Laman

Minggu, 12 Mei 2019

Sejarah Jakarta (40): Hari Jadi Kota Jakarta Versi Adolf Heuken; Kapan Sebenarnya Hari Lahir Kota Jakarta? Perlu Verifikasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Seperti kota-kota lain, hari jadi Kota Jakarta juga terus menjadi perdebatan. Dalam versi pemerintah kota, Hari Jadi Kota Jakarta ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Akan tetapi, Adolf Heuken, seorang sejarawan Jakarta tidak sepakat. Adolf Heuken berpendapat bahwa nama Jakarta sendiri baru kali pertama disebut pada tahun 1760. Adolf Heuken menyebut pada fase awal Belanda nama yang disebut adalah Sunda Kelapa.

Nama Jacatra (Peta 1740)
Adolf Heuken adalah seorang sejarawan Jakarta. Nama Adolf Heuken menjadi terkenal ketika menulis buku berjudul ‘Sumber-Sumber Asli Sejarah Jakarta’. Adolf Heuken adalah seorang Jerman yang terlah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Perhatian Adolf Heuken terhadap sejarah Jakarta, harus diapresiasi. Adolf Heuken adalah seorang sejarawan Jakarta yang langka.

Kapan sebenarnya hari Kota Jakarta? Tentu saja penetapan hari Kota Jakarta masih relevan didiskusikan. Hal ini karena hari jadi Kota Jakarta yang selama ini diakui tanggal 22 Juni 1527 tidak dapat diverifikasi. Padahal hari jadi kota akan digunakan dan diperingati selamanya. Namun menjadi soal adalah apakah harus memperingati hari jadi yang sumber penetapannya tidak jelas. Lantas bagaimana selanjutnya? Para sejarawan harus terus bekerja keras untuk memastikan kapan sebenarnya.

Artikel ini mengumpulkan sejumlah bahan dan sumber-sumber terkait dengan Kota Jakarta. Bahan-bahan ini diharapkan dapat digunakan oleh para sejarawan Jakarta untuk mengkaji ulang kapan hari jadi Kota Jakarta yang sebenarnya.

Sumber-Sumber Sejarah Jakarta

Jakarta sebagai nama kota dan ibukota pernah mengalami pasang surut. Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, nama Jakarta tidak pernah berubah lagi. Hal ini karena secara konstitusional di dalam UU RIS 1949 disebutkan ibukota RIS berada di Djakarta. Isi konstitusi ini diperkuat oleh Menteri Pendidikan A. Mononutu. RIS adalah singkatan Republik Indonesia Serikat.

Leeuwarder courant van Friesland, 31-12-1949
Twentsch dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 30-12-1949: ‘Mulai sekarang, Djakarta akan menjadi nama resmi ibukota RIS’ kata Mononutu, Menteri Penerangan RIS, yang diumumkan pada konferensi pers. Dia merujuk pada Pasal 68 (3) konstitusi sementara dari RIS, yang menyatakan; ‘Kursi pemerintah terletak di ibukota Djakarta’. Mononuto mengumumkan pengumuman resmi tentang hal ini’. Pengumuman ini juga mengindikasikan nama Batavia tidak berlaku lagi. Beberapa minggu kemudian nama Buitenzorg juga diubah secara resmi menjadi Bogor. Pengumuman nama Bogor ini secara resmi disampaikan oleh Menteri Pendidikan, A. Mononutu dalam konferensi pers (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 21-01-1950).

Nama Djakarta dan nama Batavia telah sejak lama bersaing. Nama Batavia adalah nama yang diberikan oleh Belanda sejak era VOC, sedangkan nama Djakarta adalah nama yang sudah ada sejak lama dan nama yang diinginkan oleh para pejuang kemerdekaan. Nama Batavia muncul sejak kehadiran Belanda/VOC di muara sungai Tjiliwong. Lalu kapan nama Djakarta muncul pertama kali.

Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 15-06-1630
Pemerintah VOC dalam peta yang dibuat pada tahun 1740, di Batavia, selain Casteel Batavia, salah satu benteng VOC lainnya disebut Jacatra. Benteng lainnya disebut Wisjwijk dan Noordwijk. Penyebutan nama benteng Jacatra ini dengan sendirinya pemerintah VOC mengakui keberadaan nama Jacatra.

Nama Jacatra jauh sebelum dipetakan sudah terinformasikan. Ini dapat dilihat pada surat kabar  Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 15-06-1630. Disebutkan kapal dari Jacatra tiba pada tanggal 6 Juni. Kapal ini membawa sejumlah komoditi seperti lada, porselin, berlian dan sebagainya. Sebelumnya, surat kabar Courante uyt Italien, Duytslandt, &c. 31-07-1627 juga menyebut nama Batavia. Disebutkan kargo kapal dari Batavia pada bulan Desember 1626 telah tiba di pelabuhan Texel pada tanggal 24 Jului 1627.

Oleh surat kabar yang sama menyebut dua nama untuk menunjuk tempat yang sama mengindikasikan bahwa nama Batavia dan nama Jacatra sama-sama eksis. Tampaknya tidak ada permasalahan sejauh itu.

Dalam perkembangannya, nama Batavia semakin populer, dan nama Batavia yang kerap dijadikan sebagai tempat asal dan tujuan navigasi (pelayaran). Nama Jacatra secara perlahan menghilang di dalam surat kabar. Namun bukan berarti nama Jacatra secara keseluruhan telah hilang. Nama Jacatra masih eksis di dalam wilayah setempat. Nama Jacatra muncul kembali satu abad kemudian di dalam pemberitaan surat kabar pada tahun 1748 (lihat Hollandsche historische courant, 14-12-1748).

Pada tahun 1740 di Batavia pernah terjadi kerusuhan besar yang dipicu oleh para imigran Tiongkok. Kerusuhan ini menyebabkan timbulnya pembantaian orang-orang Cina di Bataavia.

Dalam surat kabar Hollandsche historische courant, 14-12-1748 disebutkan bahwa di Batavia tanggal 30 Mei 1748 akan diadakan peringatan penaklukan Jacatra. Gubernur Jenderal Baron van Imhoff turut menghadiri suatu perayaan yang melibatkan banyak kano. Bagaimana perayaan ini berlangsung diberitakan surat kabar  's Gravenhaegse courant, 01-05-1750.

Hollandsche historische courant, 14-12-1748
Tidak diketahui kapan persisnya penaklukan Jacatra. Lantas dimana lokasi Jacatra jika Batavia sendiri sejak 1619 sudah eksis di Casreel Batavia di sisi timur muara sungai Tjiliwong. Sebagaimana nama Jacatra dan Batavia jauh sebelumnya seabad yang lalu sama-sama sudah eksis. Seperti tampak pada Peta 1740 nama Jacatra telah diidentifikasi sebagai nama benteng. Dengan menghubungkan semua informasi ini, Jacatra itu sendiri berada di sekitar benteng Jacatra, suatu area di sisi sungai Tjiliwong ke arah hulu Casteel Batavia. Lokasi dimana Jacatra ini pada masa kini di sekitar Mangga Dua. Untuk memperkuat kedudukan Belanda dan menjaga keamanan di area Jacatra ini kemudian dibangun benteng. Namun demikian pada tahun berapa Jacatra ditaklukkan tidak diketahui secara jelas.

Nama Jacatra dan nama Batavia tetap eksis. Nama Jacatra sendiri disebut sebagai kerajaan (lihat Leydse courant, 18-01-1782). Disebutkan Het Koïtingryk Jacatra en de Stad Batavia. Meski disebut kerajaan Jacatra dan ibukota Batavia, besar dugaan kerajaan Jacatra ini telah tunduk dan berada di bawah Batavia.

Middelburgsche courant, 10-06-1783
Kapan penaklukan Jacatra ini dapat dibaca dalam surat kabar Middelburgsche courant, 10-06-1783. Disebutkan telah diadakan Hari Peringatan Kemenangan ke-163, Penaklukan Koningryk Jacatra, Jika tahun 1783 dihitung mundur 163 tahun ke belakang itu berarti tahun. Bukankah tahun ini awal kehadiran Belanda/VOC yang relokasi dari Banten ke muara sungai Tjiliwong? Sebagaimana diketahui sejak 21 Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen diangkat secara resmi sebagai Gubernur Jenderal VOC/Belanda pertama di Batavia. Seperti disebut di atas perayaan tahun 1748 dilakukan pada tanggal 30 Mei. Ini berarti Jan Pieterszoon Coen yang diduga memimpin dalam penaklukan Jacatra.

Secara umum Belanda/VOC tidak pernah mengakuisisi wilayah atau area yang ditaklukkan. Belanda/VOC tetap merpertahankan kondisi geografis apa adanya dari wilayah dan area yang dikuasai. Seperti pembangunan Casteel Batavia dibangun di hilir muara sisi timur. Sementara Soenda Kalapa berada di sisi barat sungai Tjiliwong. Lokasi Jacatra sendiri berada di pedalaman ke arah hulu sungai sekitar Mangga Dua yang sekarang. Penaklukkan Jacatra ini juga tidak diakuisisi Jacarta tetapi tetap dibiarkan dengan pemerintahan (kerajaan) sendiri. Namun di sisi lain di area dari Jacatra, VOC/Belanda membangun benteng yang disebut Fort Jacatra. Benteng Jacatra ini sudah barang tentu dimaksudkan untuk menjaga wilayah di sekitar Jacatra.

Lukisan benteng lama di muara sungai Tjiliwong (1618)
Dalam terminologi yang digunakan penaklukan Jacatra dan bukan penaklukan Soenda Kalapa, itu berarti nama Jacatra saat penaklukan adalah Jacatra. Dengan kata lain nama Jacatra pada tahun 1619 sudah eksis. Yang menjadi sisa pertanyaan adalah kapan nama Jacatra muncul kali pertama. Sulit diketahui. Yang jelas nama Jacatra sudah eksis jauh sebelum tahun 1619.

Sketsa benteng baru dan kota oleh Jan Pieterszoon Coen, 1619
Tampak dalam sebuah lukisan yang dibuat pada tahun 1618 benteng Belanda tidak jauh dari pantai. Di dalam benteng ini terdapat sejumlah bangunan yang diduga sebagai bangunan tempat para pedagang, gudang komoditi, barak tenaga kerja dan lainnya. Sementara itu sebuah sketsa yang dibuat Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1619 yang menggambarkan benteng lama di muara sisi timur sungai Tjiliwong (a) dengan rencana pengembangan benteng yang lebih luas yang mana sisi utara lebih dekat ke laut (b). Rencana benteng baru ini duhubungkan dengan pembangunan kota baru Jacatra.

Batavia (Peta 1624)
Satu hal yang menjadi penting dalam sketsa ini, nama benteng baru (nieuwe kasteel) disebut Fort Jacatra dan kota (stad) in Jacatra. Ini mengindikasikan nama Batavia sendiri belum muncul. Seperti umumnya nama benteng Belanda/VOC mengikuti nama tempat atau situs terdekat dengan benteng. Segera setelah realisasi pengembangan benteng baru dan pembangunan kota baru ini menjadi sebab munculnya nama Batavia. Beberapa tahun kemudian wujud kota baru (Batavia) ini sudah terlihat sebagaimana tampak pada Peta 1624.

Seperti dikutip di atas, nama Batavia telah dikenal pada tahun 1627 (lihat Courante uyt Italien, Duytslandt, &c. 31-07-1627). Dengan kata lain nama Batavia sudah muncul jauh sebelum tahun 1627. Dengan mengacu pada sketsa kastil baru dan kota Jacatra tahun 1619 yang dibuat Jan Pieterszoon Coen maka nama Batavia mulai muncul antara tahun 1619 dan 1627. Selang waktu delapan tahun dalam hal ini di masa lalu adalah rentang waktu yang pendek. Oleh karena itu, nama Batavia muncul segera setelah tahun 1619. Hal ini karena butuh waktu yang cukup nama Batavia sebagai nama lokasi navigasi sebelum jamak digunakan oleh para pedagang dan ditulis di dalam media surat kabar.

Calapa dan Nama Jacatra

Sejak kapan nama Jacatra ada, jelas tak mungkin ditemukan dalam literatur (berbahasa) Belanda. Literatur paling dekat adalah dari (berbahasa) Portugis. Satu sumber Portugis yang cukup detail menggambarkan situasi dan kondisi umum di Jawa sebelum kedatangan Belanda adalah buku Tome Pires (1512-1515). Tome Pires menyebut nama pelabuhan (port) Calapa. Itu berarti di era Tome Pires belum terdeteksi nama Jacatra.

Sejak adanya hubungan antara Portugis dengan Pakuan-Padjadjaran muncul nama Cumda Calapa. Dalam laporan ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) nama tempat di muara sungai Tjiliwong adalah Cunda Calapa, Laporan ini berjudul Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent (yang diterbitkan tahun 1598). Ekspedisi ini berada di Cunda Calapa pada bulan November 1596.

Dalam ekspedisi kedua Belanda tiba di pulau Sumatra pada tanggal 13 Desember 1604 Lalu pada tanggal 17 Januari 1605 kapal-(kapal) Belanda menyingkir dari Banten dan bergerak ke ke kepulauan Maluku. Sebelum ke Maluku mampir di Jacatra dan tanggal 15 Februari tiba di Bima. Ini mengindikasikan nama Jacatra sudah dicatat Belanda. Boleh jadi dalam ekspedisi pertama Belanda masih mengacu pada nama lama Cunda Calapa sementara nama Jacatra sudah eksis. Baru pada ekspedisi kedua. Belanda mencatat nama Cunda Calapa sebagai nama Jacatra.

Lantas kapan nama Jacatra kali pertama dicatat. Penulis Portugis setelah Tome Pires adalah Barbosa (1535). Barbosa tidak melakukan kunjungan ke muara sungai Tjiliwong. Barbosa menyebut nama Cunda Calapa, nama yang disebut baru (Tome Pires hanya menyebut Calapa). Baru pada ekspedisi Belanda muncul penulisan Jacatra.

Lantas mengapa tidak muncul penulisan lebih awal nama Jacatra padahal nama Calapa dan kemudian Cunda Calapa sudah sama-sama eksis dengan Jacatra. Boleh jadi ini karena semata-mata karena keperluan navigasi (pelayaran). Secara navigasi Calapa atau Cunda Calapa merupakan pelabuhan terluar tidak jauh dari muara sungai Tjiliwong. Sedangkan Jacatra yang posisinya berada di arah hulu sungai Tjiliwong tidak dijadikan sebagai penanda navigasi.

Pada saat kedatangan Belanda, terutama pada ekspedisi kedua, nama Jacarta secara politik lebih kuat jika dibandingkan nama Cunda Calapa sebagai nama pelabuhan di pantai. Oleh karena itu, nama Jacatra dipopulerkan oleh Belanda.

Lantas kapan nama Jacatra kali pertama muncul. Besar dugaan setelah era Portugis berakhir di muara sungai Tjiliwong. Dalam berbagai literatur disebut Fatahillah telah mengusir Portugis dari muara sungai Tjiliwong pada tahun 1527. Sejak inilah diduga nama Jacatra muncul sebagai nama pelabuhan baru di hulu sungai Tjiliwong.

Sejak kapan penulisan Jacatra berubah menjadi Jakarta atau Djakarta. Seorang menulis di surat kabar Bataviaasch handelsblad, 18-07-1868 menulis Jacatra dengan nama Jakarta. Kemudian nama Djakarta semakin dipertegas dalam peringatan Batavia yang ke-250 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,     02-06-1869). Sejak tahun-tahun inilah penulisan nama Djakarta muncul hingga sekarang.

Nama Jacatra dipopulerkan oleh Belanda. Dan Belanda pula yang meluruskan penulisan Jacatra menjadi Djakarta. Jacatra atau Djakarta berada di sekitar Mangga Dua yang sekarang.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar