Pada permulaan pendudukan militer Jepang di Indonesia, Soekarno berada di Bengkulu sebagai tahanan politik yang diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Soekarno berada di Bengkulu sejak 1938 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-03-1941), tepatnya bulan Mei 1938 (lihat De Indische courant, 31-03-1941). Pada bulan Februari 1942, setelah Palembang diduduki militer Jepang, Pemerintah Hindia Belanda di pantai barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) seperti di Sibolga dan Bengkulu bergerak ke Kota Padang. Soekarno sebagai tahanan politik terpenting, Soekarno dan keluarga turut dievakuasi dan ikut ke Kota Padang.
Rumah kediaman Soekarno (diasingkan) di Bengkulu (1937) |
Di Kota Padang dalam situasi tidak
menentu (akibat serangan militer Jepang), Pemerintah Hindia Belanda mulai
secara bertahap dievakuasi dengan kapal ke Australia. Situasi yang semakin
membuat panik, orang-orang Belanda tidak peduli lagi dengan siapa kecuali
masing-masing ingin menyelamatkan dirinya. Soekarno di Kota Padang dengan
sendirinya terlepas dari ikatan politik dengan Pemerintah Hindia Belanda
(dibiarkan mengurus dirinya dan keluarganya sendiri). Saat situasi chaos
inilah, Soekarno dan keluarga tinggal bersama di rumah Egon Hakim. Kelak
orang Belanda sangat=sangat menyesalinya karena di Bengkoeloe ada kans untuk membunuh
Soekarno (De Telegraaf, 21-03-1966). Dan, sebagaimana akan dideskripsikan
secara panjang lebar di bawah ini, lolosnya Soekarno di Padang menjadi faktor
terpenting berubahnya jalan sejarah Belanda di Indonesia (setelah 350 tahun).