*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Sejarah peradaban baru (Hindoe, Islam, Eropa) di wilayah Indonesia yang sekarang berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lain. Oleh karenanya berbagai kemajuan yang ada (eksis) ditanggapi oleh orang-orang Eropa secara berbeda, sejak era Portugis-Spanyol. Kontak pertama orang Eropa dengan berbagai ragam penduduk di Hindia Timur juga terjadi dalam waktu yang berbeda dengan skala prioritas yang berbeda (yang dimulai di Malaka). Tujuan orang Eropa hanyalah semata-mata untuk berdagang, lalu dengan terbentuknya koloni Eropa dimungkinkan para misionaris (zending) Kristen mengambil peran.
Lantas bagaimana sejarah awal penyebaran Kristen di wilayah Papua? Seperti disebut di atas, sebelum munculnya para misionaris, agama Islam sudah sejak lama tersebar di wilayah Papua melalui orang-orang Ternate dan Tidore (pada era Portgis) dan lebih masif pada era VOC (Belanda). Jejak Hindoe di wilayah Papoea terbilang sangat minim. Penyebaran Kristen di wilayah Papua baru muncul pada era Pemerintah Hindia Belanda (sebagaimana di Tanah Batak dan wilayah lainnya). Lalu mengapa ajaran Injil baru belakangan memasuki wilayah Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Katolik (Portugis) di Maluku dan Protestan (Belanda) di Papua
Adanya misionaris di wilayah Papoea, mulai mencuat sejak Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan dengan ibu kota di Manokwari (afdeeling Noord Nieuw Guinea) dan di Fakfak (afdeeling Zuid West Nieuw Guinea) pada tahun 1898. Para misionaris sudah beberapa waktu bekerja di sekitar teluk Geelvink (misionaris Bink). Ini dapat dibaca surat pembaca yang dimuat pada surat kabar yang terbit di Semarang.
De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-07-1899: ‘Di teluk Dorei, Residen (Ternate) menerima kabar bahwa teman lamanya, misionaris Bink, telah meninggal dunia di Roon pada tanggal 3 Mei. ZHEG secara pribadi telah menyusun surat wasiat untuk Bink pada tahun 1895, ia menganggap dirinya berkewajiban untuk mewakili kepentingan ahli waris, menjadi janda yang tinggal di Belanda, dan akibatnya hampir seluruh sisa hidupnya dipindahkan ke Ternate, untuk dikerjakan oleh agen zending. Bink bekerja selama sekitar 30 tahun di Geelvinkbaai untuk kepentingan misi. Awalnya seorang tukang kayu dan pekerja yang teliti, dia membangun kehidupan misionaris dan gereja yang rapi di Roon. Ia langsung menarik perhatian saat tiba di jalan dan membuat kesan yang menyenangkan. Pekerjaan terakhirnya, sesaat sebelum kematiannya adalah pembangunan gereja di Mansinam. sebuah bangunan kokoh yang belum selesai seluruhnya. Kebetulan, Bink bukanlah orang yang optimis tentang misi di Nieuw Guinea dan telah kehilangan semua ilusinya dalam hal ini. Dia dimakamkan di samping gereja dan mungkin disana dia menemukan istirahat yang layak setelah kehidupan yang sulit. Nemo. Ternate, I8 Juni 1899’,
Dari surat pembaca itu (yang ditulis oleh Nemo) pada bulan Juni 1899 disebutkan misionaris Bink di teluk Geelvink sekitar 30 tahun itu berarti dimulai sekitar tahun 1869.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Hindia Belanda: Pemerintah Memandang Islam, Kristen dan Pagan Sama Pentingnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar