan Andi Hakim Nasution menggantikan nama jalan
Rumah Sakit (yang dulu juga dikenal sebagai jalan Malabar). Lokasi nama jalan
Andi Hakim Nasution berada di samping Institut Pertanian Bogor (IPB) di area Baranang
Siang, Bogor Utara.
Andi Hakim Nasoetion (foto asli dep statistika) |
Jalan Andi Hakim Nasution hanya ada di
Kota Bogor. Tidak ada di Kota Medan, tidak ada di Kota Padang Sidempuan dan
tidak ada di Kota Panyabungan. Nama Andi Hakim Nasution sangat dikenang oleh
alumni-alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), tidak hanya karena pernah
menjabat rector IPB selama dua periode (1978-1987) tetapi karena kepeloporannya
merekrut siswa berprestasi dari seluruh penjuru tanah air untuk kuliah di IPB
tanpa tes masuk PTN. Andi Hakim Nasution sendiri tentu saja sangat dikenal di
Kota Bogor karena Andi Hakim Nasution adalah anak Bogor: meski lahir di Jakarta
tetapi sejak kanak-kanak sudah tinggal di Bogor hingga meninggal dunia di Kota
Bogor.
Gedung rektorat IPB: Andi Hakim Nasoetion (foto asli tempo.co) |
Keluarga Andi Hakim Nasution juga cukup
dikenal luas di Kota Bogor pada masa lampau. Ayahnya, Drh. Anwar Nasution
adalah alumni Sekolah Kedokteran Hewan (Veeartsenschool). Anwar Nasoetion,
lahir di Pidoli, Panyabungan. Anwar Nasoetion lulusan HIS Padang Sidempoean
masuk Veeartsen School tahun 1922 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1923) dan
lulus dokter hewan 1928 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-05-1928).
Setelah lulus, Drh. Anwar Nasution diangkat menjadi dokter hewan pemerintah di
Batavia (De Indische courant, 04-06-1930). Kemudian Anwar Nasution bertugas di
sejumlah tempat di Hindia Belanda, antara lain di Jawa Timur dan Nusa Tenggara
Timur (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-02-1938). Salah satu
kontribusi Dr. Anwar Nasution adalah membuat pedoman pengawasan daging hewan untuk
diterapkan di seluruh wilayah Hindia Belanda hingga ke desa-desa (lihat De Indische courant,
27-06-1941).
Setelah
pension dari dinas pemerintah (semasa pendudukan Jepang) Drh. Anwar tidak
kembali ke kampong halaman tetapi memilih tetap menetap di Kota Bogor dan berkiprah
sebagai dokter hewan swasta (di jalan Tjiwaringin).
Wali Kota Bogor, Bima Arya, Ph.D cerdas
dan cermat mengusulkan dan meresmikan nama Prof. Andi Hakim Nasoetion untuk
nama jalan kali pertama. Prof. Andi pernah mengusulkan agar masa kuliah lebih
cepat (empat tahun) dan harus bergelar doktor agar bias jadi guru besar.
Menjadi doctor dan menjadi guru besar lebih muda dan akan lebih lama
mengabdikan keilmuannya bagi masyarakat. Bima Arya, Ph.D adalah ilmuwan muda
yang meraih gelar doctor pada usia muda dan lebih muda dan lebih cepat
mengabdikan keilmuannya. Energi otak pada usia muda lebih jernih dan lebih
cepat bereaksi. Ini mengindikasikan Bima Arya, Ph.D juga adalah produk
pemikiran Prof. Andi Hakim Nasoetion. Saya yakin, alumni IPB sangat respek dan
selalu ingat terhadap terobosan yang dibuat Wali Kota Bogor, Bima Arya, Ph.D. Kami
ucapkan selama kepada Wali Kota muda Kota Bogor.
Saya
sendiri terus terang adalah produk pemikiran Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution,
MSc. Karena pemikirannyalah saya bisa belajar di Kota Bogor, dari kota
terpencil di pedalaman saya termasuk diantara yang diundang belajar di Institut
Pertanian Bogor tahun 1983. Lewat bukunya saya menjadi paham matematika dan
dari situ saya lebih mudah memahami statistika dan ekonomi. Dalam sebuah
permikirannya yang terus saya kenang waktu itu ‘belajarlah dan siap untuk berkembang
dimanapun (bidang keilmuan kita) berada. Saat ini saya tengah mempelajari
sejarah ekonomi dan bisnis Indonesia. Meski saya berada jauh di Kota Depok, serial artikel sejarah Kota Bogor ini adalah
bagian dari cara saya untuk tetap dekat memory di Bogor,
kota dimana pemikiran saya mulai berkembang.
.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Terimakasih pak info nya
BalasHapus