*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Sejarah
tokoh militer asal Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan) terbilang baru. Pada era
Pemerintah Hindia Belanda tidak ada yang dilibatkan dalam satu militer, kecuali
hanya satu orang, itu pun pada akhir era kolonial yakni Sersan Abdul Haris Nasution.
Orang-orang Belanda, kerap menyatakan, entah berkelakar atau serius, ‘jangan
sertakan orang Batak menjadi militer’. Tidak disebutkan alasannya. Diterimanya
Abdul Haris Nasution sebagai kadet pada akademi militer di Bandoeng, boleh jadi
kekeliruan (tidak lazim). Selain Abdul Haris Nasution, satu lagi pemuda
Tapanuli yang diterimana adalah TB Simatupang.
Pada awal persiapan pembentukan cabang
Pemerintah Hindia Belanda di Afdeeling Mandailing en Angkola (kini Tapanuli
Selatan) yang digagas pada tahun 1838 (pasca perang) pemerintah pusat
menjanjikan pengangkatan seorang bupati (regent) di Afdeeeling Mandailing en
Angkola. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 1840 Gubernur Jenderal
merekrut Jung Huhn untuk melakukan ekspedisi penelitian botani dan geologi di
Afdeeling Mandailing en Angkola dan di Afdeeling Padang Lawas. Namun tidak lama
sepulang Jung Huhn dari wilayah itu, pemerintah pusat membatalkan jabatan
regent (bupati) untuk pemimpin lokal. Ini tidak lazim karena di seluruh Hindia
Belanda diangkat pemimpin lokal dengan jabatan bupati. Sejak janji itu
seumur-umur (hingga berakhirnya era kolonial) tidak pernah jabatan bupati
diberikan kepada para pemimpin lokal di Residentie Tapanoeli. Yang memimpin
langsung adalah pejabat Eropa-Belanda. Apa sebabnya tidak pernah diketahui,
hingga muncul kelakar atau serius di surat kabar ‘jangan libatkan orang Batak
menjadi militer’. Meski tidak diketahui alasan ‘tutup pintu’ untuk pemimpin
lokal dan kadet militer bagi orang Batak (KNIL) tetapi dapat diduga karena
orang Belanda beranggapan musuh Belanda yang sebenarnya adalah orang Batak.
Lantas
bagaimana sejarah tokoh militer asal Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan)? Seperti disebut di atas, sejarah militer bagi orang
Tapnuli Selatan adalah baru, pertama dan satu-satunya pada era kolonial
hanyalah Abdul Haris Nasution. Lalu bagaimana sesuah proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Situasi dan kondisinya berbeda. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.