*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Nama kota Borneh tidak ada dalam peta Lampung
masa kini. Nama Borne adalah kota masa lampau pada era VOC/Belanda. Hal itulah
mengapa nama tempat Borneh pada masa ini kurang dikenal di Lampung. Nama ini
sudah lama hilang. Kelak nama yang muncul di kota Borneh ini adalah nama
kampong (Pasar) Tanjungan. Nama Tanjungan sebelumnya disebut kampong Semangka
yang sebelumnya bernama Borneh atau Borne.
Nama Kabupaten Tanggamus diambil dari nama Gunung Tanggamus yang berdiri tegak tepat di jantung Kabupaten Tanggamus. Sejarah perkembangan wilayah Tanggamus, menurut catatan yang ada pada tahun 1889 pada saat Belanda mulai masuk di Wilayah Kota Agung, yang ada pada saat itu pemerintahannya dipimpin oleh seorang Kontroller yang memerintah di Kota Agung. Pada waktu itu pemerintahan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Adat yang terdiri dari 5 (lima) Marga yaitu: Marga Gunung Alip (Talang Padang), Marga Benawang; Marga Belunguh; Marga Pematang Sawa; Marga Ngarip. Masing-masing marga tersebut dipimpin oleh seorang Pasirah yang membawahi beberapa Kampung. Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat adat di Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 12 januari 2004 Kepala Adat Saibatin Marga Benawang merestui tegak berdirinya Marga Negara Batin, yang sebelumnya merupakan satu kesatuan adat dengan Marga Benawang. Pada tanggal 10 Maret 2004 di Pekon Negara Batin dinobatkan kepala adat Marga Negara Batin dengan gelar Suntan Batin Kamarullah Pemuka Raja Semaka V. Dengan berdirinya Marga Negara Batin tersebut, masyarakat adat pada tahun 1889 terdiri dari 5 marga, saat ini menjadi 6 marga, yaitu: Marga Gunung Alip (Talang Padang), Marga Benawang, Marga Belunguh, Marga Pematang Sawa, Marga Ngarip, Marga Negara Batin. Suku Lampung adalah suku mayoritas di kabupaten Tanggamus yang juga merupakan suku asli di provinsi Lampung, disusul oleh suku pendatang seperti Suku Jawa, Suku Bali, Suku Sunda, dan Minangkabau (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Borne, nama kota yang hilang di selat Semangka? Seperti disebut di atas, satu tempat terpenting di masa lalu di selat Semangka adalah kota/kampong Borneh. Tentu saja saat itu belum ada Kota Agung. Sebab yang ada adalah benteng Semangka, benteng VOC. Benteng VOC inilah yang menjadi cikal bakal Kota Agung. Kota/kampong berubah nama menjadi Pasar Tanjungan. Lalu bagaimana sejarah Borne, nama kota yang hilang di selat Semangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Borne, Nama Kota yang Hilang di Selat Semangka; Benteng Semangka Benteng VOC, Cikal Bakal Kota Agung
Ada beberapa nama tempat yang hilang di Lampung, nama-nama kampong/kota kuno di Lampung. Lampung sendiri diduga kuat nama tempat di zaman kuno (tetapi kemudian menjadi nama wilayah). Demikian juga dengan nama Kota Agung. Sebelum nama Kota Agung muncul di Teluk Semangka, nama yang lama yang sudah dikenal adalah nama kampong/kota Borneh. Nama kota/kampong ini kemudian disebut Semangka dan kemudian menjadi (pasar) Tanjungan. Nama kampong/kota Semangka inilah yang kemudian menjadi nama Teluk Semangka. Idem dito dengan nama Teluk Lampung.
Demikian juga nama Tulang Bawang telah hilang sebagai nama tempat zaman
kuno (tetapi kemudian menjadi nama sungai dan nama wilayah). Nama Dampin juga
nama lama tetapi dimana posisi GPS kampong/kota Dampin di Teluk Lampung tidak
diketahui lagi. Nama kampong/kota Teluk Betung sendiri adalah nama baru.
Kasus-kasus serupa juga ditemukan di wilayah lain. Nama Ciliwung di Jakarta
pada masa ini adalah nama kuno tidak diketahui dimana posisi GPS tetapi nama
itu lestari sebagai nama sungai. Sedangkan nama selat Sunda mengambil nama
pulau Zunda, pulau yang kini lebih dikenal sebagai pulau Sangiang.
Nama kota/kampong Borneh teridentifikasi pada era VOC/Belanda. Diantara nama-nama kampong di Teluk Semangka, kampong/kota Borne yang terbesar. Posisi kota Borne terletak di pantai. Nama Borne, bukan mirip nama Broenai, tetapi tampaknya lebih mirip nama Bone (di pantai timur Sulawesi Selatan). Pada Peta 1690-1700, kota/kampong terbesar kedua di Teluk Semangka adalah kota Negeri Toewang. Nama Toewang tampaknya lebih mirip dengan nama Toelang (Bawang). Di hilir sungai dari kampong Toewang inilah kemudian pedagang VOC/Belanda membangun benteng dengan nama Pagger Semangka (lihat Peta 1690-1700).
Dalam sejarahnya, pelaut-pelaut Portugis yang menemukan sela tantara Sumatra
dan Jawa yang mereka identifikasi sebagai selat Zunda (berdasarkan nama pulau
Zunda di tengah selat yang kini dengan nama pulau Sangiang). Pelaut-pelaut Belanda yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman (1596) mengunjungi kampong Dampin saat melewati selat untuk
menuju pelabuhan Banten. Di kampong Dampin ini Cornelis de Houtman dan
pelautnya bertemu dengan pemimpin Dampin. Pada tahun 1624 Inggris membangun
benteng sebagai pos perdagangan di pulau Goendi (kini pulau Lagundi).
Disebutkan pulau Goendi ini 0,5 mil dari tanah Dampin. Dimana posisi kampong
Dampin ini tidak diketahui secara pasti. Bagaiman situasi dan kondisi terawal
di Teluk Semangka tidak terinformasikan hingga muncul Peta 1690-1700. Dalam
catatan Kasteel Batavia (Daghregister) pelaut/pedagang VOC/Belanda kerap ke
Damping atau Lampong, yang dimaksud dalam hal ini diduga kuat hanya Teluk
Lampung.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Benteng Semangka Benteng VOC, Cikal Bakal Kota Agung: Mengapa Nama Kota Borneh Menghilang?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar