Laman

Jumat, 24 Januari 2020

Sejarah Kota Sibolga (7): Sejarah Sekolah dan Pendidikan; Europeesche Lagere School (ELS) Sibolga dan Lahirnya Tokoh Terkenal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) belumlah lama di Sibolga. Ada dua jenis sekolah yang didirikan pemerintah di Sibolga. Yang pertama adalah sekolah dasar untuk pribumi (Inlandsche School) dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda tahun 1878 mendirikan sekolah dasar untuk orang Eropa (Europeesche Lagere School/ELS). Namun sekolah ELS ini dipndahkan ke Padang Sidempoean pada tahun 1882 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-01-1882).

Sekolah Matauli, Pandan, Tapanuli Tengah
Pada tahun 1905 Europeesche Lagere School di Padang Sidempoean kembali dipindahkan ke Sibolga. Pemindahan ini sehubungan dengan semakin banyaknya orang Eropa di Sibolga. Satu siswa yang juga turut pindah ke Sibolga adalah Todoeng Harahap. Setelah menyelesaikan sekolah ELS di Sibolga, Todoeng Harahap pada tahun 1912 berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi. Todoeng Harahap berhasil menyelesaikan pendidikan guru di Belanda pada tahun 1919. Sepulang dari Belanda, Todoeng Harahap diangkat sebagai kepala sekolah HIS di Kotanopan. Kelak, pada tahun 1945, Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua menggantikan Ki Hadjar Dewantara.

Sejarah pendidikan di Sibolga sejauh ini belum pernah ditulis. Namun upaya untuk mendokumentasi sejarah pendidikan dan sekolah di Sibolga tetaplah penting. Hal ini mengingat sekolah ELS di Sibolga tempo doeloe telah mengantarkan sejumlah siswa menjadi orang terkenal. Untuk memperkaya pengetahuan kita mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sekolah Pemerintah di Sibolga: Sekolah Dasar Pribumi

Pada tahun 1908, ketika Europeesche Lagere School/ELS dipindahkan dari Padang Sidempoean ke Sibolga, di seluruh wilayah Residentie Tapanoeli, terdapat sebanyak 19 sekolah dasar untuk pribumi (Inlandsche School) yang telah dibangun oleh pemerintah. Sebanyak satu buah berada di kota Sibolga dan tiga buah di (pulau) Nias. Sementara 15 buah lainnya berada di Padang Sidempoean, Simapilapil, Batu Na Doea, Pargaroetan, Sipirok (dua buah), Panjaboengan, Tanobato, Muarasoma, Gunung Baringin, Kotanopan, Hoeta Godang, Manambin, Batang Toroe dan Siboehoean. Jumlah keseluruhan murid di 19 sekolah tersebut berjumlah sebanyak 2.400 siswa.

Jumlah ini telah bertambah sebanyak 13 buah jika dibandingkan keadaan pada tahun 1862. Menurut van Hoeven (1864), saat Willem Iskander mulai membangun sekolah guru (Kweekschool) di Tanobato, Mandailing (Residentie Tapanoeli) jumlah sekolah pemerintah baru sebanyak enam buah. Pada tahun 1864 jumlah sekolah negeri yang sudah ada sebanyak 10 buah, dua diantaranya di Afdeeling Sibolga dan di Afdeeling Natal. Pada tahun 1870 jumlah sekolah pemeritah di Residentie Tapanoeli menjadi 12 buah, dimana 10 buah bnerada di Afdeeling Mandailing en Angkola dan dua buah di Afdeeling Sibolga dan Afdeeling Natal.

Sulit menemukan keterangan berapa jumlah sekolah non pemerintah. Sekolah non pemerintah selain didirkan oleh zending, juga ada yang didirikan oleh swadaya masyarakat. Guru-guru sekolah swadaya masyarakat diajar oleh guru-guru alumnui sekolah guru (kweekschool) di Tanobato (1862-1874Y) dan di Padang Sidempoean (1879-1892). Guru-guru di sekolah pemerintah juga berasal dari dua sekolah guru ini.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sekolah Dasar Eropa di Sibolga

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar