*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
Ada nama pulau Maratua di pantai timur Kalimantan. Nama yang mirip dengan nama teman saya, teman yang suka menulis sejarah, termasuk pernah menulis kepulauan Balabalagan di selatan pulau Maratua. Okelah, itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah apakah ada sejarah pulau Maratua.
Lantas apa pentingnya pulau Maratua?Tentu saja bukan karena mirip nama saya. Akan tetapi pulau Maratua termasuk salah satu pulau terdepan Indonesia (berbatasan Malaysia). Tidak itu saja, di pulau Maratua juga ditemukan Orang Bajau, penduduk asli Indonesia yang sejak masa lampau sangat handal di lautan. Lalu bagaimana sejarah pulau Maratua dan Orang Bajau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Pulau Maratua dan Orang Bajau
Orang-orang Bajau bukan target para bajak laut. Namun orang-orang Bajau atau Orang Laut keap diminta oleh kapal-kapal perang Pemerintah Hindia Belanda untuk pemandu dalam menelusuri sarang para bajak laut, terutama di wilayah sempit seperti sekitar muara-muara sungai dan gugus pulau-pulau yang rapat dan berkarang atau berawa. Tampaknya pelaut-pelaut Pemerintah Hindia Belanda dengan kapal-kapal canggih memanfaatkan kearifan lokal Orang Bajau. Siapa sebenarnya Orang Bajau?
Seorang pejabat Pemerintah Hindia Belanda yang cukup lama di teluk Kendari menuliskan penggabarannya tentang Orang Bajau (lihat Makassaarsch handels-blad, 17-10-1879). Disebutkannya bahwa Orang Bajau adalah Islam tetapi praktek pagan belum sepenuhnya dihilangkan. Pelayanan agama Islam diantara Orang Bajau ketika para pedagang melakukan transasksi dagang dengan Orang Bajau atau dengan sengaja untuk mengundang para imam jika ada yang meninggal…Mengenai asal-usul masyarakat nelayan ini sulit diketahui kecuali kita menerima begitu saja. Sudah banyak saya lakukan penyelidikan, saya tidak pernah dapat menyimpulkan secara cukup dengan kepastian yang memadai hingga saat itu. Kondisi fisik dan raut wajah mereka termasuk dalam ras Melayu. Perbandingan berbagai bahasa mereka, khususnya, dapat memberikan banyak penjelasan dalam hal ini. Akan tetapi, ada kemungkinan besar bahwa mereka yang dianggap termasuk dalam stam Orang Badjo pasti pernah tinggal di Makassar. Berkenaan dengan dugaan ini, cukup beralasan ditemukan nama tempat yang terletak di dekat Gowa yang disebut negeri Tidung, namun tidak ada lagi jejak yang dapat ditemukan bahwa tempat ini pernah menjadi tempat tinggal mereka. Orang Bajau yang saya amati ini hanya menurut tradisi mereka sendiri mengaku pernah berada disana, oleh karena itu mereka menyebut diri mereka Orang Badjo vau Tidung. Bahasa mereka yang mereka akui sendiri, menurut pengetahuan mereka tidak diucapkan di darat, dan bahkan tidak ditemukan jejak bahwa bahasa itu pernah digunakan di sana-sini, meskipun itu membawa bukti-bukti, kepada yang pertama. telah ada disini, mungkin telah tersebar di seluruh nusantara ini, yang disebut Polyneesche yang sekarang hilang, seharusnya menjadi miliknya. Tampaknya masuk akal bagi saya bahwa banyak dari mereka akan tinggal lama di Tidung atau di sekitarnya, tempat yang nyaman bagi mereka karena kedekatannya dengan pedagang Makassar kepada siapa mereka menjual produk mereka dan melalui mereka ke kepulauan barat diangkut. Jatuhnya kekaisaran [Gowa] yang dulunya perkasa ini dan pengaruhnya terhadap perdagangan mereka. pasti akan bekerja paling tidak menyenangkan pada Orang Badjo dalam konsekuensinya, dan kemungkinan besar berkontribusi banyak pada penyebarannya; sementara Boni, kekuatannya meningkat seiring melemahnya Makassar dan didorong oleh keuntungan bahwa ada terikat bersama untuk memanfaatkan orang-orang itu, yang mengumpulkan mereka sebagian melalui pengaruhnya, dan menawari mereka tempat tinggal di hati seseorang; dan dari sini, kota ngeri Batljoa (nama diambil dari orang yang mendirikannya) dekat dengan pantai, tidak jauh dari kota utama, sejak itu menjadi tempat perdagangan utama orang-orang Boni.
Orang Bajau pernah bermukim di dekat Gowa yang disebut negeri Tidoeng. Mereka di Gowa di era kerajaan-kesultanan Gowa (hancur dalam perang Gowa melawan VOC yang dipimpin Admiral Spelman 1669. Jatuhnya kerajaan Gowa, orang-orang Bajau meninggalkan Gowa. Orang Bajau juga adakalanya disebut Orang Toeridjénes atau Orang Kambang. Mereka biasa ditemukan di teluk Tolo, bahkan sampai di Tobungkoe paling utara (lihat De locomotief, 18-03-1907). Lantas bagaimana Orang Bajau bermukim di pulau Maratoea.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
makasih Pak udah ngasih gambaran Maratua
BalasHapus, mampir ke sini karna pengin penelitian di Maratua.
Keluarga ana masih ada di pulau maratua..
BalasHapus