*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin
Akhir-akhir ini, di era ‘medsos’ zaman now teknologi komunikasi dan informasi, hoax atau hoals (kabar bohong) menjadi hal yang banyak dibicarakan tetapi mengandung potensi laten perdebatan dan bahkan perseteruan. Isu hoax di zaman now sudah bersifat global. Namun hoax bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi perilaku kuno, tetapi di era teknologi digital zaman bow, hoax menjadi menguntungkan di satu pihak tetapi menghancurkan di pihak lain. Sebab hoax masa kini, daya gelindingnya sangat luas mulai dari ibukota hingga desa-desa terpencil dan penetrasinya juga sangat lebar mulai dari pejabat publik hingga ke orang yang bersahaja buta huruf.
Akhir-akhir ini, di era ‘medsos’ zaman now teknologi komunikasi dan informasi, hoax atau hoals (kabar bohong) menjadi hal yang banyak dibicarakan tetapi mengandung potensi laten perdebatan dan bahkan perseteruan. Isu hoax di zaman now sudah bersifat global. Namun hoax bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi perilaku kuno, tetapi di era teknologi digital zaman bow, hoax menjadi menguntungkan di satu pihak tetapi menghancurkan di pihak lain. Sebab hoax masa kini, daya gelindingnya sangat luas mulai dari ibukota hingga desa-desa terpencil dan penetrasinya juga sangat lebar mulai dari pejabat publik hingga ke orang yang bersahaja buta huruf.
Kamus Belanda, 1863 |
Lantas
bagaimana hoax disikapi oleh semua penduduk Indonesia yang semakin
metropolitan. Itu satu hal. Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah
bagaimana hoax tempo doeloe di Indonesia telah bertransformasi sedemikian rupa
menjadi hoax jenis baru yang menakutkan seluruh ummat, Lalu bagaimana perbedaan
hoax pada masa doeloe zaman old dengan hoax pada masa kini zaman now. Hoaks pada
tempo doeloe era kolonial Belanda cenderung searah antara orang Belanda/Eropa
dengan pribumi, antara penjajah dengan penduduk yang terjajah. Tentu saja ada
hoaks dari para oknum zending.
Seperti kita
lihat nanti, hoaks era kolonial bertransformasi menjadi hoaks Indonesia masa
kini yang dapat dibedakan ke dalam dua kategori. Pertama, hoaks bersifat fitnah
(kabar bohong) yang dapat dituntut ke pengadilan. Kedua, hoaks bersifat
penyamaran (mengelabui) yang hanya bersifat politik dan etik tanpa ada
konsekuensi hukum. Hoaks bersifat politik dan etik misalnya dalam pengaburan
sejarah: satu sisi membesar-besarkan satu hal dan sisi lain mengerdilkan hal
lain. Dalam hubungan ini banyak data sejarah dipalsukan, termasuk dalam hal ini
sejarah tokoh nasional yang sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Sejarawan atau ahli sejarah juga tidak sepenuhnya bebas dari hoaks. Untuk
melawan hoaks Indonesia hanya dengan menunjukkan bukti-bukti otentik sejarah (menganulir data palsu).
Era digital yang sekarang, dimana semua data dan informasi sejarah yang bersumber dari surat kabar dan buku (dalam bentuk electronic data) mulai
terbuka dan dapat diakses, maka hoaks dalam sejarah Indonesia yang bertebaran
selama ini akan terkoreksi dengan sendirinya dengan munculnya tulisan-tulisan
terbaru dan kredibel.
Kata
hoax adalah sebuah kata yang sudah tua. Meski kata hoax berasal dari Inggris,
tetapi penggunaannya di Belanda sudah lama ada. Paling tidak sudah digunakan
Adriaen Cornelisz van Haemstede pada tahun 1657 dalam bukunya berjudul ‘Historie
der martelaren, die om het getuygenisse der Euangelischer waerheydt haer bloedt..’
Dua abad kemudian di dalam kamus Belanda, Algemeene kunstwoordentolk (1863), kata
hoax tetap dinyatakan sebagai kata yang berasal dari Inggris. Namun demikian,
kata hoax jarang digunakan, atau paling tidak jarang muncul di dalam buku atau
surat kabar Belanda. Buku atau surat kabar Belanda yang menggunakan kata hoax selalu
dikaitkan dengan hal yang terjadi di Inggris. Singkat kata, kata hoax jarang
digunakan dalam pembicaraan konteks Belanda.
Padanan kata
hoax dalam kamus Belanda adalah beursleugen (kebohongan). Tapi kebohongan (kebohongan)
bagi orang Belanda adalah hal serius. Sedangkan kata hoax di dalam pembicaraan
orang Inggris adalah tipuan, suatu tipuan yang dibedakan dengan kebohongan (beursleugen).
Oleh karena itu, hoax dalam konteks Inggris adalah suatu yang tidak serius. Bagi
orang Inggris, hoax dapat diartikan sebagai sulap seperti judul buku The
Magnificient Hoax (by by E. Phillips Oppenheim). Kata hoax dalam konteks
Inggris pada dasarnya sebuah tipu muslihat, Suatu terminologi yang digunakan
dalam keseharian, seperti penyamaran juga dalam medan perang (sebagai suatu
taktik mangalahkan memperdayai musuh). Singkatnya, hoax dalam konteks Inggris
tidak ada konsekuensinya, seperti main sulap (menghibur), menyamar (mengalihkan
perhatian) atau mengelabui lawan (dalam perang). Sementara kebohongan dalam
konteks Belanda suatu hal yang memiliki konsekuensi (fitnah, tidak jujur).
Seperti halnya bagi orang Inggris, bagi orang Belanda hoax juga diartikan
sebagai tipuan (seperti dalam sulap). Tipuan dalam konteks Belanda ada kata
bakunya sendiri, yang diartikan sebagai hal yang serius (punya konsekuensi)..
Di
Hindia (baca: Indonesia), penggunaan kata hoax dalam surat kabar atau teks
Belanda, tidak pernah ditemukan, setidak-tidaknya sangat jarang muncul, baik
surat kabar atau teks yang terbit di era VOC maupun pada era Pemrintah Hindia
Belanda. Padahal orang Belanda di Hindia sudah ratusan tahun. Sebaliknya, kata
hoax sangat kerap muncul dalam surat kabar Inggris di era pendudukan Inggris
yang sangat singkat (1811-1815).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar