*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Satu yang terpenting dalam sejarah kedirgantaraan Indonesia adalah keberadaan lapangan terbang Curug di Tangerang. Di berbagai kota sejak era kolonial Belanda sudah dibangun lapangan terbang misalnya di Batavia berada di Tjililitan dan Kemajoran, di Bandoeng berada di Andir dan di Medan berada di Polonia. Pada era Republik Indonesia jumlah lapangan terbang semakin banyak yang dibangun. Salah satunya berada di Tjoeroeg, Tangerang. Lapangan terbang ini dibangun bukan untuk penerbangan layanan komersil maupun TNI, tetapi khusus untuk kebutuhan pelatihan penerbangan sipil. Lapangan terbang Curug ini dibangun tahun 1952.
Satu yang terpenting dalam sejarah kedirgantaraan Indonesia adalah keberadaan lapangan terbang Curug di Tangerang. Di berbagai kota sejak era kolonial Belanda sudah dibangun lapangan terbang misalnya di Batavia berada di Tjililitan dan Kemajoran, di Bandoeng berada di Andir dan di Medan berada di Polonia. Pada era Republik Indonesia jumlah lapangan terbang semakin banyak yang dibangun. Salah satunya berada di Tjoeroeg, Tangerang. Lapangan terbang ini dibangun bukan untuk penerbangan layanan komersil maupun TNI, tetapi khusus untuk kebutuhan pelatihan penerbangan sipil. Lapangan terbang Curug ini dibangun tahun 1952.
Lapangan terbang Curug, Pondok Cabe dan Cengkareng |
.
Bagaimana asal usul dibangunnya lapangan terbang Curug? Mengapa dibangun khusus untuk kebutuhan pelatihan? Mengapa lokasinya dipilih di Curug? Boleh jadi pertanyaan ini tidak penting-penting amat, tetapi tetap menjadi suatu pertanyaan yang belum ada jawabannya. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Bagaimana asal usul dibangunnya lapangan terbang Curug? Mengapa dibangun khusus untuk kebutuhan pelatihan? Mengapa lokasinya dipilih di Curug? Boleh jadi pertanyaan ini tidak penting-penting amat, tetapi tetap menjadi suatu pertanyaan yang belum ada jawabannya. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Lapangan Terbang Tjoeroeg: Ir. Tarip Abdullah Harahap
Ketika Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada
tanggal 27 Desember 1949, di lapangan- terbang yang ada di seluruh Indonesia,
sejatinya orang Indonesia belum berdaulat. Bentuk pemerintahan diakui oleh
Belanda adalah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari negara-negara
federal (boneka, bentukan Belanda) dan wilayah Republik Indonesia. Oleh
karenanya, orang Belanda masih terdapat dimana-mana, termasuk di sektor
penerbangan militer dan penerbangan sipil.
District Tjoeroeg (Peta 1939) |
Sehubungan dengan kebutuhan penerbangan sipil dan
memperluas layanan ke seluruh Indonesia, yang selama ini dilayani oleh KLM dan
Garuda Indonesia (yang pimpinannya adalah orang Belanda), Menteri Perhubungan
dari Kabinet Baru Ir. Djuanda Kartawidjaja mengangkat Ir. Tarip Abdullah
Harahap sebagai Kepala Departemen Penerbangan Sipil.
Tarip Abdullah Harahap kelahiran Padang Sidempoean lulus dari Techniche
Hoogeschool di Bandung pada tahun 1939. Pada tahun ini terdapat lulusan
sebanyak 12 orang. Namun total insinyur pribumi yang berhasil mendapat gelar
insinyur hingga tahun 1939 sebanyak 53 orang. Mereka yang lulus sejak angkatan
pertama hingga yang lulus tahun 1939 lama kuliah adalah empat tahun.
Berdasarkan keputusan terbaru mulai angkatan 1939/1940 lama kuliah menjadi lima
tahun. Pada era Pemerintahan RI di Djogjakarta, jabatan Ir. Tarip Abdullah
Harahap adalah Kepala Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau
disingkat DAMRI (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers
te Batavia, 30-06-1949).
Tugas utama Departemen Penerbangan Sipil ini
adalah untuk menyiapkan kelayakan lapangan terbang yang ada dan pembangunan
lapangan terbang yang baru, menyiapkan sistem penerbangan sipil berbagai aspek
organisasi dan sistem operasional termasuk pengadaan tenaga (staf dan pilot).
Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951 |
Setahun berikutnya, ketika mulai menasionalisasi
pilot, Departemen Penerbangan Sipil, Kemenetrian Perhubungan mulai merintis
sekolah pelatihan penerbangan sipil. Sekolah ini dipusatkan di Curug, Tangeran.
Sementara pembangunan lapangan terbang di Curug, Tangerang berlangsung
departemen penerbangan sipil menyiap kurikulum.
Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-06-1952: ‘Pelatihan
penerbangan di Tjurug. Hari-hari ini, wakil kepala penerbangan sipil, Mr. Sigar
dan direktur pelatihan penerbangan sipil, Germania didampingi Ir. Sumarman dan Ir.
Perie mengunjungi lapangan terbang Tjurug (Tangerang) yang dalam tahap pembangunan
yang dimaksudkan untuk pusat pelatihan penerbangan sipil. Pekerjaan dimulai
tiga bulan lalu. Runway akan memiliki panjang 1.860 meter dan lebar 60 meter.
Untuk pelatihan pemerintah telah memesan perangkat pelajaran di luar negeri’.
Sehubungan dengan semakin banyaknya lapangan
terbang yang dioperasikan dan untuk mengantisipasi standardisasi penerbangan
sipil serta peningkatan kapasitas (berbagai jenis) pesawat-pesawat komersil,
Departemen Penerbangan Sipil mulai bembentuk komisi penerbangan sipil. Komisi dibentuk
untuk memperkuat kinerja Departemen Penerbangan Sipil dan juga melakukan
pengawasan langsung terhadap kelayakan lapangan terbang. Komisi ini terdiri
dari berbagai bidang keahlian.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-07-1952 melaporkan di Medan telah
dibentuk sebuah komisi penerbangan sipil (civil aviation) dalam rangka
mengevaluasi kelayakan bandara Polonia Medan dan juga untuk melakukan studi
persiapan bandara Blang Bintang di Kota Radja (kini Banda Aceh) untuk persiapan
pendaratan jenis pesawat Convalrs. Komisi terdiri dari Ir. Tarip Abdullah
Harahap (ketua). Java-bode:nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 25-03-1954: 'Ir. [Tarip Abdullah] Harahap dari penerbangan
sipil, lapangan terbang di Denpasar, Sumbawa. Waingapu, Kupang, Maumere dan
Makassar dan lainnya menginspeksi bandara di bagian timur Indonesia'. De
nieuwsgier, 02-08-1952 bandara Curug telah diuji. Uji pendaratan di bandara dilakukan
dengan pesawat Dakota dari Angkatan Udara. Landasan pacu bandara ini memiliki
panjang 1800 meter dan juga cocok untuk pesawat terbang yang lebih berat dari
Dakota. De nieuwsgier, 26-07-1952 menyebutkan dalam uji coba ini turut dihadiri
para pejabat penerbangan diantaranya Ir. Tarip Abdullah Harahap.
Selama Ir. Tarip Abdullah Harahap menjabat
sebagai Kepala Departemen Penerbangan Sipil (yang pertama), sebanyak 30 bandara
dioperasikan untuk penerbangan sipil dan sebanyak 20 buah bandara baru yang
dibangun (termasuk bandara Curug, Tangerang). Pembangunan bandara di Tjurug,
Tangerang, untuk pelatihan pilot, menelan biaya sebesar Rp 1952. 1.900.000
(lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
24-02-1953).
Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1954 |
Dalam perkembangannya, setelah sistem penerbangan
sipil nasional berjalan dengan baik, akhirnya Ir. Tarip Abdullah Harahap
diangkat menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang baru di Medan (lihat Sumatra,
15-11-1957).
Sekolah Penerbangan Indonesia di Tjoeroeg
Hari Senin tanggal 2 Maret 1953 secara resmi
Sekolah Penerbangan Indonesia dibuka (lihat De nieuwsgier, 03-03-1953).
Peresmian ini dilakukan di lapangan terbang Kemajoran. Sebanyak 30 relawan
pegawai negeri, yang telah menerima pelajaran teoritis dalam beberapa bulan
terakhir. Saat di bandara Kemajoran yang bersamaan dengan peresmian sekolah ini
dilakukan pelatihan praktek. Pada pembukaan ini dilakukan uji terbang dengan
tiga pesawat pelatihan tipe Auster Aiglet (buatan Inggris). Pelatihan ini akan berlangsung 2,5 hingga 3 tahun.
De nieuwsgier, 03-03-1953 |
Pada saat pembukaan sekolah penerbangan Indonesia
ini, sebanyak 25 pilot sedang mengikuti pelatihan lisensi pilot komersil dengan
biaya pemerintah di Inggris. Para calon pilot ini sebelum ke Inggris sudah
memiliki pelatihan pendahuluan di AURI.
Sementara
itu sebanyak 100 siswa saat ini sedang dilatih untuk menguasai bandara,
operator menara, operator telegraf radio, mekanik dan insinyur radio. Sejauh
ini disebutkan sudah ada tiga orang yang pelatihan dari Schiphol dan dua dari
Australia yang sudah kembali. Mereka telah mengikuti pelatihan Airtraffic
Controller selama enam bulan. Pada bulan April, seorang insinyur penerbangan
akan berangkat ke Australia, seorang pejabat ekonomi untuk Kanada, seorang
perwira teknis radio untuk Amerika, dan seorang wakil ketua bandara untuk
Inggris. Mereka akan mengikuti kursus enam hingga dua belas bulan di sana (lihat
De nieuwsgier, 03-03-1953).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Terima kasih banyak info sejarah di atas Bpk. Saya skrg bekerja di sekolah tersebut. Akan senang sekali apbl dapat berkesempatan diskusi lanjut dgn Bpk
BalasHapus