Laman

Senin, 20 Mei 2019

Sejarah Jakarta (45): Sejarah Kebayoran yang Sebenarnya; Sebuah Distrik di Meester Cornelis yang Menjadi Kota Satelit CSW


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Kebayoran kini terdiri dari dua kecamatan: Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Kebayoran Baru sesungguhnya sebuah rekonstruksi yang bermula dari suatu pembentukan kota satelit di selatan batas Batavia/Djakarta yang masuk ke Afdeeling Meester Cornelis. Rekonstruksi ini dimulai pada tahun 1949 oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA dib bawah yayasan yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Area kota satelit ini berada diantara sungai Kroekoet di timur dan sungai Grogol di barat. Pembentukan kota satelit Kebajoran ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak.

Master Plan Kota Sateli Kebajoran (1949)
Kebayoran (Baru) adalah kota satelit pertama di Indonesia. Untuk menghubungkan Kota Batavia/Djakarta dengan kota satelit Kebajoran dibangun jalan dan jembatan di atas kanal barat dan rel kereta api di Kampong Doekoe (kini Dukuh Atas). Panjang jembatan ini 106 meter, yang saat itu merupakan jembatan modern terpanjang di Indonesia. Jalan poros (jalan utama) antara pusat kota Jakarta di Lapangan Merdeka dan Kebajoran ditingkatkan Pemerintah Indonesia sehubungan dengan tuan rumah penyelenggaraan Asian Games 1962. Pembangunan fasilitas olahraga (stadion Bung Karno) dan bangunan pendukungnya (Hotel Indonesia, Pusat Pertokoan Sarinah dan jembatan Semanggi) mengeliminasi jarak antara Jakarta dan Kebajoran.    

Bagaimana sejarah awal Distrik Kebajoran dan pembangunan kota satelit Kebajoran tidak tertulis secara komprehensif. Sejarah Kebajoran (Baru) ditulis seadanya tanpa rujukan yang tidak jelas. Oleh karena itu, untuk melihat sejarah evolutif Distrik Keajoran dan sejarah revolutif Kota Satelit Kebajoran tentu masih menarik untuk diperhatikan. Untuk merekonstruksi memori masa lampau di sekitar kawasan Kebajoran pada masa lampau mari kita telusuri sumber-sunber tempo doeloe.

Kampong Kebajoran Menjadi Nama Distrik

Kebayoran sebagai nama sebuah kampung, Kampong Kuboejoran sudah terpetakan paling tidak sejak tahun 1824. Kampong ini berada di sisi barat sungai Grogol, sedangkan kampong yang berada di sisi timur sungai adalah kampong Djatie. Kampong Djati ini berada di jalur lalu lintas perdagangan dari pedalaman (Buitenzorg ke Batavia) yaitu jalan Panglima Polim/Sisingamangaraja yang sekarang.

Kampong Kebajoran (Peta 1824)
Kampong Kebajoran dan Kampong Djati yang membentuk Distrik Kebojoran berada di jalur jalan besar jalan poros Westerweg. Jalan westerweg yang melalui Kebajoran ini menuju Tanah Abang dari Tjipoetat (dari origin Buitenzorg dan Paroeng). Jalan arteri dekat Kebajoran adalah jalan Cinere dan jalan Kemang yang sekarang yang berada diantara dua sungai (Grogol dan Kroekoet) menuju Mampang Prapatan dan Tanah Abang. Sementera itu yang disebut jalan Middenweg adalah jalan Mergonda, Pasar Minggu dan jalan Saharjo yang sekarang menuju Menteng dan Tjikini. Sedangkan jalan Oosterweg adalah jalan raya Bogor yang sekarang di sisi timur sungai Tjiliwong. Dalam hal ini, kampong Kebajoran bukanlah kampong terpencil, tetapi suatu kampung yang berada di jalur jalan besar antara Buitenzorg dan Tanah Abang yang berpotongan dengan jalur timur (Pantjoran) dan barat (Tjiledoeg). Oleh karena itu kelak (1860an) kampong Kebajoran karena letaknya yang strategis di selatan Batavia dan di barat Meester Cornelis dijadikan sebagai ibukota distrik (Kebajoran).

Dalam pembentukan wilayah administratif yang lebih kecil, kampong Kebajoran masuk ke dalam wilayah Afdeeling Meester Cornelis. Wilayah Afdeeling Meester Cornelis yang beribukota di Meester Cornelis (kini Jatinegara) termasuk kampong Kebajoran.

Dalam resolusi tahun 1854, Residentie Batavia terdiri dari tujuh afdeeling (semacam kabupaten): Tangerang, Batavia, Weltevreden, Meester Cornelis, Tandjong, Tjibinoeng dan Buitenzorg. Afdeeling Stad en voorsteden Batavia, de hoofdstad der Residentie dan wilayah sekitarnya: Molenvliet; Noordwijk, Rijswijk, Batoe toelis; Pasar baroe; Parapattan; Tanah-abang (Tanabang); Weltevreden, Kramat: Struiswijk; Goenoeng Sari; Tanah Njonja. Afdeeling Meester Cornelis: Meester Cornelis, hoofdplaats der Afdeeling dan wilayah sekitar yakni Zuiden van Weltevreden: Bekassi, aan de Tji-Lingsi en den Krawangschen weg (lihat Dr. Hollander, 1869). Sejauh ini kampong Kebajoran termasuk wilayah Afdeeling Meester Cornelis. Hal ini terindikasi bahwa wilayah Afdeeling Meester Cornelis termasuk wilayah Zuiden van Weltevreden.

Pada tahun 1867 nama Kebajoran sudah diidentifikasi sebagai sebuah nama distrik (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-10-1867). Disebutkan distrik Meester Cornelis dan distrik Kebajoran di Afdeeling Meester Cornelis. Wilayah yang disebut Zuiden van Weltevreden sebelumnya telah diadministrasikan sebagai Distrik Kebajoran.

Pada tahun 1888 Soetan Abdoel Azis, pejabat di kantor Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang Sidempoean diangkat menjadi Asisten Demang di District Kebajoran dan pada waktu yang bersamaan Asisten Demang di District Weltevreden adalah Maharadja Soetan (Kepala Koeria Batoenadoea Padang Sidempoean). Anak Abdoel Azis bernama Haroen Al Rasjid lulus Docter Djawa School tahun 1902; Anak Mahardja Soetan bernama Soetan Casajangan lulus Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Soetan Casajangan (setelah megabdi menjadi guru selama 10 tahun di Padang Sidempoean) pada tahun 1905 berangkat studi ke Belanda (untuk mendapat akta Kepala Sekolah). Pada tahun 1908 Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan mendirikan sekaligus Presiden pertama Perhimpoenan Indonesia (Indisch Vereeniging) yang kelak menjadi cikal bakal PI tahun 1924 di Belanda (era M. Hatta). Haroen Al Rasjid memiliki dua anak yang hebat: Mr. Gele Haroen (alumni sekolah hukum Universiteir Leiden) dan Dr. Ida Loemongga, Ph.D (alumni sekolah kedokteran Universiteit Amsterdam). Ida Loemongga Nasution adalah perempuan Indonesia pertama bergelar doktor (Ph.D) tahun 1931. Mr. Gele Harun Nasution adalah advokat dan Residen pertama Lampoeng (kini tengah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional dari daerah Lampung).

Namun batas-batas wilayah yang termasuk wilayah Distrik Kebajoran belum dipetakan secara jelas. Ini dapat dipehatikan pada Peta 1866. Yang jelas sejak tahun-tahun ini nama Kebajoran dikenal sebagai nama suatu distrik (kira-kira setingkat kecamatan pada masa ini). Kepala distrik Kebajoran disebut Demang Kebajoran.

Batas Batavia dan Meester Cornelis (Peta 1897)
Pada Peta 1897 batas-batas wilayah sudah dipetakan. Afdeeling Meester Cornelis termasuk wilayah-wilayah yang berada di Zuiden van Weltevreden seperti Kramat, Tjikini, Menteng, Karet, Doekoe, Tanah Abang, Pedjompongan dan Kemandoran. Sedang batas distrik di Afdeeling Meester Cornelis dibatasi oleh sungai Kroekoet. Sebelah timur sungai Kroekoet masuk Distrik Meester Cornelis, sementara sebelah barat sungai Kroekoet masuk wilayah Distrik Kebajoran. Pada Peta 1904 batas-batas wilayah tampak lebih jelas, yakni: A. Afdeeling Stad en Voorsteden terdiri dari dua distrik yakni (a) Distrik Batavia dan (b) Distrik Weltevreden. Distrik Batavia terdiri dari tiga onderdistrik yakni (1) Pendjaringan, (2) Mangga Besar dan (3) Tandjong Priok. Distrik Weltevreden terdiri dari tiga onderdistrik yakni (4) Tanah Abang, (5) Gambir dan (6) Senen. Area Tanah Abang dan Menteng serta duku  tampaknya telah dimasukkan ke wilayah Weltevreden. B. Afdeeling Meester Cornelis terdiri dari tiga distrik yakni: (a) Kebajoran, (b) Meester Cornelis dan (c) Bekasi.

Ibukota Distrik Kebajoran berada di Kebayoran Lama yang sekarang (lihat Peta 1914). Ibukota Distrik Kebajoran ini dilalui jalur kereta api dari Stasion Tanah Abang menuju Rangkasbitoeng (Banten). Akses utama ke ibukota distrik Kebajoran ini dari Tanah Abang melalui Soekaboemi dan Kemandoran. Dari Meester Cornelis (ibukota Afdeeling) dapat diakses melalui Tebet, Pantjoran, Mampang Prapatan, Pela dan Gandaria (lihat Peta 1925). Secara teknis tidak/belum ada akses langsung dari Koningsplein di Weltevreden ke ibukota Kebajoran. Gambaran ini tidak berubah hingga tahun-tahun berikutnya seperti terlihat pada Peta 1934 dan Peta 1940.

Ibukota Distrik Kebajoran (Peta 1914)
Wilayah antara Koningsplein via belakang perumahan Menteng hingga lokasi imajiner Kebayoran Baru yang sekarang benar-benar kosong alias hanya persawahan dan kebun tegalan. Diantara dua tempat tersebut hanya ada jalan akses dari Tanah Abang ke Mampang Prapatan secara diagonal melalui Bendoengan Hilir dan Koeningan. Dengan kata jalan utama pada masa kini (jalan MH Thamrin, jalan Jenderal Soedirman dan jalan Sisingamangaraja) hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 praktis belum ada. Ibukota distrik Kebajoran hanyalah suatu tempat yang jauh terpencil di selatan ibukota di Koningsplein di Weltevreden.

Pembangunan Kota Satelit Kebajoran

Pada tahun 1942 Jepang melakukan invasi terhadap Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Selama pendudukan Jepang (1942-1945) sulit menemukan informasi tentang geogrfis di Djakarta (nama baru untuk Batavia). Tentu saja masa yang singkat tidak banyak yang berubah. Demikian juga ketika kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, belum banyak yang bisa diperbuat di Djakarta karena tidak lama kemudian Pemerintah Hindia Belanda/NICA sudah berkuasa kembali. Sebagaimana diketahui pada bulan Januari ibukota RI dipindahkan dari Djakarta ek Jogjakarta. Djakarta yang telah dikuasai Belanda/NICA berganti nama kembali menjadi Batavia.

Setelah berpindahnya ibukota RI ke Jogjakarta, situasi keamanan di wilayah Djakarta/Batavia tidak menentu. Tentara Republik Indonesia (TRI) terus melancarkan perang di sekitar Batavia/Djakarta. Tahun-tahun ini disebut perang kemerdekaan. Akibat adanya perlawanan Republiken lalu Belanda melakukan agresi militer Juli 1947 yang kemudian dilakukan perundingan Renville). Dalam perundingan (Renville 17 Januari 1948), Belanda hanya mengakui Jawa Tengah dan Jogjakarta serta Sumatra. Sejak saat inilah sejumlah wilayah berada di bawah kekuasan Belanda/NICA.

Situasi dan kondisi di sekitar Batavia yang telah aman bagi Belanda, pada tanggal 11 Maret 1948 terbit peraturan (beslit) pemerintah Belanda untuk pembiayaan rekonstruksi dan pembangunan rumah baru. Dalam rekonstruksi ini pemerintah mengundang swasta (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-07-1948). Disebutkan untuk mengkonsolidasikan tujuan itu dibentuk yayasan rekonstruksi pusat yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW).

Foto Bandjir Kanaal di Menteng, 1935
Kegiatan rekonstruksi ini ini selain di Batavia juga akan dilakukan di kota-kota lainnya. Salah satu kota yang mendapat priorioritas adalah kota Medan. Hal ini disebabkan selama pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan begitu banyak kerusakan yang terjadi baik jalan, jembatan dan perumahan.

Pada tangga 30 Aguistus 1948 keluar Surat Keputusan Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 6 dan pada tanggal 1 September 1948 No. 205 yang menjelaskan hal terkait dengan kegiatan CSW. Di dalam keputusan ini ditetapkan pembangunan perumahan yang terletak di Kota Batavia. Pembangunan perumahan lainnya juga dilakukan Distrik Kebajoran, Afdeeling Meèster-Cornelis, Residentie Batavia yang meliputi sebagian di Grogol Oedik, Pelapetogogan, Gandaria Utara dan Senajan yang  menjadi kota satelit Batavia. Untuk realisasi pembangunan kompleks perumahan di kota satelit itu diperlukan jalan penghubung dengan stadgemeente Batavia (lihat De nieuwsgier,      18-09-1948).

Nieuwe courant, 27-01-1949
Dalam berita ini juga disebutkan para pemangku kepentingan (termasuk kantor arisitek dan kantor pengembang) untuk menghubungi di kantor Asisten Residen di Meester-Cornelis, Bekasiweg 76, di kantor Residen, Kepala Administrasi Sementara 'Batavia di jalan Wiliemslaan 3, di kantor Bupati di Meester-Cornelis jalan Bekasiweg 76 dan di kantor Wedana Kebajoran di Kebajoran.

Pada bulan Januari 1949 kantor CSW mengumumkan tentang rencana pembangunan jalan dan jembatan penghubung dari Gemeente Batavia ke kota satelit Kebajoran (lihat Nieuwe courant, 27-01-1949). Disebutkan jalan penghubung utama yang akan dibangun dari Batavia ke kota satelit Kebajoran yang diproyeksikan menyediakan jembatan di atas Bandjir kanaal dan jalur kereta api pada titik yang sejalan dengan Koningsnlein-West. Bangunan jembatan sepanjang 106 meter dan lebar 17 meter dan dengan ketinggian sekitar 7 meter di atas permukaan tanah. Pembangunan jembatan ini harus diserahkan siap untuk digunakan pada pertengahan bulan Oktober (1949). Total biaya konstruksi berjumlah sekitar f930.000. Juga disebut yang ikut tender dan sebagai pemenang tender adalah NV de Kondor dengan tawaran f608.000. Spek jembatan disebutkan akan dibuat seluruhnya dari beton bertulang dan fondasi tiang pancang Kondor.

Peta 1940 dan googlemap
Pembangunan baru jembatan di atas Bandjir Kanaal dan jalur kereta api (jembatan Dukuh Atas sekarang) pada titik yang sejalan dengan Koningsplein-West (kini jalan Merdeka Barat) mengindikasikan bahwa jalan tersebut sama sekali belum terbentuk. Gambaran ini sesuai dengan yang terlihat pada Peta 1940. Jalan MH Thamrin dan jalan Jenderal Sudirman serta jalan Sisingamangaraja yang sekarang benar-benar dibuat baru (dibangun dari nol). Sepanjang lintasan jalan/jembatan baru ini berdasarkan Peta 1940 hanya memang tidak ditemukan jalan lama dan hanya persawahan dan tegalan.  

Realisasi pembangunan jalan dan jembatan Batavia-Kebajoran ini pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1 April 1949 (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 02-04-1949). Disebutkan pencangkulan pertama proyek, setelah upacara singkat dilakukan oleh Direktur CSW Ir E Hens. Dalam kata sambutan disebutkan bahwa jembatan ini adalah kunci menuju Kebajoran, dimana jembatan ini salah satu yang terbesar di Jawa dari jenis ini. Selain Ir. E Hens, turut memberikan sambutan Ir. Semawi (Departemen Pengelolaan dan Rekonstruksi Air); A. Th. Bogaardt (Sekretaris Negara Departemen Sosial); Direktur. NV Aanneming Maatschappij ‘De Kondor, perusahaan yang mana yang melakukan pekerjaan proyek.

Sketsa rencana jembatan (Het dagblad, 02-04-1949)
Direktur menyebutkan bahwa lebar jembatan 19 meter, yaitu  terdiri dari dua lajur lalu lintas yang masing-masing lebar 6 meter dan di kedua sisi dibuat trotoar masing-masing 3 meter. Panjang total jembatan adalah 106 meter yang meliputi bentangan sepanjang 30 meter di atas kanal dan sebuah jembatan di atas rel kereta api serta setelah itu sebuah jembatan di atas jalan paralel. Jarak jalan dari jembatan ke perbatasan kota Kebajoran adalah 4 Km dan dari jembatan ke jantung Koningsplein 3 Km. Dalam berita ini juga disebutkan Kepala Opbouwdienst Ir EWH Clason yang bertanggung jawab mengawasi perencanaan kota menyatakan bahwa minat pihak pengembang swasta di kota satelit ini meningkat dari hari ke hari. Beberapa perusahaan besar sedang dalam negosiasi untuk segera melanjutkan pembangunan rumah di tanah yang disiapkan di Kebajoran. Gambar rencana jembatan (Het dagblad, 02-04-1949).

Sementara pembangunan jalan dan jembatan menuju kota satelit Kebajoran berlangsung, pelaksanaan pekerjaan di kota satelit di Kebajoran juga berlangsung (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-07-1949). Disebutkan di lahan yang kaya pohon yang menjadi kota baru, mesin truk truk, traktor dan buldoser sepanjang hari lalu lalang melalui lanskap hijau dan di atas jalan beraspal sementara. Masih ada terlihat gubuk tempat tinggal diantara pohon-pohon yang masih dipertahankan yang nantinya di tempat tersebut akan dibangun gedung-gedung bank, kantor-kantor pemerintah, toko-toko, gereja dan masjid dan bioskop yang akan memenuhi kebutuhan penduduk kota.

Pembangunan rumah model mewah
Pemimpin umum (algemeen leider) CSW EWH Clason menyampaikan secara singkat detail fakta dan angka. Kebajoran akan dapat menampung sebanyak 100.000 orang dengan menyiapkan pembangunan 12.500 buah rumah dalam berbagai jenis. Pekerjaannya telah dilakukan sejak tanggal 8 Maret 1949 (pekerjaan jalan jembatan penghubung dimulai tanggal 2 April 1949). Anggaran sementara untuk melaksanakan seluruh proyek sekitar f200 Juta. Sejak awal implementasi rencana proyek itu pada bulan September 1948, pengeluaran telah dikeluarkan pada tahun itu untuk pembelian 730 hektar tanah, 700.000 pohon buah-buahan dan 1.668 bangunan sekitar f10.000.000. Dalam enam bulan pertama tahun 1949, f10 Juta dihabiskan, sementara f25 Juta dihabiskan dalam enam bulan terakhir, bukti kemajuan progresif pekerjaan. Jumlah total f15 Juta dibayarkan kepada 1.894 penerima yang tidak termasuk biaya tanah diambil alih, dimana jalan tol Batavia-Kebajoran sedang dibangun yang jumlah biayanya sekitar f710.000.

Peta Master Plan Kota Satelit Kebajoran
Sebanyak 20 orang terlibat dalam manajemen dan sekitar 3.000 orang per hari saat ini sedang mengerjakan implementasi proyek. Sejauh ini pemimpin teknis dari rencana tersebut hanya memiliki satu insinyur. Jika tidak ada halangan yang tak terduga sebanyak 2.700 rumah akan siap tahun ini. Selain minat pribadi semakin meningkat, BPM dan KPM misalnya, memiliki minat pada Kebajoran dan kini sedangkan melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan perusahaan-perusahaan besar ini. Di areal proyek kota satelit ini tidak ada penggunaan lahan untuk industri selain dari izin CSW. Pengendaliannya atas tanah sepenuhnya monopoli SCW. Yayasan CSW ini hanya dalam bentuk lembaga hukum swasta yang tujuannya pada dasarnya adalah untuk mewakili kepentingan publik. Kebajoran telah dirancang dan dianggap sebagai kota baru, yang dimaksudkan untuk memajukan pertumbuhan. menangkal kota besar Batavia dengan menyerap surplus populasi di sana. Sekarang memperluas kota lebih baik dan lebih mudah untuk dicapai daripada membangun kota yang sudah ada terutama dari sudut pandang teknis.

Pemabangunan jalan penghubung Batavia-Kebajoran
Sesuai Keputusan Gubernur Batavia untuk membentuk komite Kebajoran, yang secara eksklusif mengoordinasikan kekuasaan. Pada nantinya Komisi Kebajoran dipindahkan ke administrasi kota terpilih yang kemudian akan dapat mengelola administrasi kota secara lebih demokratis. Pembangunan jembatan beton bertulang besar dengan jalan landai masuk di dekat ujung Telokbetongweg mengalami kemajuan pesat. Koneksi ke Batavia akan dilayani oleh bus sesuai dengan jadwal kerja. Bangunan-bangunan pada contoh pertama akan diberi karakter pedesaan dengan memberikan yang lebih luas daripada kebiasaan di bangunan perkotaan. Ide ruang semakin ditingkatkan dengan penciptaan jalan yang sangat luas. Dari sudut pandang sosial, batas-batas konstruksi membuatnya. Ini juga memiliki keuntungan bahwa hidup bersama beberapa keluarga dalam satu rumah tidak lagi diperlukan.

Posisi jembatan mulai menaik di ujung jalan Telok Betong
Bangunan dan penerapannya banyak tanaman hijau dalam rencana kota memberi penghuni kontak dengan alam. Dalam proporsi normal kota yang ada di sini, persentase jalan, taman umum, dan sejenisnya adalah sekitar 30 persen dari total wilayah perkotaan, sementara di Kebajoran persentase ini akan menjadi hampir 50 persen. Untuk pembangunan kampung, khususnya untuk kepentingan penduduk asli, yang harus dipindahkan, sebanyak 600 tempat tinggal semi-permanen saat ini diizinkan. Jenis rumah ini dimaksudkan untuk mereka yang kurang mampu dari penduduk sehingga biaya bangunan harus serendah mungkin. Selebihnya, semua rumah dibangun dalam konstruksi permanen, yaitu dari batu bata, beton, dll. Rumah darurat dibangun di Kebajoran pada bulan Mei.

Biaya rumah bervariasi antara f6.000 dan f27.000. CSW telah menetapkan tujuan untuk membangun rumah kecil satu, dua atau tiga kamar tidur. Rumah-rumah ini dijual yang disertai halaman. Setiap rumah akan diberikan koneksi ke pasokan air. Pasokan air akan dilakukan dengan menggunakan sumur bor artesis. Masalah elektrifikasi juga akan diselesaikan untuk Kebajoran segera. Program tahun ini juga mencakup pembangunan delapan sekolah, pasar-pasar, kantor pemerintah dan kantor polisi. Rencana sedang dalam persiapan untuk pembangunan rumah sakit besar, kantor pos dan telegraf dan bangunan publik lainnya. Dari pihak swasta, ada permintaan besar untuk pembangunan toko-toko, bioskop, dll. Rumah-rumah yang dibangun telah terbukti menarik bagi berbagai pelamar, terlepas dari kenyataan bahwa desain keseluruhan ditujukan untuk membuat pembangunan kota satelit ini menjadi objek yang menguntungkan bagi Central Reconstruction Foundation.

Dalam pelaksanaan proyek kota satelit Kebajoran ini telah dibuat desa kerja yang luasnya 5 hektar (lihat De locomotief:Samarangsch handels- en advertentie-blad, 21-07-1949). Desa kerja ini bersifat sementara yang berada di tengah areal perumahan baru. Desa kerja ini telah dibangun tempat kantor, kantin, gudang, garasi pekerjaan. tempat dan rumah sementara untuk staf rendahan. Di tempat lain implementasi permanen perumahan yang dibangun untuk staf pengawas. Rumah-rumah ini akan dihuni bulan ini.Penghuni pertama sudah menetap di sana.

Kantor Proyek CSW di Kebajoran
Untuk memacu pembangunan di kota satelit Kebajoran, setelah selesai jembatan penghubung Batavia-Kebajaroan akan disediakan Barber Green Finisher, sebuah mesin yang secara kontinyu dan seluruhnya menerapkan campuran beton aspal dengan lapisan bawah material padat pada substrat yang tidak dilapisi yang menghasilkan hasil akhir jalan yang paling tahan lama. Untuk tujuan ini, layanan konstruksi dalam menyediakan kerikil yang besar ditugaskan oleh Serpong, yang mencakup pembangunan 4 Km trek SS serta tata letak halaman dekat SS Stasiun Kebajoran untuk menerima kerikil. Bulan ini, pasokan harian kerikil yang berkolaborasi dengan. layanan SS ditingkatkan menjadi 200 ton. Pada berikutnya dua pemecah batu didirikan untuk produksi semen dari batu yang hancur dan terbelah. Ada juga pabrik beton untuk pembuatan pipa limbah. Untuk memproses kayu untuk kusen, atap, pintu, dan jendela juga disediakan. Selain itu, lebih dari 11.000 pintu Bruynzee dipesan di Belanda, lebih dari setengahnya telah diterima dan disimpan di gudang. Aliran barang memasuki Kebajoran dalam jumlah yang terus meningkat dan menurut sifatnya terus-menerus menjadi perhatian.

Last but not leas: Usul pembangunan perumahan dengan konsep kota satelit (Kebajoran) muncul dari Oppenbestuur Z. Exc. Neher pada tahun 1948. Lalu Semawi dan Hens bekerja untuk mengkonsolidasikan dan membentuk suatu komite. Komite pembangunan yang terbentuk diketuai oleh Mr. MAF Zwager. Para anggota komite terdiri dari Ir. EWH Clason, Ir. M. Soesilo dan Hadji Masoud (Bupati Kebajoran). Sebagai penasehat komite adalah  Gubernur federal Batavia Hilman Djajadiningrat (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-01-1949). Disebutkan komite ini telah berhasil mendapatkan area setidaknya 731 Ha dengan nilai sebesar f14.849.891. Dalam perkembangannya Ir. EWH Clason ditetapkan sebagai ketua komite pembangunan.

Kota Satelit Kebajoran dan Pembangunan Fasiltas Asian Games 1862

Sementara proses pembangunan jalan dan jembatan serta pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran berlangsung, sejak bulan Agustus 1949 telah terjadi proses politik yang drastis di Djakarta. Rekonsiliasi antara Belanda dan RI mulai dijalin. Langkah pertama adalah persiapan berbagai pihak ke konferensi KMB di Den Haag. Para pemimpin RI sendiri seperti Soekarno dan Mohamad Hatta sejak bulan Juli telah berada di ibukota RI di Jogjakarta. Sehubungan dengan persiapan konferensi KMB tersebut kabinet RI kembali dibentuk yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohamad Hatta (yang juga akan memimpin delegasi Indonesia ke Den Haag).

Dalam konferensi KMB di Den Haag, satu keputusan yang terpenting adalah (kerajaan) Belanda mengakuai kedaulatan Indonesia dan membentuk negaras RIS (Republik Indonesia Serikat). Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 akan menyerahkan kedaulatan Indonesia tersebut kepada RIS (bukan kepada RI). Dalam menjelang detik-detik penyerahan tersebut Perdana Menteri RI Mohammad Hatta akan menjadi Perdana Menteri RIS dan membentuk kabinet baru. Dan benar bahwa pada tanggal 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan itu dilaksanakan kepada Pemerintah RIS yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohamad Hatta. Untuk jabatan presiden sendiri adalah Ir. Soekarno. Dalam hal ini posisi Presiden Soekarno hanya dijadikan sebagai simbol negara. Dalam Pemerintah RIS keberadan (orang-orang) Belanda juga masih terdapat di berbagai fungsi. Sebab dalam perjanjian hasil KMB, Pemerintah RIS dan pemerintah (kerajaan) Belanda berkolaborasi dalam sejumlah fungsi seperti pertahanan, moneter dan permasalahan luar negeri. Bidang kepolisian sepenuhnya telah menjadi Indonesia.

Bagaimana kelanjutan proyek pembangunan kota satelit Kebajoran? Apakah proses politik yang terjadi akan berdampak pada proses pembangunan kota satelit Kebajoran? Kolaborasi diantara Indonesia dan Belanda terjadi di banyak bidang, seperti perbankan (bank sentral), perguruan tinggi dan sebagainya. Sementara bidang-bidang yang dijalankan swasta seperti perusahaan (perdagangan, perkebunan, manufaktur dan lainnya) tetap berjalan sendiri-sendiri. Dalam hal ini tentu saja kolaborasi juga terjadi di dalam yayasan rekonstruksi yang dalam hal ini CSW.

Ibukota distrik Kebajoran dan Rencana Kota, 1940
Satu hal yang penting dalam Pemerintahan RIS ini meski diakuai keberadaan (orang-orang) Belanda adalah soal bahasa resmi yakni Bahasa Indonesia. Ini dengan sendirinya bahasa Belanda menjadi kritis karena adanya dorongan yang kuat dari berbagai pihak untuk mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (RIS) yang menganut sistem liberalisasi perekonomian yang memungkinkan investasi asing masuk (selain Belanda). Bahasa Belanda mati suri. Ibukota distrik Kebajoran dan Rencana Kota Satelit Kebajoran, 1940

Pada fase awal Pemerintahan RIS ini desakan nasionalisasi mulai berhembus. Proses nasionalisasi yang pertama terjadi adalah akuisisi Bank Java sebagai bank sentral akan digantikan dengan pembentukan Bank Indonesia. Di Universiteit van Indonesia juga terjadi peroses peralihan secara gradual. Kepemimpinan (orang-orang) Belanda di Universiteit van Indonesia secara berangsur-angsur telah digantikan oleh orang Indonesia. Lantas bagaimana dengan orang-orang Belanda di CSW?

Realisasi proyek 1950 dan 1951
Seperti yang direncanakan semula, jembatan Bandjir Kanaal akhirnya selesai pada bulan Oktober 1949. Di satu pihak pembangunan jembatan ini telah menghubungkan Stad Batavia dan Satellietstad Kebajoran, tetapi di pihak lain mengorbankan sejumlah rumah di di belakang perumahan Menteng terutama di jalan Telokbetong dan jalan Palembang..Dengan adanya pembangunan jembatan dan jalan baru ini maka sejumlah rumah menjadi terpisah dari induknya di perumahan Menteng. Jalan Baturaja dan jalan lainnya menjadi berada di sisi barat jalan baru. Awal tanjakan jembatan Bandjir Kanaal dimulai dari ujung jalan Telokbetong. Proses pemisahan di dalam lingkungan perumahan ini seakan terjadi untuk kali kedua. Pada era kolonial Belanda pemisahan lingkungan perumahan Menteng ini pernah dilakukan ketika terjadi pembangunan Bandjir Kanaal dan pergeseran rel kereta api dari tengah perumahan Menteng yang kini seakan terpisah antara Menteng dan Guntur.   

Seperti diputuskan sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA sebelumnya bahwa CSW adalah lembaga/yayasan swasta dan para investornya adalah swasta Belanda maka keberadaan CSW ini tetap eksis dan program kota satelit Kebajoran tetap berjalan. Pada tahun 1950 beberapa blok dari perumahan di kota satelit Kebajoran telah selesai dikerjakan dan telah diserahkan kepada pembeli.

Pada tahun 1950 proses politik masih terus berlangsung. Sejumlah daerah yang sebelumnya membentuk negara federal tetapi dalam perjalanannya mulai muncul keinginan kembali menjadi bagian dari negara kesatuan. Akibatnya pada bulan Agustus 1950 bentuk pemerintah federasi (RIS) dibubarkan. Indonesia kembali menjadi negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya kabinet baru dibentuk, Mohamad Hatta yang sebelumnya Perdana Menteri RI dikembalikan posisinya menjadi wakil presiden untuk mendampingi Soekarno. Kabinet baru dengan Perdana Menteri Mohamad Natsir.   

Oleh karena pada Agustus 1950 negara RIS dibubarkan dan kembali menjadi negara kesatuan NKRI maka semua unsur pemerintah (kerajaan) Belanda harus kembali ke Belanda. Salah satu yang pertama dikembalikan adalah kesatuan militer Belanda (KNIL). Struktur militer di Indonesia emudian menjadi sepenuhnya adalah TNI. Demikian juga unsur Belanda di jajaran pemerintahan diserahkan kepada pejabat Indonesia. Namun karena dalam hubungan ini CSW sebagai lembaga/yayasan swasta, kegiatan pembangunan di Kebajoran tetap berlangsung apa adanya. Dengan kata lain penyelesaiaan program perumahan di kota satelit Kebajoran tetap berjalan. Jumlah rumah yang selesai dibangun dari waktu ke waktu semakin banyak.

Setelah bulan April dilakukan perubahan nama jalan, kembali pada bulan Oktober 1950 sebanyak 30 buah nama jalan diubah dari nama Belanda ke nama Indonesia (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950). Nama-nama jalan yang baru diubah tersebut antara lain: Molenvliet West menjadi Djalan Gadjah Mada dan Molenvhet Oost menjadi Djalan Hajam Wuruk. Ke dalam daftar ini termasuk Nieuwe weg van Gambir Selatan (Kebonsirih) menjadi Djalan [MH] Thamrin. Informasi ini mengindikasikan bahwa jalan penghubungan Batavia/Djakarta ke Kebajoran sudah selesai dan jalan baru ini benar-benar baru (nieuwe weg).

Pada tahun 1951 area pembangunan sudah melampaui separuh dari areal yang terdapat di dalam Master Plan Kota Satelit Kebajoran. Ini mengindikasikan proses politik yang terjadi tidak begitu mengganggu proses penyelesaian program penyedian perumahan.

Orang-orang Belanda yang ada di Indonesia mulai tidak nyaman dengan pergeseran sistem pemerintahan dari RIS ke NKRI. Sebagian dari mereka telah menjual propertinya kepada pihak asing atau pengusaha Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang secara dejure berada di bawah pemerintah (kerajaan) Belanda mulai dinasionalisasi pemerintah Republik Indonesia, terutama perusahaan-perusahaan strategis yang kemudian dibentuk menjadi BUMN. Dalam hal ini, CSW juga menjadi bagian dari proses nasionalisasi tersebut. Proses estafet ini berjalan normal dalam peralihan penguasaan CSW dan karenanya program pembangunan perumahan di Kebajoran juga tetap berlangsung sesuai rencana. Perhatian pemerintah untuk menyediakan perumahan yang layak, program pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran akhirnya rampung pada tahun 1955.

Selesainya program pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran, maka salah satu permasalahan dalam penyediaan tempat tinggal telah memberi pengaruh besar di wilayah Djakarta. Namun karena lokasinya yang jauh dari Djakarta, perumahan kota satelit di Kabajoran dari sudut pandang sosial tetap terpencil. Akses terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi, pemerintahan dan lainnya di Djakarta jelas jauh dari Kebajoran. Banyak rumah-rumah yang tidak ditempati penghuninya.  

Setelah hengkangnya Belanda dari Indonesia, pembangunan perumahan kembali marak terjadi di Djakarta. Pemukiman padat timbul dimana-mana dan disana sini juga muncul pemukiman kumuh. Akibatnya solusi penataan kota dengan pembangunan kota satelit menjadi hanya bersifat parsial. Posisi kota satelit Kebajoran tetap berada di belakang/pinggiran. Sebaliknya pembangunan perumahan justru semakin masif terjadi di Djakarta. Indonesiasi perumahan di Djakarta terjadi.

Indonesiasi nama jalan juga terus berlangsung. Salah satu nama jalan yang diubah pada bulan Desember 1953 adalah Djalan Mampang (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1953). Disebut jalan Djalan Mampang diganti namanya menjadi Djalan Teuku Tjiditiro. Nama Teuku Tjiditiro adalah pemimpin perlawanan di Aceh. Pada bulan November 1954 kembali dilakukan perubahan nama jalan (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-11-1954). Nama jalan Djalan Hadji A. Salim untuk menggantikan Djalan Geredja Theresia. Sedangkan nama jalan  Geredja Theresia digeser menempati nama jalan Djalan Sunda. Sedangkan nama Djalan Sunda sendiri menempati jalan yang baru dibangun, yaitu jalan yang menghubungkan Djalan [MH] Thamrin dengan Djalan Hadji Agus Salim.

Nama jalan Mampang (Mampangweg) paling tidak sudah dilaporkan adanya pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan ini dibangun tahun 1913 yang merupakan terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-08-1913). Jalan ini merupakan jalan paling besar dari Koningsplein menuju selatan kota (tentu saja belum ada jalan penghubung atau jalan MH Thamrin yang sekarang). Disebut jalan Mampang karena arahnya menuju selatan di Land Mampang. Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan dengan pembangunan Orangeboelevard (kini jalan Diponegoro). Pembangunan dua jalan ini dalam rangka eksploitasi pembangunan pemukiman yang baru. Pada tahun 1918 Mampangweg ini terpotong karena dibangunnya Bandjir Kanaal. Namun demikian di atas kanal dibangun jembatan, sehingga layout pembangunan perumahan Menteng tidak terlalu terganggu. Pada masa kini terkesan sebagian wilayah perumahan Menteng menjadi terpisah di wilayah Guntur yang sekarang.

Di Land Mampang sudah sejak lama dikenal Prapatan Mampang, suatu persimpangan jalan dari Tanah Abang ke Doerian Tiga/Pedjaten dan dari Pantjoran ke Slipi. Pada Peta 1938 jalan dari Mampang Prapatan ke Menteng yang kini menjadi jalan Rasuna Said (Kuningan) yang tegak lurus ke utara belum ada (jembatan belum ada). Jalan yang sudah ada adalah dari Prapatan Mampang se arah barat laut menuju Tanah Abang melalui Doekoeh. Dalam perkembangannya, jalan dari Mampang Prapatan yang menuju ke arah Doerian Tiga disebut jalan Mampang Prapatan. Sementara terus jalan Mampang Prapatan disebut jalan Warong Boentjit (jalan Warong Rawa Djati Barat). Pada masa kini, jalan Mampang tidak dikenal karena yang eksis adalah jalan Mampang Prapatan. Nama Jalan Mampang telah lama tiada karena nama Jalan Mampang telah diganti menjadi Djalan Tjiditiro. Pada tahun 1962 untuk menjaga arus lalu lintas, prapatan jalan baru Batavia/Djakarta-Kebajoran dengan jalan lama Pantjoran-Slipi dibangun menjadi Jembatan Semanggi.

Sehubungan dengan Indonesia sebagai penyelenggara Asian Games tahun 1962, kota satelit Kebajoran kembali diperthitungkan. Pemerintah RI membangunan fasilitas olahraga di Senajan. Lokasi pusat olahraga ini berada diantara perumahan Menteng dan perumahan Kebajoran. Nilai sosial dan nilai ekonomi perumahan di kota satelit Kebajoran drastis meningkat. Asian Games 1962 mendapat berkah bagi penghuni di perumahan Kebajoran. Sementara ketika perumahan kota satelit Kebajoran dirancang Belanda sejatinya tidak hanya untuk menyediakan perumahan bagi penduduk Indonesia di Batavia tetapi juga dimaksudkan untuk melokalisasi sebagian penduduk Indonesia ke tempat terpencil di Kebajoran. Presiden Soekarno menyadari atau tidak telah mengangkat harkat sosial penduduk Indonesia di kota satelit Kebajoran melalui mekanisme yang terintegrasi dalam proses persiapan menjadi tuan rumah Asian Games 1962.

Peta 1985
Dalam pembangunan fasilitas olahraga di Senajan pemerintah RI harus merelokasi pendududk dengan mengintegrasikannya dengan program pembangunan perumahan di Tebet. Mereka yang tergusur dari Senayan akan dilakukan secara bersama-sama dengan warga yang tergusur dari lokasi lain akibat pembanguna proyek Asian Games 1962. Dalam pembangunan fasilitas olahraga/stadion di Senayan, pemerintah RI juga meningkatkan infrastruktur jalan yang diserati pembangunan Bundaran HI dan Jembatan Semanggi serta pembangunan fasilitas pendukung lainnya seperti Hotel Indonesia dan gedung pusat perbelanjaan Sarinah. Itulah sebab mengapa muncul pembangunan perumahan baru di Tebet, sebagai perumahan masif yang ketiga setelah perumahan Menteng (pada era kolonial Belanda) dan perumahan kota satelit Kebajoran (pada era negara federalis).   

Sejak adanya fasilitas olahraga/stadion di Senayan dan peningkatan jalan timur-barat (Panjoran-Slipi) dengan membangun interchange Jembatan Semanggi maka wilayah yang dulunya sepi di sekitar Jembatan Semanggi lambat laut menjadi tujuan penduduk untuk bertempat tinggal. Perumahan Tebet dengan perumahan kota sateli Kebajoran lambat laun semakin terintegrasi sebagai suatu kawasan pemukiman yang sangat luas di selatan Djakarta. Intesnsitas pemukiman juga semakin ramai ke timur Jembatan Semanggi di Pantjoran dan Tjawang maupun ke arah barat di Slipi dan Grogol.

Peta 1985
Kota satelit Kabajoran juga lambat laun menjadi perumahan yang juga bergengsi yang tidak kalah-kalah amat jika dibandingkan dengan perumahan Menteng. Namun perbedaannya, perumahan di kota satelit Kebajoran lebih heterogen karena memang sejak awal dirancang untuk perumahan dengan berbagai tipe. Rumah-rumah berbagai tipe di kota sateli Kebajoran ini sesuai dengan rencana semula pada Master Plan Kota Satelit Kebajoran di kelompokkan ke dalam blok-blok yang terpisah. Sebagaimana yang terlihat dalam Master Plan dengan apa yang dapat dilihat sekarang, jumlah blok-blok rumah itu sebanyak 19 blok (A sampai S). Blok-M adalah pusat kota dimana ditetapkan adanya pasar besar, sekolah, kantor pemerintah (terutama PU), markas polisi, terminal dan tentu saja kantor pengelola perumahan kota sateli Kebajoran (CSW). Kota satelit Kebajoran ini lambat laun dikenal sebagai Kebajoran Baroe, sementara ibukota distrik Kebajoran yang dulu berada di sisi barat sungai Grogol disebut sebagai Kebajoran Lama. Peta 1985

Pada masa ini blok-blok perumahan tersebut berada di lingkungan perumahan Kebayoran Baru, yakni:
Blok-A di sekitar jalan Panglima Polim.
Blok-B di sekitar jalan Barito.
Blok-C di sekitar jalan Kyai Maja.
Blok-D di sekitar jalan Gandaria.
Blok-E di sekitar taman Pakubuwono .
Blok-F di sekitar jalan Sisingamangaraja.
Blok-G di sekitar jalan Hang Lekir.
Blok-H di sekitar jalan Asia Afrika.
Blok-I di sekitar jalan Senopati
Blok-J di sekitar taman Mpu Sendok
Blok-K di sekitar jalan Trunojoyo.
Blok-L di sekitar jalan Wijaya
Blok-M di sekitar pertemuan jalan Panglima Polim dan jalan Sisingamangaraja
Blok-N di sekitar jalan Melawai
Blok-O di sekitar jalan Prapanca.
Blok-P di sekitar jalan Darmawangsa.
Blok-Q di sekitar jalan Kertanegara.
Blok-R di sekitar jalan Erlangga.
Blok-S di sekitar jalan Wolter Monginsidi.

Itulah sejarah panjang secara singkat asal-usul Kota Satelit Kebajoran yang kini lebih dikenal sebagai Kebayoran Baru yang berpusat di sekitar Blok-M yang dari dulu hingga kini sangat terkenal. Anda ingin menulis sejarah baru Kebayoran Baru, jangan lupa menyertakan sejarah lama Kebayoran Lama. Kata kuncinya: Kampong Kebajoran, Distrik Kebajoran, CSW, Kota Satelit, Blok-M serta Jembatan Bandjir Kanaal.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. Siang, apakah ada nomor peraturan atau berita yang menyatakan bahwa pemerintah Belanda memberi perintah untuk pembiayaan rekonstruksi dan pembangunan rumah baru? Terimakasih

    BalasHapus