*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Terbukanya wilayah Tangerang di sisi timur sungai Tjisadane bagi investor Eropa.belanda merupakan wujud perluasan industri gula yang telah berkembang di Batavia. Perluasan ini juga terjadi ke atah hulu sungai Tjiliwong dan daerah aliran sungai Bekasi. Cornelis Vincent van Mook adalah orang Eropa/Belanda yang membuka lahan di Tangerang. Cornelis Vincent van Mook mendapat izin dari Pemerintah VOC untuk membuka lahan di Tangerang pada tahun 1669. Sejak kehadiran Cornelis Vincent van Mook, lebih-lebih setelah dia berhasil membangun kanal Mookervaart tahun 1687, para investor semakin banyak yang berdatangan. Sejumlah land terbentuk.
Terbukanya wilayah Tangerang di sisi timur sungai Tjisadane bagi investor Eropa.belanda merupakan wujud perluasan industri gula yang telah berkembang di Batavia. Perluasan ini juga terjadi ke atah hulu sungai Tjiliwong dan daerah aliran sungai Bekasi. Cornelis Vincent van Mook adalah orang Eropa/Belanda yang membuka lahan di Tangerang. Cornelis Vincent van Mook mendapat izin dari Pemerintah VOC untuk membuka lahan di Tangerang pada tahun 1669. Sejak kehadiran Cornelis Vincent van Mook, lebih-lebih setelah dia berhasil membangun kanal Mookervaart tahun 1687, para investor semakin banyak yang berdatangan. Sejumlah land terbentuk.
Landhuis Tjengkareng (Peta 1902) |
Lantas seperti apa awal pengembangan pertanian di Tangerang? Itu dia yang menjadi pertanyaannya. Pertanyaan ini akan mengarahkan kita pada kronologi persebaran land (pemetaan lahan). Sebaran land di District Tangerang ini awalnya di sisi timur, kemudian diperluas ke sisi barat sungai Tjisadane, mualai dari fort Tangerang ke hilir di pantai dan dari fort Tangerang ke hulu hingga Serpong. Untuk menjaga kelangsungan land-land tersebut di hulu sungai Tjisadane kemudian dibangun benteng baru, fort Sampora (lokasinya di sekitar Serpong). Untuk itu mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Land Tangerang di Fort Tangerang: Awal Mula Pertanian Tangerang
Setelah Perang Tangerang (1680-1682), berdasarkan
Peta 1724, kawasan di hilir benteng Tangerang di sungai Tjisadane belum ada
teridentifikasi nama kampong. Kawasan ini terbilang hutan belantara yang
memiliki rawa-rawa dan menjadi sangat basah ketika sungai Tjisadane meluap di
waktu banjir. Demikian juga di sepanjang kanal Mookervaart belum ada
terindentifikasi nama kampong. Kampong-kampong yang sudah diidentifikasi berada
di arah hulu benteng Tangerang. Kampong terdekat dari benteng Tangerang adalah
kampong Baroe disusul kampong Babakan dan kampong Bali. Dari sejumlah kampong
yang ada, hanya nama kampong Babakan yang bernuansa penduduk lokal.
Benteng (fort) Tangerang (Peta 1724) |
Kanal Mookervaart dibangun (1681-1687) bukan
untuk kebutuhan irigasi tetapi hanya semata-mata untuk kebutuhan navigasi
(Tangerang-Batavia). Meski demikian, wilayah antara sungai Tjisadane dan sungai
Angke sudah sejak lama ditempatkan eks pasukan pendukung VOC untuk membuka
perkampungan untuk pengembangan pertanian (lihat peta lahan 1732). Mereka adalah
orang Jawa, Bali, Boegis, Melajou dan sebagainya. Oleh karena itulah pada Peta
1724 di arah hulu kampong Babakan sudah terdapat nama kampong Bali. Kampong
Baroe tepat berada di dekat benteng.
Kampong
tertua di sekitar banteng Tangerang adalah kampong Babakan. Suatu perkampongan
yang diduga sudah ada sejak lama yang dihuni oleh penduduk lokal (setempat).
Kampong Baroe adalah suatu perkampungan baru yang ditempati oleh orang Macassar
yang diduga eks tawanan Perang Gowa yang diasingkan ke Tangerang. Kampong Baroe
ini sudah memiliki pemimpin sendiri ketika orang Eropa/Belanda memulai
pembukaan lahan. Orang Eropa/Belanda tersebut yang diberi izin oleh Pemerintah
VOC tahun 1669 adalah Cornelis Vincent van Mook. Dalam hubungan inilah terjadi
hubungan timbal balik antara Cornelis Vincent van Mook dan orang Macassar.
Untuk mendukung usahanya membuka lahan pertanian baru, Cornelis Vincent van
Mook mulai mendatangkan pekerja dari Bali, Jawa dan Melajoe. Perselisihan
antara Bapak-anak di Kesultanan Banten menyebabkan situasi dan kondisi politik
di Tangerang terpengaruh, yang menjadi sebab munculnya Perang Tangerang. Saat
inilah Cornelis Vincent van Mook berinisiatif mulai membangun kanal ke Batavia.
Kampong Baroe adalah kampong yang dibuka oleh
orang-orang Macassar. Kampong baru ini berada di hilir kampong yang sudah ada,
kampong lama Babakan. Cornelis Vincent van Mook membuka lahan tepat berada di
benteng Tangerang yang awalnya hanya berupa palisade yang terbuat dari kayu dan
bambu. Pasca Perang Tangerang, saat pelukis Prancis Cornelis de Bruijn berkunjung
ke Tangerang tahun 1706 bentuk palisade ini masih terlihat jelas. Tidak lama
kemudian benteng baru Tangerang dibangun secara permanen tahun 1709. Setelah
terjadinya pemberontakan Cina tahun 1740, benteng Tangerang diperkuat dengan
desain baru pada tahun 1762.
Benteng Tangerang 1709 dan 1762 |
Dengan semakin diperkuatnya benteng Tangerang
(dan penambahan benteng Sampora di Serpong) boleh jadi situasi dan kondisi
keamanan semakin kondusif untuk pengembangan wilayah pertanian. Jumlah land baru
antara sungai Angke dan sungai Tjisadane semakin banyak dari waktu ke waktu. Demikian
juga terjadi pertambahan jumlah land di arah hulu antara sungai Tjiliwong
dengan sungai Tjisadane hingga ke Chiampea.
Pada
Peta Land 1730 teridentifikasi kampong Tjisaok, Tjiledoek, Vereschans
Tangerang, Babakan, Tjikokol, Bodjong Roempang, Ankee, Tjiadas, Tjiledoek,
Kabaleen. Pada Peta Land 1739 teridentifikasi land-land ke arah sungai
Tjisadane; het noordenstrandt en de Pasanggarahan, Sampora, veldschans
Tanggerang, Tjiledoek, Tjantiga, Pondok Poetjoeng, Theunis, Crul, persil lahan
sepanjang Mookervaart yang dimiliki oleh Zwaardecron, van Berendregt,
Ni Hoe Kong, Pinet, Muller, de Fluit, Mol, Reguleth, van der Heijden, van der
Wiel dan Durven. Peta Land 1750 teridentiffikasi antara Anke dan Tanggerang
hingga ke laut adalah Tjipeteh, Tjikokol, Babakan, Grendeng, Zuiderringsloot,
Zoerendaal, Groote ringsloot, Kapok, Benteng Alang-Alang. Tjenkarang,
Westermede, Concordia, Kadaewa Batoestjeper, Kamal, Klappa, Dadap, Pakadjangan,
Tandjong Boeroeng, Dadap Roeboboe dan Tandjong Pasir. Pada Peta Land 1752
persil grond, Sas, Heringa, van den Velde Theunis, Babakan, Tjikokol, Suikermolen,
Tjiledoek. Pada Peta Land 1760 nama-nama land di sisi timur sungai
Tjisadane teridentifikasi sebagai berikut: Benedenloop der Tji Sadane;
Djampong; Westergouw; Salabantar; Tji Mangir. Medang; Alliet' Andemoei;
Krangan; Salak; Kademangan; Poetjong; Serpong; Geneterong; Sampora; Babakan;
Tji Kotjar; Lengkong; Tjisao; Sajagati; Bodjong Gintong; Priang; Kakoelonan;
Kampong Baroe; veldschans Tanggerang; Mookervaart; Paroengkoeda; Bodjongringgit
(dimiliki oleh Jacob Mossel); Sabi; oude koningsdoorgraving; Kadoewang. Pada
Peta Land 1761-1775 teridentifikasi persil west van de Krokot, Overt
watersweg. Zoetendaal, Zuiderringsloot, Oude loop der Ankee, land milik Romp,
Marci, Heijn, Nab. Mulhauser, de loopes koster, huisvoorn, Post Tanggeran, tuin
Kadowean, Mossel Goesti Badoeloe. Westervrede, Benteng Alan-alang, Tjenkarang,
Slingerland, Kamal, Selapadjang, Boedjong Ringit, Telok Naga, Pakadjangan,
Malayo, Tandjoeng Boerong, Kadapang, Tagalangoes, Dadap Roeboe, Soengaei Tiram.
Pada Peta Land 1780 teridentifikasi land Babaccan, Lengkong. Tjiletrang
van Aria Tanggerang. Pada Peta Land 1786 teridentifikasi land Land de Noordzijde
der Mookervaart; Kadoewang van Jan Dat; Kadoewang van Dufau de la Longue, Batoe
Tjeper; Salapadjang; Paroeng Koeda van de Chin vrouw Limsongsia. Pada Peta Land
1788 teridentifikasi land Kattemangan (antara Ankee dan Tji Sadane).
Tjilletrang yang disebut Sampora; Krangan. Pada Peta Land 1789
teridentifikasi land Babakan (antara Ankee dan Tji Sadane), Lenkong Land
Tjilletrang di Sampora, Tji Atar dan Tjekatjarre. Pada Peta Land 1790a teridentifikasi
land land Tjankaar(ang), Benting Allang Allang, Qual (fort), Canal van Soenje
Kamal (uit de Mookervaart noordwaarts). Pada Peta Land 1790b teridentifikasi
land land noorden de Mookervaart tot aan zee, bewes ten de Ankee, Fluit, Qual, Slinger
land, Kamal. Benteng Alang-Alang. Land dari Westevrede, Goestie Badoeloe, De
Keijser, Batoe Tjepper. Dela Longue. Paroengkoeda, Wachsmuth, Soengei Salij. Land
Mossel. Kadoewang. Selapadjang. Boedjonge Ringit. Teloknaga. Land de Klerk.
Ontong Java. Pada Peta Land 1790c teridentifikasi land sluis bij
Tanggerang, Greving, Paroengkoeda, Bangeman, Kadoewang, Salapadjang, Boedjongringgit,
Teloknaga, Boode, Pakadjangan. Malajoe, Panoelan, Tagalangoes. Limoeng. Katapan,
De Qual, Grens met Bantam, Soengei Tiram, Tandjoeng Pasir, Ontong Djawa. Pada
Peta Land 1798 teridentifikasi landen Panjebrangan; Djampang Oedik;
Koeripan; Djampang Ilir; Salabantar; Kaloerakan; Medang; Karangan; Katoemangan;
Tjilletrang; Babakan; Loenkong; Pondok Johor; Doerian Sariboe; Boedjong Sari;
Tjoeroek of Tjinangka; Pondok Petir; Pondok Benda; Pondok Tjabe; Sawangan van
Heim; Pondok Terong van Dekken. Land-lamd lainnya adalah Pondok Jakon,
Tjisalak, Grendeng. Pada Peta Land 1804 land Babbaccan, Lengkong, land
Tjielettrang, Pondok Loo, Djombang. Dadap, Kossong dan Tjitingang.
Di pusat kota Tangerang tahun 1780
teridentifikasi sejumlah situs penting yang berpusat di Fort Tangerang (Benteng
Macassar). Situs tersebut antara lain kebun koffie dan peper (lada), passar
(lama), huis (rumah) Aria Koeraal, post Tanggerang, benteng Makassar. Situs lainnya adalah Pasar Baroe (milik van
Von Lutzow Amstelveen van Teisseire). Tidak jauh dari fort terdapat ressor Babakan
yang dimiliki oleh Aria. Sementara itu di luar kota, terdapat sejumlah land
yang sebagian sudah diakusisi oleh pemerintah.
Sejak
era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) secara bertahap tanah-tanah
partikelir dibeli oleh pemerintah. Di district Tangerang, land-land partikelir
yang diakusisi pemerintah ini adalah land Serpong, land Lèngkong Oost, land Babakan
Zuid, land Pesing Kampong, land Bali, land Djatipadang, land Teloeknaga, land Pasar
Baroe, land Babakan Noord, land Panoenggangan, land Mauk, land Pakoelonan of
Bergzicht, land Tjipondoh, land Lèngkong West, land Groot Kampong Makasser en
Harmendaal, land Kramat Pakoeadji en Bodjong Rèngit (lihat Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indie, 1917-1939). Pasar Maoek, 1870
Sebagian yang lain, land-land masih dimiliki oleh
swasta. Land-land yang masih dimiliki oleh swasta antara lain land Tangerang
(di luar batas kota), land Grending, land Babakan dan land Tjikokol. Land
Tangerang en Grending diketahui dimiliki oleh
J Eken Holm (lihat Bataviasche
courant, 21-12-1816). Pada tahun 1822 land Grending, land Babakan dan land
Tjikokol dijual oleh pemiliknya C Lindam kepada publik (lihat Bataviasche
courant, 26-10-1822). Informasi ini menjelaskan land Tangerang en Grending
telah dipecah kembali menjadi dua bidang yakni land Tangerang dan land
Grending. Dalam hal ini diduga land Tangerang telah lebih awal diakuisisi oleh
pemerintah untuk dijadikan ibukota pemerintahan. Yang memiliki land Grending
adalah seorang Tionghoa (lihat Bataviasche courant, 24-04-1824).
Di
beberapa land sejak awal sudah terbentuk pasar. Pasar-pasar yang ada di sebelah
barat Batavia (district Tangerang) adalah pasar Tangerang, pasar Paroeng
Corret, pasar (Tji)Assam, pasar Maoek,
pasar Tjantiga dan pasar Grending. Dalam perkembangannya pasar Grending
diketahui telah berubah menjadi pasar Baroe sebagaimana tercantum dalam beslit
Minister van Staat tanggal 7 November 1829 (lihat Javasche courant, 24-11-1829).
Dalam hal ini pasar Grending atau pasar Baroer dibuka pada hari Sabtu. Sementara
pasar Tangerang sendiri dibuka pada setiap hari. Sedangkan pasar-pasar lainnya
dibuka pada hari Kamis (Tjiassam); hari Rabu (Maoek); dan hari Minggu
(Tjantiga).
Land Grending tampaknya telah dipecah menjadi
land Grending dan land Pasar Baroe. Land Grending diketahui telah dimiliki oleh
Aria Bagoes Soeta Dilaga (lihat Javasche courant, 28-08-1830). Oleh karenanya,
pasar yang sebelumnya diindentifikasi sebagai pasar Grending telah berubah
menjadi pasar Baroe (letak pasarnya tidak berubah, yang berubah wilayah
administrasinya). Pasar baru dalam hal ini mengindikasikan pasar yang dibangun
baru yang dibedakan dengan pasar lama (pasar Tangerang). Kedua pasar ini
dipisahkan oleh sungai Tjisadane. Land Grending pada tahun 1831 telah berganti
kepemilikan (lihat Javasche courant, 02-06-1831).
Aria
Bagoes Soeta Dilaga pada tahun 1840 menjual land Grending (lihat Javasche
courant, 29-08-1840). Disebutkan Aria Bagoes Soeta Dilaga menjual sejumlah
bidang lahan yakni land Tigaraksa, land Krawatji dan sebagian land Grending.
Informasi ini dapat diartikan bahwa dalam penjualan ini masih tersisa sebagian
land Grending yang tetap dimilikinya. Catatan: land land Pasar Baroe, land Grending
dan land Krawatji berdampingan di sisi barat sungai Tjisadane (seberang land
Tangerang). Pada tahun 1867 land Krawatji telah beralih kepemilikan dari Luitenant
Chinees Oeij Jan Long kepada Oeij Eng Sioe (lihat De locomotief : Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 16-09-1867). Oeij Eng Sioe adalah Kapitein
Titulair der Chinezen te Karawatji. Pada tahun 1883 land Grending dijual
separuh dengan harga f190.000 (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 30-07-1883). Land Grending ini diketahui dimiliki oleh Oeik Ke
Thaij (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 26-08-1884). Sejak ini Grending tidak lagi diidentifikasi
sebagai land, Kampong Grendeng telah berubah menjadi area urban (wijk). Dengan
demikian sejauh ini sudah ada dua land yang telah berubah menjadi wijk, yang
pertama Tangerang dan yang kedua adalah Grending. Wijk umumnya dipimpin oleh
seorang Eropa/Belanda.
Pada tahun 1895 di Tangerang era baru dimulai
dalam usaha pertanian. Ini sehubungan dengan diberikannya izin dalam pendirian
perusahaan (NV) Cultuurmaatschappij Karawatji Tjilongok te Tangerang (lihat De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-09-1895). Dengan
pendirian perusahaan NV (kini PT) dimungkinkan para pendiri dapat memperoleh
dana lain dari publik. Perusahaan ini dengan kapital sebesar f600.000 yang
bidang lahan yang diusahakan meliputi particuliere landen Karawatji, Tjilongok,
Grendeng, Gandoe en Karuwatji-Tjibodas yang mana Oej Khe Thaj sebesar 59 persen
saham yang setiap lembar saham f1.000 dengan direktur Oeij Dji San (lihat Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1895).
Terimakasih banyak Bapak
BalasHapus