*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Paledang (Bogor) sangat terkenal sepanjang masa. Pada era kolonial Belanda hanya tiga desa yang menjadi bagian dari kota (gemeente) Buitenzorg, yakni desa Pasar, desa Bondongan dan desa Paledang. Awalnya Paledang adalah lingkungan (wjik) Eropa/Belanda, Pasar adalah wijk orang-orang Tionghoa (Pecinan) dan Bondongan adalah lingkungan pribumi. Asisten Residen berkantor di Paledang (depan Istana) dan Bupati berkantor di Empang (Bondongan).
Paledang (Bogor) sangat terkenal sepanjang masa. Pada era kolonial Belanda hanya tiga desa yang menjadi bagian dari kota (gemeente) Buitenzorg, yakni desa Pasar, desa Bondongan dan desa Paledang. Awalnya Paledang adalah lingkungan (wjik) Eropa/Belanda, Pasar adalah wijk orang-orang Tionghoa (Pecinan) dan Bondongan adalah lingkungan pribumi. Asisten Residen berkantor di Paledang (depan Istana) dan Bupati berkantor di Empang (Bondongan).
Wijk Paledang, Buitenzorg (Peta 1900) |
Satu hal yang lain
yang lebih penting adalah bagaimana sesungguhnya Sejarah Paledang? Nah, itu dia. Mengapa belum ada yang menulis. Artikel
ini tidak berbicara tentang cerita horor, tetapi narasi sejarah, narasi fakta
dan data. Mudah-midahan, narasi sejarah Paledang ini dapat mengurangi rasa
horor Anda, Untuk menambah pengetahuan, untuk mengurangi ketidaktahuan, serata
untuk meningkatkan wawasan berpikir nasional, mari kota telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Kelurahan Paledang, Kota Bogor (Now) |
Nama Kampong Paledang (Pledang)
Paledang dalam bahasa Sunda artinya ‘toekang tambaga’
(koperslager) (lihat Practische cursus voor zelfonderricht in het
spreek-Maleisch en het Soendaneesch, 1914l Twaalf Voorlezingen over West-Java, 1879).
Lalu apakah nama tempat Paledang adalah tempat para tukang tembaga? Atau
sebalik nama suatu tempat yang disebut Paledang (kebetulan) ditemukan banyak
tukang tembaga? Pertanyaannya? Apakah ‘paledang’ terjemahannya ‘tukang tembaga’.
Atau tempat para tukang tembaga kemudian disebut kampong Paledang dan kemudian
paledang dalam bahasa Soenda menjadi tukang tembaga?
Alphabetisch register van de administratieve, 1931 |
Kembali ke pertanyaan utama. Tukang tembaga dalam bahasa
Soenda adalah paledang satu hal dan hal lainnya bagaimana asal-usul tempat
disebut (kampong) Paledang. Sejak kapan adanya kampong Paledang? Sebab
secara historis hanya satu nama tempat di wilayah Soenda yang disebut (kampong)
Paledang.
Berdasarkan nama desa di seluruh Jawa (termasuk West
Java) hanya satu nama tempat yang diidentifikasi sebagai nama Paledang. Nama desa
yang berada di Buitenzorg (lihat Alphabetisch register
van de administratieve (bestuurs-) en adatrechtelijke indeeling van
Nederlandsch-Indie, DEEL I, 1931). Bahwa pada masa iin ada nama tempat Paledang
di Bandoeng, itu adalah nama tempat yang muncul belakangan ini. Boleh jadi
orang-orang Paledang di Buitenzorg yang mendiami suatu area di Bandoeng yang
kemudian disebut kampong Paledang. Dalam hal ini, nama Paledang adalah nama
unik (tidak umum) dan boleh jadi awalnya hanya satu-satunya di Buitenzorg.
Boleh jadi nama kampong Paledang yang memang area tempat orang membuat
kerajinan temba kemudian dikoding oleh penduduk kata paledang menjadi tukang
tembaga (yang kemudian menjadi bahasa Soenda), bukan sebaliknya (?).
Menurut peta-peta awal,
area diantara titik singgung terdekat sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane
tidak dihuni (setelah hancurnya Kerajaan Pakwan Padjadjaran). Situs yang
pertama dibangun di area ini adalah benteng Fort Padjadjaran (setelah tahun
1687). Pada tahun 1745 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff
membangun villa di area ini (yang kini menjadi area Istana Bogor). Sejak adanya
villa, area ini berkembang dan mulai dihuni oleh penduduk (munculnya
perkampongan).
Twaalf Voorlezingen over West-Java, 1879 |
Di area yang
diduga kosong, tempat dimana villa dibangun lambat laun bermunculan nama-nama
kampong. Tentu saja di area tersebut nama-nama geografis (alam) sudah ada
seperti nama bukit, nama nama gunung, nama sungai kecil atau lainnya. Nama-nama
geografis alam ini boleh jadi sudah ada sejak era Pakwan-Padjadjaran. Sementara
nama-nama kampong (yang mungkin eksis)
dua abad lampau sudah hilang dari memori kolektif penduduk di sekitar.
Sebab nama kerajaan sendiri masih kerap diperdebatkan apakah Pakwan atau
Padjadjaran (dalam hal ini digunakan Pakwan atau Pakoean sebagai wilayah
kerajaan dan Padajdajaran sebagai nama ibu kota).
Pada era VOC dan era Pemerintah Hindia
Belanda nama-nama tempat di area ini tercampur antara nama asli dengan nama
baru. Nama asli dihubungkan dengan (bahasa) Soenda seperti penamaan sungai atau
penamaan suatu tempat (seperti penggunaan tji, kedong, bantar, parung, babakan
dan sebagainya) antara lain Bantarkemang, Bantardjati, Tjikema, Boeboelak,
Tjiomas, Kedokbadak, Tjiwaringin, Kedongwaringan dan sebagainya. Nama-nama baru
(yang cenderung berasal dari bahasa Melayu atau Jawa) ada yang tetap eksis dan
juga ada yang telah bergeser (bertransformasi) seperti Pledang (Paledang),
Pabaton, Pasar, Goedang (Gudang), Bondongan (Bendungan), Batoe Toelis, Moeara,
Empang, Goenoeng Batoe, Tanah Sereal, Tanah Baroe, Kali Bata, Sawah. Pantjasan,
Pinang Gading dan lainnya. Tentu saja ada nama tempat yang merupakan kombinasi
keduanya seperti Lebak Kantin, Pondok Sempoer, Sidangbarang Oedik,
Sindangbarang Hilir. Pasir Koeda, Soekasari Hilir dan Soekasari Oedik, Baranang [Beurang?] Siang dan sebagainya.
Munculnya
nama-nama baru (termasuk nama-nama yang dikaitkan dengan bahasa Melayu dan
Jawa) seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan area di area dimana orang
Belanda membuka benteng, villa dan situs-situs lainnya. Lantas apakah nama
Pabaton bermula dari tempat dimana para tukang batu bermukim dan Pledang dimana
para tukang besi bermukim dan Pasar tempat dimana penduduk melakukan transaksi
dagang serta Goedang tempat dimana para pedagang VOC membangun gudang besar
(loji, logement). Lalu wilayah dimana sungai dibendung (Bondongan) atau
dihalang (Empang).
Kanal dan Rel Kereta Api
Tunggu deskripsi lengkapnya
Penjara dan Hotel di Paledang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar