Laman

Kamis, 15 Agustus 2019

Sejarah Tangerang (19): Gudang Amunisi Jepang di Serpong dan Majoor Daan Mogot; Adakah Berita Pertempuran di Lengkong?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Nama Lengkong ada di Bandoeng juga di Tangerang. Pertempuran di Lengkong, Tangerang (di Serpong), peristiwa yang disebutkan terjadi tanggal 25 Januari 1946.menjadi peristiwa heroik dalam sejarah Tangerang. Sebanyak tiga perwira dan 34 orang taruna gugur. Salah satu perwira yang gugur, yang juga menjadi komandannya adalah Majoor Daan Mogot (yang kini namanya ditabalkan sebagai nama jalan utama antara Tangerang dan Grogol, Jakarta).

Lengkong di Serpong (Peta 1944)
Pasukan Sekutu/Inggris yang berbasis di Singapoera, setelah bernegosiasi dengan (Presiden) Soekarno masuk ke Indonesia dengan dua tugas utama: melucuti senjata militer Jepang dan membebaskan interniran Eropa/Belanda. Kedatangan pasukan Sekutu/Inggris dan tugasnya sudah dimaklumkan ke publik. Semua pihak sudah mengetahuinya. Dalam konteks inilah disebutkan dalam berbagai tulisan Majoor Daan Mogot datang ke pusat gudang amunisi Jepang di Serpong untuk melucuti senjata militer Jepang. Dalam peristiwa pelucutan senjata inilah disebutkan terjadi pertempuran: Sebanyak tiga perwira dan 34 orang taruna gugur.

Peristiwa terbunuhnya tiga perwira dan 34 orang taruna bukanlah peristiwa kecil. Bad news is good news. Pada tanggal kejadian ini sudah bercokol Belanda/NICA di Djakarta/Batavia. Surat kabar berbahasa belanda, Het Daghblad sudah terbit di Batavia sejak tanggal 23-10-1945. Surat kabar ini sangat intens memberitakan kejadian day to day di seputar Batavia. Kematian tiga perwira dan 34 orang taruna Indonesia oleh milter Jepang sudah barang tentu dapat menjadi amunisi yang bernilai tinggi bagi Belanda untuk menyoal seterunya Jepang. Untuk itu mari kita lacak di dalam surat kabar Het Daghblad.   

Monumen Lengkong di BSD, Tangerang Selatan
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Gudang Amunisi Jepang di Serpong

Pemerintah pendudukan militer Jepang sejak kedatanganya, 1942 diduga telah memilih Serpong sebagai lokasi tempat penyimpanan (gudang) amunisi. Lokasi ini sangat strategis karena posisi tengah ke berbagai arah: Serang, Tangerang, Buitenzorg dan (jalur kereta api) ke Batavia/Djakarta. Posisi GPS yang dipilih diduga kuat berada tepat di situs kono benteng pada era VOC, Fort Sampoera. Sebagai eks benteng yang dibangun Belanda/VOC, situs ini memiliki persyaratan yang dibutuhkan militer Jepang.

Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu/Inggris telah merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Setelah selesai di Djakarta/Batavia pasukan Sekutu/Inggris melanjutkan ke Buitenzorg tanggal 15 Oktober 1945 untuk tujuan pelucutan tentara Jepang juga melakukan pembebasan terhadap tahanan tawanan Eropa/Belanda dan membebaskan sandera di Depok. Di belakang Sekutu/Inggris menyusul NICA/Belanda. Pada tanggal 16 Oktober 1945 NICA/Belanda telah mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan dan pasukan tambahan telah dikirim untuk memperkuatnya. Tanggal 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan NICA?Belanda dengan nasionalis di sekitar lapangan terbang Tjililitan. Pada tanggal 18 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris dari Buitenzorg memasuki Bandoeng. Pasukan Sekutu/Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945 mendarat di Semarang dan pada tanggal 25 Oktober 1945 di Surabaya. Sekutu/Inggris sangat sibuk di Soerabaja dan puncaknya 10 November 1945.

Dalam fase konsolidasi organsiasi tentara RI, perang terus berkobar dimana-mana, Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap menilai terdapat tiga wilayah TKR yang melakukan tugasnya dengan rapih (disiplin) jika dibandingkan di Jawa Timur seperti dikutip oleh surat kabar Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. 21-11-1945. Beberapa hari kemudian pesawat Dakota yang mengangkut pasukan Sekutu/Inggris dari Djakarta ke Semarang mendarat darurat di Rawa Gatel, Tjakoeng pada Jumat 23 November 1945. Sebanyak 18 tentara Inggris/India dan empat orang tentara Inggris dibunuh laskar di Bekasi.

Setelah seminggu, setelah cukup informasi (dan dianggap memiliki waktu dan sumber daya), pada hari Kamis [29-11-1945] batalion Punjabi dikirim ke Bekasi yang didukung satu pasukan 9 buah tank dan pasukan kaveleri serta satu skuadron empat pesawat pembom (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-11-1945). Dalam satu konferensi pers Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap menuduh pasukan Sekutu/Inggris telah membakar dua kampong di Bekasi (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 08-12-1945).

Dalam perkembanganya, markas Sekutu/Inggris meminta bantuan pasukan TKR untuk mengawal kereta api Rapwi yang hendak ke Bandoeng dan (sebaliknya) dari Poerwakarta ke Batavia. Permintaan ini dituruti dan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan. Kereta api di Bekasi sempat diserang oleh para pejuang bersenjata (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 10-12-1945). Dengan dalih untuk melakukan tindakan balasan terhadap pejuang di Bekasi, pasukan Sekutu/Inggris yang disertai tank melakukan perjalanan ke Bekasi kamis pagi. Dilaporkan pagi ini ekspedisi tersebut diketahui tidak menemukan pejuang di Bekasi (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 13-12-1945). Pasukan Sekutu/Inggris kemudian membakari rumah-rumah penduduk.

Tentu saja ada negara lain yang membela Bekasi dan mencela perbuatan pasukan Sekutu/Inggris. Sejumlah surat kabar di Amerika Serikat mengecam tindakan pasukan Sekutu/Inggris di Bekasi (lihat  Het vrije volk : democratisch-socialistisch dagblad, 18-12-1945). Disebutkan, sejumlah surat kabar di Amerika Serikat pada tanggal 15 Desember menyebut Bekasi yang dibom sebagai ‘Lidice Kedua’. Lidice adalah sebuah desa di Polandia, dihancurkan oleh Jerman sebagai tindakan balasan. Koresponden New York Times mengirim pesan dari Batavia bahwa RAF tampaknya telah menimbulkan banyak korban. Dalam perkembangannya, perhatian Sekutu/Inggris segera bergeser dari Bekasi ke Bandoeng. Ibukota RI akhirnya dipindahkan dari Djakarta ke Djogjakarta tanggal 4 Januari 1946.

Pada tanggal 22 Januari 1946 tiga pasukan Sekutu/Inggris dari Buitenzorg akan pergi ke Serpong untuk memeriksa gudang amunisi Jepang (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-01-1946). Sementara itu satu pasukan pergi ke Kota Batoe di lerang gunung Salak untuk menyita persediaan senjata dan amunisi Jepang.

Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 23-01-1946 [Rabu] memberitkan satu pasukan yang pergi ke Kota Batoe pada hari Senin [23-01-1946] telah menyita persediaan senjata dan amunisi Jepang dan 18 ton beras dan gula, mereka telah kembali ke Buitenzorg. Sementara itu, pasukan yang telah berangkat ke Serpong untuk memeriksa pada hari Senin, harus kembali setelah perjalanan 8 Km, Mereka tidak bisa kembali ke Buitenzorg sebelum gelap karena dua jembatan hancur dan jembatan yang kedua tidak bisa dilewati. Berbagai hambatan dan perangkap tangki ditemukan di sepanjang jalan. Semuanya telah dibersihkan.

Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 29-01-1946 bahwa pada akhir pekan tidak ada aktivitas Sekutu/Inggris di Buitenzorg. Eksplorasi mengungkapkan bahwa jembatan menuju Serpong dari Buitenzorg hancur. Pada tanggal 25 malam 26 Januari.ada kejadian dimana seorang penjaga Jepang diserang. Tidak ada informasi lebih lanjut yang diterima dari Serpong.

Informasi yang mana seorang penjaga Jepang diserang pada tanggal 25 sesuai tanggal yang selama ini dikaitkan dengan pertempuran di Lembang yang dipimpin oleh Majoor Daan Mogot. Tapi tidak ada informasi lebih lanjut yang diterima dari Serpong. Apakah serangan terhadap penjaga ini telah menjadi pemicu balas (dendam) menyerang pasukan yang dipimpin oleh Majoor Daan Mogot? Pertanyaannya, sebanyak tiga perwira dan 34 taruna tewas dalam pertempuran, tetapi mengapa tidak terlaporkan (terekspos)? Apakah pihak Jepang dan atau pihak Indonesia sama-sama menyembunyikannya atau mendiamkan karena tidak memiliki nilai berita? Jika itu yang terjadi, dalam situasi perang, apakah kejadian itu hanya dimasukkan sebagai insiden (kecelakaan) biasa?.

Sementara itu di sekitar dan dekat Lembang, kelompok-kelompok Jepang, antara lain di bawah Kapten Moriami, dikelilingi oleh para pejuang (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-01-1946). Dalam hal ini tidak ditemukan berita lain. Boleh jadi kejadian di Lembang dan Serpong mirip, tetapi menjadi berbeda ketika terjadi penyerangan terhadap penjaga Jepang di Serpong.

Dalam hubungan ini, penyerangan di Serpong adalah tindakan heroik, tetapi di sisi lain boleh jadi suatu kesalahan prosedur (tindakan yang melanggar). Hal ini kerena semua pihak sudah mengetahui bahwa yang berhak melucuti senjata militer Jepang hanyalah Sekutu/Inggris. Jepang juga hanya bersedia memberikan senjata kepada Sekutu/Inggris karena mereka mendapat jaminan perlindungan pada saat evakuasi. Oleh karenanya, di luar itu dianggap penyerangan. Tindakan balasan Jepang untuk menyerang adalah suatu pembelaan diri?

Pada hari berikutnya di Bandoeng, operasi pengambilalihan gudang amunisi berjalan sukses (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 01-02-1946). Disebutkan pada hari Selasa oleh brigade ke-37 (37ste brigade) berhasil mendapatkan depot amunisi Jepang, dengan pasukan Inggris/India yang dibantu oleh TKR. Selama seluruh operasi, hanya satu atau dua tembakan yang dilakukan terhadap pasukan Inggris/India. Mereka tidak menderita kerugian. Situs penyimpanan amunisi ditemukan benar-benar utuh. Lantas mengapa TKR ikut membantu Sekutu/Inggris? Kesepakatannnya memang demikian antara pimpinan Sekutu/Inggris dengan (pemerintah) Indonesia.   

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar