*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini
Banyak
dokter asal Angkola Mandailing lulusan Docter Djawa School/STOVIA, tetapi hanya
sedikit yang melanjutkan studi ke Belanda. Diantara yang yang sedikit, tiga diantaranya
meraih gelar doctor dalam bidang kedokteran. Ida Loemongga meraih gelar doctor di
Amsterdan tahun 1930, Juga Sjoeib Prohoeman pada tahun 1931 dan Aminoedin Pohan
pada tahun 1932. Ida Loemongga adalah perempuan pertama orang Indonesia meraih
gelar doctor.
Dr. Sjoeib Proehoeman lahir di Paijakoemboeh. Dr. Sjoeib Proehoeman meraih gelar doktor (PhD) di bidang kedokteran di Universiteit Amsterdam tahun 1930 dengan judul desertasi: ‘Studies over de epidemiologie van de ziekte van Weil, over haren verwekker en de daaraan verwante organismen’. Dr. Sjoeib Proehoeman sangat menguasai tiga penyakit epidemik yang paling menakutkan: malaria, TBC dan lepra. Pada saat Sjoeib Proehoeman sudah mendapat gelar dokter, sang ayah, Si Badorang gelar Radja Proehoeman masih aktif sebagai pejabat bidang perternakan di kantor Residen Tapanoeli di Sibolga. Radja Proehoeman sendiri kelairan Pakantan, setelah lulus Veeartsen School di Buitenzorg ditempatkan di Kinari (Afdeeling XIII en IX Kota) pada tahun 1884. Pada tahun 1900 mengajukan permintaan untuk dipindahkan dari layanan di Pajakoemboeh. Radja Proehoeman dipindahkan ke Padang Sidempoean tahun 1906. Si Badorang gelar Radja Proehoeman dipindahkan dari Padang Sidempoean ke Sibolga yang juga merangkap sebagai dokter hewan pemerintah di Padang Sidempoean (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-03-1907).
Lantas bagaimana sejarah Dr Sjoeib Proehoeman dan Dr Aminoedin Pohan? Seperti disebut di atas, keduanya melanjutkan studi kedokteran ke Belanda dan meraih gelar doctor dalam bidang kedokteran, Mereka adalah generasi lebih lanjut dokter-dokter asal Padang Sidempoean (Angkola Mandailing). Lalu bagaimana sejarah Dr Sjoeib Proehoeman dan Dr Aminoedin Pohan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Dr Sjoeib Proehoeman dan Dr Aminoedin Pohan; Dokter-Dokter Asal Padang Sidempoean (Angkola Mandailing)
Aminoedin Pohan, setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda (HIS) di Buitenzorg, langsung mendaftar dan diterima di sekolah Koningin Wilhelmina School di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-05-1916). Ini mengindikasikan Aminoedin Pohanterbilang pintar. Namun itu tidak menjadi pilihan akhirya, tetapi lebih memilih ketika diterima di sekolah kedokteran STOVIA di Batavia.
Pada tahun 1918 Aminoedin Pohan lulus ujian transisi naik dari kelas 2 ke
kelas tiga tingkat persiapan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 03-06-1918).
Satu kelas yang naik adalah Abdoel Moerad, Achmadalah, Aminoedin Pohan. Atwan,
L. Dirksen. Gilbert, Hanaflah, Ito. Moerad Loebis, Mob. Hoesein, Oosman,
Roemawi, Rooskandar, Sartono, Stamet, Soekadis, Soeparto, Zainal Bakri. Di
bawah mereka satu tahun antara lain Abdoel Moenir, Pinontoan dan Diapari Siregar.
Di atas mereka satu tahun antara lain Mohamad Arif, Djabangoen Harahap dan SL
Tobing.
Aminoedn Pohan tampaknya lancar studi. Pada tahun 1919 lulus ujian transisi naik dari kelas tiga tingkat persiapan ke kelas tingkat medik (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-05-1919). Dalam daftar kelulusan, rekannya ada yang bertambah dan ada yang berkurang. Yang bertambah adalah Bahder Djohan, De Jager, Mohamad Arif, Wasir dan Huisman. Yang berkurang adalah Achmadalah, L. Dirksen. Gilbert, Roemawi, Soekadis dan Soeparto. Bertambah atau berkurang, ketinggalan kelas.
Pada tahun 1922 yang lulus ujian kelas tiga naik ke kelas empat adalah Tobing, Hanafiah, Ito, Aminoedin Pohan, Soekadis, Rooskandar, Arif, Bahder Djohan, Slot dan Roestamadji. Yang masih tetap bertahan dari awal Aminoedin Pohan. Hanafiah, Ito. Moerad, Rooskandar dan Soekadisi. Pada tahun 1923 yang masih lancar studi Aminoedin Pohan. Hanafiah, Abdoel Moerad, Rooskandar dan Soekadis (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1923).
Di STOVIA dapat dikatakan belajar cukup ketat. Pada tahun 1925 yang naik ke kelas medik tertinggi (naik ke kelas 7) adalah Soediran, 'F Vitalis, Tiong Boen Kie, Soerono, Mardjanadi, Poedjosoewarno, Goenadi, Djabangoen Harahap, Mohamad Ali Hanafïah, Aminoeddin Pohan, Mohamad Arif, Bahder Djohan dan GA Slot (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-05-1925). Dalam hal ini hanya Mohamad Ali Hanafïah dan Aminoeddin Pohan yang lancar studi.
Aminoedin Pohan adalah pemain catur yang tergabung dalam klub catur STOVIA. Klub STOVIA termasuk klub kuat di Batavia. Pada bulan September 1924 klub STOVIA mengalahkan klub Kramat dengan skor 12-8 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-09-1924), Klub Kramat hampir semua pemainnya orang Belanda kecuali Kansil, Saleh dan Sarean. Alomoedin Pohan mengalahkan Ruiter di meja-8. Dalam tim klub STOVIA ini juga terdapat nama Mohamad A Hanafiah yang mengalahkan Liethoff. Klub STOVIA kembali bertanding dengan klub kuat di Batavia, Schaakmat (klub orang Belanda). Klub STOVIA kembali membukukan kemenangan dengan sekolah 12 ½ versus 4 ½. Aminoedin Pohan mengalahkan Nuninkhoven. Mohamad Hanafiah mengalahkan Popkensbrouwer. Beberapa tahun lalu di klub STOVIA juga ada nama Sardjito, tetapi kini tengah studi kedokteran di Belanda. Di Belanda sebelumnya ada mahasiswa yang aktif main catur yakni Mohamad Iljas (kuliah teknik di Delft). Klub catur terkuat di Batavia adalah Satoer Batak. Salah satu pemainnya yang masih remaja FKN Harahap, kelahiran Depok kerap mengikuti kompetisi catur di Belanda (seperti halnya Mohamad Iljas). Seperti kita lihat nanti FKN setelah lulus HBS di Batavia melanjutkan studi ke Belanda. FKN pernah mengatakan: studi dan bermain catur tidak saling bertentangan.
Mereka yang di kelas tujuh tinggal dua langkah lagi dalam bentuk praktek. Pada bulan Agustus Aminodoen Pohan dan Mohamad Arif lulus ujian praktek pertama (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 17-08-1925). Apakah mereka berdua yang tercepat? Aminoedin Pohan lulus ujian akhir dengan mendapat gelar Indisch Arts (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 23-08-1926). Disebutkan di STOVIA lulus ujian mendapat gelar Indisch Arts, Aminoedin Pohan lahit di Zuid Tapanoeli (afdeeling Padang Sidempoean).
Mohamad Ali Hanafïah dan Aminoeddin Pohan di STOVIA tampaknya memiliki riwayat yang kurang lebih sama: sama-sama lancar studi dan ok dalam bermain catur. Setelah diangkat sebagai dokter pemerintah, Aminoedin Pohan ditempatkan di rumah sakit kota (CBZ) di Soerabaja sebagaimana diberitakan kemudian (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-09-1926). Disebutkan diangkat sebagai dokter pemerintah di CBZ di Soerabaja dokter Ind. Arts Aminoedien Pohan dan Mohamad Ali Hanafïah. Di Batavia sendiri, diantara klub-klub catur yang ada, hanya ada dua klub catur yang keanggotaannya orang pribumi, yakni selain sekolah kedokteran STOVIA adalah Jong Batak (organisasi pemuda asal Tapanoeli yang didirikan tahun 1925). Pertandingan pertama melawan klub kuat di Batavia Schaakmaat berakhir imbang 7 ½ vs 7 ½ (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 21-08-1926).
Sekalipun sudah menjadi dokter dan bekerja di instansi pemerintah (CBZ dan sekolah NIAS di Soerabaja), tetapi Dr Aminoedin Pohan tetap bermain catur. Aminoedin Pohan di Soerabaja menjadi anggota klub catur sekolah kedokteran NIAS (Esculaap). Klub catur Esculaap tampaknya klub yang diperhitungkan di Soerabaja.
Dalam suatu pertandingan, klub Esculaap akan bertandingan melawan klub catur Soerabaiasch Schaakclub, Aminoedin Pohan dilarang pihak lawan untuk bermain (lihat De Indische courant, 22-09-1926). Mengapa dilarang bermain? Disebutkan pada Minggu malam, 19 September 2019, pertandingan balas dendam berlangsung di Aula gedung NIAS di Karang Mendjangan antara Soerabaiasche Schaakclub dan Niasschaakclub (Esculaap) Esculaap, terbilang tidak lengkap, karena tiga pemain andalannya yaitu Basah Karmawan, Dr. Pohan dan Sylvanus dicegah untuk mengikuti kontes, tidak diizinkan untuk menang kali ini. Di bawah ini kami sajikan hasil permainan yang dimainkan: SSC (Putih.) dan Esculaap (Hitam). Hasilnya Esculaap kalah. Mengapa dilarang? Apakah karena SSC tidak ingin kalah? Dari berita tersebut terkesan, sebelumnya klub SSC dikalahkan oleh Esculaap. Pertandingan ini menjadi ajang balas dendam bagi SSC. Namun mengapa tiga pemain Esculaap dilarang bermain?
Pada bulan November, Dr Aminoedin Pohan dari CBZ Soerabaja ditugaskan ke Poerwadadi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-11-1926). Dalam perkembangannya, Dr Aminoedin Pohan dari CBZ Soerabaja dipindahkan ke Soengai Penoeh (lihat Sumatra-bode, 22-02-1927). Pada tahun 1929 Dr Aminoedin Pohan dari Soengai Penoeh (afdeeling Kerinntji) dipindahkan ke Taloe (afdeeling Pasaman) (lihat Sumatra-bode, 17-06-1929).
Dipindahkannya ke Taloe, tentu saja Dr Aminoedin Pohan akan menjadi lebih
dekat ke kampong halamannya di afdeeling Padang Sidempoean. Setahun kemudian,
pada bulan Juli 1930 Dr Aminoedin Pohan berangkat studi ke Belanda. Dr Aminoedin Pohan berangkat tanggal 16 dar
Batavia (lihat De locomotief, 14-07-1930). Disebutkan kapal ss Patria berangkat
dari Batavia tanggal 16 dengan tujuan akhir Rotterdam yang mana di dalam
manifes kapal tercatat Aminoedin Pohan dan keluarga. Selain mereka, di dalam manifes
kapal juga ada nama lainnya non Eropa/Belanda, L Hoetabarat. PPA Nanlohy, A Noordzi,
JG Pelupessy dan keluarga. Dr Aminoedin Pohan diberikan cuti studi ke Belanda
terhitung tanggal 30 Juni (lihat De locomotief, 14-07-1930).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dokter-Dokter Asal Padang Sidempoean (Angkola Mandailing): Dari Dr Asta Nasoetion dan Dr Angan Harahap (1856) hingga Dr Ida Loemongga
Sebelum Dr Aminoedin Pohan berangkat studi ke Belanda pada bulan Juli 1930, di Belanda sudah ada sejumlah dokter berasal dari Padang Sidempoean, seperti Ida Loemongga Nasoetion dan Sjoeib Proehoeman Lubis. Sjoeib Proehoeman berangkat dengan kapal Tambora dari Batavia tanggal 23 Juni 1926 menuju Rotterdam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-06-1926). Sjoeib Proehoeman bersama istri dan satu anak. Tanggal 17 Juli tiba di Rotterdam (lihat Algemeen Handelsblad, 20-07-1926).
Para alumni STOVIA yang telah menyelesaikan program doktornya dalam bidang kedokteran yang sudah pulang ke tanah air antara lain Soewarno (lulus 1919), Sardjito
dan Mohamad Sjaaf (1923), JA Latumeten (1924); R Soesilo dan HJD Apituley
(1925). Sementara yang masih berada di Belanda antara lain adalah Achmad Mochtar, AB
Andoe, T. Mansoer, RM Saleh, MH Soelaiman, M. Antariksa dan Seno
Sastroamidjojo. Ida Loemongga Nasoetion sendiri bukan alumni STOVIA.
Ida Loemongga setelah menyelesaikan sekolah menengah HBS di PHS Batavia tahun
1922 langsung berangkat studi kedokteran ke Belanda. Pada tahun 1927 Ida
Loemongga lulus ujian di Utrecht mendapat gelar dokter dan langsung melanjutkan
studi ke program doktoral. Ida Loemongga Nasoetion adalah pribumi pertama kuliah
di Belanda. Sekolah PHS adalah salah satu sekolah elit di Belanda, sekolah
dimana juga Mohamad Hatta lulus tahun 1919 dan langsung melanjutkan studi ke
Belanda. Sejak 1926 ini Mohamad Hatta terpilih menjadi ketua Perhimpoenan
Indonesia di Belanda.
Pada tahun 1930 saat Aminoedin Pohan tengah beradaptasi dalam studinya di Amsterdam, Sjoeib Proehoeman berhasil menyelesaikan program doktoralnya dengan mendapat gelar doktor (PhD) dengan desertasi berjudul ‘Studies over de epidemiologie van de ziekte van Weil, over haren verwekker en de daaraan verwante organismen’ (lihat Nieuwsblad van het Noorden, 20-11-1930). Disebutkan bevorderd tot doctor.in de geneeskunde, de heer S. Proehoeman, geboren te Pajakoemboeh (Sumatra).
Sjoeib Proehoeman pulang kembali ke tanah air tanggal 3 Desember dari
Amstedam naar Batavia(lihat De
Telegraaf, 02-12-1930). Kapal yang membawa mereka akan tiba di Belawan tanggal
30 Desember 1930 (lihat De Sumatra post, 29-12-1930).
Dalam manifes kapal tercatat atas nama Sjoeib Proehoeman dan istri dengan dua
anak. Ini berbeda jumlah anggota keluarga Sjoeib Proehoeman ketika berangkat ke
Belanda pada tahun 1926. Dengan kata lain selama di Belanda telah lahir anak
kedua Sjoeib Proehoeman. Pada
tahun 1931, Ida Loemongga dipromosikan untuk doktor di
bidang kedokteran dengan promotor Dr. Lang sendiri (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931). Disebutkan Nona Mej. I.L. Haroen Al Rasjid
yang menandai dari sisi pribumi sebagai
perempuan pribumi pertama yang meraih doktor di bidang kedokteran. Di dalam berita ini
disebut Mej. Haroen adalah putri seorang dokter pribumi di Padang Sidempoean
(mungkin mengacu pada tempat lahir Dr. Haroen Al Rasjid Nasoetion).
Aminoedin Pohan tidak menemui kesulitan dalam studinya. Aminoedin Pohan lulus ujian bagian pertama (eesrte gedeelte) di Leiden (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 08-05-1931). Tidak lama kemudian Aminoedin Pohan lulus ujian akhir dan mendapat gelar dokter (bevorderd tot arts) (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 27-11-1931). Aminoedin Pohan belum puas, lalu melanjutkan studi ke tingkat doctoral.
Beberapa bulan kemudian Algemeen Handelsblad,
17-12-1931 memberitakan bahwa di Leiden, dipromosikan menjadi dokter
(spesialis), Diapari Siregar (lahir di Sipirok). Dr. Aminoedin Pohan dan Dr,
Diapari Siregar menyelesaikan tingkat sarjananya di STOVIA, Batavia.
Sebagaimana Aminoedin Pohan selama studu di STOVIA, lancar studi bagaikan roket, Aminoedin Pohan di Universiteit te Leiden berhasil dalam waktu singkat mendapat gelar doctor (bevorderd tot doctor) (lihat Haagsche courant, 15-06-1932). Disebutkan Aminoeddin Pohan, geboren te Sipirok, desertasi dengan judul: ‘Abortus, voorkomen en deproefshrift’ (Aborsi, pencegahan dan pengobatan’. Sebelumnya Ida Loemongga menyelesaikan program doktornya di Universiteit te Amsterdam. Tidak berlama-lama Dr Aminoedin Pohan dan keluarga langsung kembali ke tanah air pada tanggal 30 Juni (lihat De Amsterdammer, 04-07-1932).
Sebelumnya Ida Loemongga telah berhasil meraih gelar doctor di Amsterdam.
Bataviaasch nieuwsblad, 20-04-1932 melaporkan bahwa sebuah promosi pertama
doctor di bidang kedokteran seorang gadis pribumi yang melansir berita dari
kantor berita Aneta dari Amsterdam 22 September lalu dengan desertasi akademik
yang berjudul ‘Diagnose en prognose van aangeboren hartgebreken’ (Diagnosa dan
prognosis cacat jantung bawaan). Ms. Ida Loemongga Haroen lahir di Padang,
sekarang secara internal adalah asisten di Rumah Sakit Wilhelmina dan mengkhususkan
diri dalam penyakit anak. Catatan: Haroen Al Rasjid lulus sekolah Eropa (ELS)
di Padang Sidempoean dan melanjutkan studi kedokteran di Docter Djawa School di
Batavia (lulus 1902). Saat pertama kali bertugas sebagai dokter pemerintah di
Padang, bertemu gadis Alimatoe Saadiah (lulusan sekolah guru di Fort de Kock)
putri dari Hadji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda (pemilik surat kabar
Pertja Barat). Mereka menikah tahun 1903 dan putri mereka lahir di Padang pada
tahun 1905 yang diberi nama Ida Loemongga.
Dalam waktu yang berdekatan di Belanda mahasiswa pribumi berasal dari Padang Sidempoean berhasil meraih gelar doctor di bidang kedokteran (Sjoeib Proehoeman, Ida Loemngga dan Aminoedin Pohan), Pada tahun 1932 ini, adik kelas mereka, anak Batang Toroe yang langsung datang ke Belanda untuk studi tingkat sarjana—seperti Ida Loemongga doeloe—yakni Parlindoengan Loebis yang sudah diterima dalam bidang kedokteran di Universiteit Leiden. 1932. Seperti kita lihat nanti pada tahun 1934 Parlindoengan Loebis terpilih menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar