*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini
Klik Disin
Hampir
setiap kota ada pecinan (China Town), termasuk di Kota Padang dan Kota Padang
Sidempuan. Eksistensi orang-orang Tionghoa di Kota Padang yang menjadi cikal
bakal pecinan sudah ada sejak dari doeloe. Sebagaimana di kota-kota lain,
orang-orang Tionghoa di Padang awalnya berdatangan karena tujuan berdagang. Orang-orang
Tionghoa di Kota Padang bahkan lebih dahulu hadir jika dibandingkan di Kota
Medan. Mereka awalnya melakukan aktivitas berdagang keliling lalu kemudian
terbentuk homebase dan lalu menetap yang kemudian terbentuk perkampungan
orang-orang Tionghoa. Perkampungan orang-orang Tionghoa ini kini disebut
pecinan.
|
Winkelstraat di Padang 1890 (Jalan Niaga) |
Pecinan di Kota Padang
terdapat di Pondok. Jauh sebelumnya sudah ada pecinan di tempat lain. Di
Batavia terdapat di Bidara Tjina (sekitar Meester Cornelis) dan Tangerang. Dua
pecinan pertama ini terbentuk karena eksodus dari Batavia pasca peristiwa pembantaian
Cina oleh Belanda di sekitar Benteng Batavia (casteel Batavia) tahun 1740.
Setelah Bidara Tjina, Tangerang dan Pondok Tjina muncul pecinan baru di
Buitenzorg (Soekasari) dan kemudian muncul di Tjiandjoer dan terakhir di
Bandoeng. Perkampungan Tjina di Buitenzorg menjadi lebih besar karena para
koeli Tjina yang didatangkan dari Tiongkok oleh para planter VOC sebagian tidak
kembali dan bergabung dengan orang-orang Tionghoa yang sudah ada. Tipikal
pecinan Buitenzorg ini kurang lebih sama yang kemudian terjadi di Medan (Kesawan).
Pecinan tipikal pasar.
Kedatangan Orang
Tionghoa di Padang
Pada
tahun 1819 di Kota Padang sudah terdapat orang-orang Tionghoa. Jumlahnya
sebanyak 200 orang. Mereka menjadi bagian dari warga kota: Eropa/Belanda, Nias,
Melayu, Bengalen dan lainnya. Jumlah orang-orang Tionghoa terus bertambah dan
sudah memiliki pemimpin pada tahun 1864 yang diangkat pemerintah sebagai Kapitein
dan Letnan Chinezen. Pada tahun 1869 populasi orang-orang Tionghoa di Kota
Padang sekitar 300 orang. Orang-orang Nias juga telah meningkat pesat dari 1.500
orang pada tahun 1819 menjadi 2.500 jiwa pada tahun 1869. Pada tahun 1889 di Pulau Tello yang didominasi
orang-orang Nias bahkan terdapat sebanyak 410 Chineezen.