Laman

Selasa, 11 Februari 2025

Sejarah Diaspora (2):Keberadaan Awal Mula Orang Indonesia di Amerika Serikat, Sejak Kapan? Siapa Saja Para Diaspora Pertama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Kisah tentang orang Indonesia di Amerika Serikat tentulah menarik diperhatikan. Hingga kini, jumlah diaspora Indonesia di Amerika Serikat sudah pun sangat banyak. Yang menjadi pertanyaan bagaimana itu semua bermula. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah seharusnya memiliki permulaan. Siapa sajakah orang Indonesia pertama di Amerika Serikat? 


Kisah Orang Indonesia Berkarir di Angkatan Darat Amerika. 50 menit yang lalu. Leonard Triyono. VOA. Kristania Virginia Besouw dianugerahi gelar Miss Indonesia tahun 2006 mengikuti kontes Miss World di Polandia, meninggalkan Indonesia dan membangun hidup baru di Amerika Serikat. Meskipun telah berpindah kewarganegaraan dan menetap di Amerika, Kristy yang menjadi sersan di di Angkatan Darat Amerika Serikat mengaku tetap cinta Indonesia dan merindukan banyak hal termasuk makanannya. Saya ngidam cakalang, jadi minta dikirim dari Indonesia, dari Manado”. Rosita Aruan Orchid Baptiste anggota Angkatan Darat AS dengan pangkat Letnan Kolonel, kepada VOA, perempuan Batak lahir dan dibesarkan di Sumatra Utara. Lulus dari Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara, awalnya sebagai jurnalis di Jakarta tahun 1997. Perjalanan Letnan Kolonel Rosita Aruan Orchid Baptiste dan Sersan Kristania Virginia Besouw juga dialami oleh pria Indonesia berdinas di Angkatan Darat AS. Letnan Kolonel Bill Kadarusman datang ke Hawaii sebagai mahasiswa. Meskipun telah menjadi warga negara Amerika, Bill menegaskan cintanya pada Indonesia (https://www.voaindonesia.com) 

Lantas bagaimana sejarah keberadaan awal orang Indonesia di Amerika Serikat sejak kapan? Seperti disebut di atas, pada masa ini sangat banyak diaspora Indonesia di Amerika Serikat, jadi siapa saja para diaspora pertama. Lalu bagaimana sejarah keberadaan awal orang Indonesia di Amerika Serikat sejak kapan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Keberadaan Awal Orang Indonesia di Amerika Serikat Sejak Kapan; Siapa Saja Para Diaspora Pertama

Hubungan antara Amerika Serikat dengan Indonesia sejatinya sudah lama, bahkan sejak era VOC. Kapal-kapal Amerika hilir mudik antara pelabuhan Batavia dan pelabuhan di Boston dan di Philadelphia. Mengapa? Orang Amerika yang beragam bangsa semasa di bawah penjajahan Inggris juga membutuhkan rempah-rempah dari Indonesia.


Sebelum negara Amerika Serikat (USA) terbentuk pada tahun 1776, kapal-kapal Inggris sudah sejak lama lalu lalang ke Hindia Timur (baca: Indonesia). Sementara itu, salah satu nama kapal Belanda (VOC) diberi nama America yang teridentifikasi kali pertama pada tahun 1675 (lihat Daghregister, 20 Juli 1675). Disebutkan kapal Pemerintah VOC ini telah tiba di selat Soenda dengan dua kapal lainnya kapal Sumatra dan kapal Hendrik Maurits. Kapal-kapal ini merapat di Batavia. Setelah beberapa bulan kemudian pada awal bulan September kapal America berangkat menuju Belanda dan sudah melewati selat Soenda (lihat Daghregister 9 September 1675). Kapal bernama America ini secara reguler antara Belanda dan Hindia Timur. Dalam perkembangannya kapal bernama America ini telah berganti pemilik. Tidak lagi orang Belanda tetapi oleh orang Inggris (lihat Daghregister, 7 Maret 1698). Disebutkan kapal Inggris (Engelsschip) America tiba dari Inggris (Engeland) di Batavia. Kapal ini sempat ke Borneo (kini Kalimantan) sebelum berangkat lagi ke Inggris (lihat Daghregister 10 Desember 1698). Singkatya: Pada tahun 1774 orang Amerika mengusir Inggris dan kemudian orang Amerika memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1776. Hubungan antara Amerika dan Indonesia tampaknya telah digantikan oleh orang Amerika sendiri. Ini terlihat kapal Amerika Serikat kali pertama merapat di Batavia tahun 1790 (lihat Daghregister, 19 Maret 1790). Disebutkan kapal Amerika The Three Sisters tiba di Batavia dari Macao. Besar dugaan kapal Amerika ini langsung ke Macao dan pulangnya singgah di Batavia sebelum melakukan pelayaran jarak jauh melalui Afrika Selatan dan lautan Atlantik. Sejak terdeteksinya kapal Amerika di Batavia, jumlah kapal Amerika semakin banyak yang yang datang ke Hindia Timur. Pada bulan Mei kapal Amerika The Blomhofs Lady merapat di Batavia (lihat Daghregister, 12 Mei 1790); Lalu kemudian kapal Nancy (lihat Daghregister, 22 Juli 1790) yang kemudian berlayar ke China (lihat Daghtegister, 31 Juli 1790). Pada bulan Agustus kapal The Massachuseth van Boston in Nieuw Holland tiba di Batavia (lihat Daghregister, 30 Agu 1790). Pada tahun 1791 kapal Governor Bewdon yang singgah di Batavia melanjutkan pelayaran ke China (lihat Daghregister 4 April 1791). Pada bulan Desember, kapal Gouverneur Bouwdoun kembali ke Batavia (lihat Daghregister, 7 Dessember 1791). Disebutkan dua kapal Amerika The Gouverneur Bouwdoun en The President Washington van Bombay tiba di Batavia dan akan berangkat lagi ke Canton (China). Sudah barang tentu banyak kapal yang hilir mudik antara Eropa dan Amerika. Demikian juga banyak kapal Inggris dan Belanda dari Hindia berlayar ke Amerika tetapi tidak melalui pelabuhan Batavia. Pada tahun 1792 dua kapal Inggris dari Batavia The Venus en The Hyloyon berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 7 Februari 1792). Pada bulan Juli kapal Amerika The Hankok tiba di Batavia dari New York (lihat Daghregister, 30 Juli 1792). Pada bulan Oktober kapal Amerika The Amelia dari Batavia berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 30 Oktober 1792). Pada tahun 1792 ini kapal bernama America kembali muncul di Batavia (lihat Daghregister, 21 Okt. 1792). Disebutkan kapal Amerika bernama America tiba di Batavia dari Mauritius. Tampaknya nama kapal Amerika telah beralih kepemilikan dari orang Inggris kepada orang Amerika. Lalu pada tahun 1794 nama kapal America kembali merapat di Batavia (lihat Daghtregister 13 Februari 1794). Disebutkan dua kapal Noord Americaansche yakni America en Enterprice tiba di Batavia. Pada tahun 1794 terjadi aneksasi di Belanda oleh Prancis. Radja Belanda melarikan diri ke Inggris. Pada bulan Januari 1795 Republik Batavia didirikan di Belanda. Pada 16 Mei 1795, Prancis dan Republik Batavia melakukan perjanjian. 1796, Implikasinya Heeren XVII investor VOC sejak 1619 mati suri. Hindia Timur khususnya Batavia diduduki Prancis. Sementara itu satu per satu wilayah VOC-Belanda jatuh ke tangan Inggris terutama di luar Jawa seperti Banda, Amboina, Malaka dan Padang. Ternate masih dapat dipertahankan. Pada bulan Oktober 1796, tiga kapal merapat di Batavia (lihat Daghregister, 28 Oktober 1795). Disebutkan twee Americaanse scheepen tiba di Batavia de Egualité dari Prancis en Maria de Eerste van Philadelphia. Kapal Amerika Greyhound (26 November 1795). Kapal Amerika Minerva en Eliza berangkat dari Batavia ke Padang dan kemudian ke Koppenhaagen (19 Deseber 1795). Kapal Amerika Recovery (6 Januari 1796). Pada tahun 1796 kapal Amerika tiba di Batavia The Hope (lihat Dahgregsiter 28 Januari 1796) dan kapal Amerika lainnya The Patty (lihat Daghregister, 6 April 1796). Dari keterangan ini muncul pertanyaan apakah Amerika Serikat telah terlibat dalam akuisisi Batavia yang dilakukan Prancis? Alasan ini cukup masuk akal sebagaimana dalam pembebasan Amerika Serikat dari Inggris juga ada andil Prancis. Hal ini semakin jelas ketika pada bulan Januari 1796 disebutkan de Fransche corvette Le Moineau dan kapal Americaansche Le Egualité berangkat dari Batavia menuju Mauritius (lihat Daghregister, 26 Januari 1796). Bukankah pangkalan utama Prancis berada di Mauritius? Pada bulan Februari 1796, kapal Amerika Greyhound disewa oleh VOC untuk melakukan pelayaran ke Belanda (lihat Daghregister, 2 Feb. 1796). Sementara itu kapal Amerikan yang lain The Washington berangkat dari Batavia ke Amerika (lihat Daghregister, 3 Februari 1796).  Kapal Amerika The Recovery berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 4 Februari 1796). Beberapa hari kemudian kedatangan kapal Amerika Salle (lihat Daghregister, 14 Feb 1796). Kapal Amerikan The Mare dari Belanda tiba di Batavia (lihat Daghregister, 16 Februari 1796).  Kembali tiba kapal Amerika Martha dari Mauritius (lihat Daghregister, 16 Februari 1796).  Kapal Amerika yang lain Liitle Patty tiba dari Mauritius di Batavia (lihat Daghregister, 29 Februari 1796). Pada bulan Maret kapal Amerikan The Hope berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 8 Maret 1796). Sejumlah orang dari Batavia dideportasi ke Belanda dengan kapal Amerika The Eliza of Boston (lihat Daghregister, 26 Maret 1796). Juga disebutkan kapal Amerika The Hare disewa oleh VOC (lihat Daghregister, 26 Maret 1796). Kapal Amerika The Eliza of Boston dan The Hare berangkat ke Belanda (lihat Daghregister, 29 Maret 1796). Kapal Amerika berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 3 April 1796). Kapal Amerika The Eliza singgah di Bancahoeloe (lihat Daghregister, 4 April 1796). Kapal Amerika The Superbe tiba dari Rotterdam (lihat Daghregister, 6 April 1796). Kapal Amerika The Abigael tiba dari Belanda (lihat Daghregister, 16 April 1796). Kapal Amerika The Eliza tiba dari Boston (lihat Daghregister, 22 April 1796). Pada bulan Juli 1796 seorang Amerika Capitain Robbert Nicolaas Forster menerima pesan yang sedang dipertimbangkan (lihat Daghregister 8 Juli 1796). Orang Amerika ini adalah seorang perwira tetapi melihat namanya bernama Prancis. Pesan apa yang sedang dipertimbangkannya? Capitain ini diduga seorang atase militer. Apakah ini terkait dengan konflik antara Amerika Serikat dengan Spanyol mengenai pantai barat Amerika (California)? Kapal Amerika Providence dari Mauritius tiba di Batavia (lihat Daghregister, 4 Februari 1797).  Soerang militer Amerika Btigadir Eunice dari Batavia berangkat ke Amerika (lihat Daghregister, 6 Februari 1797). Kapal Amerika Georgetown tiba dari Tranquebar (lihat Daghregister, 18 Maret 1797). Kapal Amerikan The Elisabeth berangkat dari Batavia (lihat Daghregister, 16 April 1797). Kapal Amerika Eliza dari Boston tiba (lihat Daghregister, 18 April 1797). Kapal Amerika Perseverance tiba dari Amerika (lihat Daghregister, 3 Mei 1797).  Kapal Amerika The Eliza berangkat ke Boston (lihat Daghregister, 16 Mei 1797). Kapal Amerika Pollux tiba dari Boston (lihat Daghregister, 22 Mei 1797). Kapal Amerika Concord tiba dari Philadelphia (lihat Daghregister, 12 Juni 1797).  Kapal Amerika The Eliza berangkat ke New York (lihat Daghregister, 18 Juni 1797). Kapal Amerika Olive Brauns tibas dari Baltimore (lihat Daghregister, 3 Juli 1797).  Kapal Amerika Minerva of Boston tiba dari Boston (lihat Daghregister, 4 Juli 1797). 

Sejak Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaan tahun 1776, dari tahun ke tahun kapal-kapal Amerika semakin banyak yang datang dan pergi dari Batavia dan kota-kota pelabuhan lainnya terutama di Jawa. Dalam perkembangannya kapal-kapak Amerika sudah berada di berbagai tempat di luar Jawa. Perdagangan Amerika tampaknya ketiban pulung setelah eks kapal-kapal VOC tidak terlalu banyak yang beroperasi. Boston, Baltimore, Philadelpia, Newport, Provindence (Rhode Island), Salem (Massachusetts) dan sebagainya di Amerika menjadi pelabuhan kedatangan dan keberangkatan dari dan ke Hindia (Batavia), Di perairan Hindia kapal-kapal Amerika dan Inggris tentu saja saling menahan diri. Boleh jadi inilah fase awal dimana Amerika Serikat mendapat kontribusi besar dalam kemakmuran negaranya sebagaiana sebelumnya negeri Belanda. Dalam hal ini, awal kemakmuran negeri Belanda, Inggris, Prancis dan Amerika Serikat didukung kekayaan sumberdaya alam dari Indonesia.


Pada tanggal 1 Januari 1800 oleh Prancis, VOC benar-benar dibubarkan (berakhir sudah VOC). VOC seakan anak terlantar, kerajaan Belanda sudah berubah menjadi Republik Batavia. Radja dan pangeran Belanda berada di pengasingan di Inggris. Sebaliknya Inggris semakin menguat di berbagai tempat di wilayah Hindia. Ini dimulai pada tahun 1781, satu skuadron Inggris berangkat dari Madras dialihkan ke pantai barat Sumatra. Langkah Inggris ternyata membuat Belanda ciut dan mulai meninggalkan Padang dan semua pos perdagangan lainnya di pantai barat Sumatra jatuh ke tangan Inggris. Dalam perkembangannya Inggris sudah menyapu habis semua kekuatan Belanda di pantai barat Sumatra bahkan di pulau-pulai kecil. Setelah itu Sir Stamford Raffles ditempatkan sebagai Gubernur di Benkoelen. Inggris menjadi Radja di pantai barat Sumatra. Kekuatan Inggris di pantai barat Sumatra cepat meningkat karena kedekatan dengan pusat perdagangan utama Inggris di India (Calcutta). Sehubungan dengan perseteruan antara Inggris dan Belanda (VOC) para pedagang-pedagang Inggris lebih konsentrasi jalur perdagangan selat Sunda (Sumatra, China dan Australia). Pada saat Prancis berkuasa di Belanda, Inggris pada tahun 1795 membuka cabang pemerintah (setingkat Residen) di Padang. Inggris kemudian mengambilalih Ambon dari Belanda pada tanggal 16 Februari 1796. Paralel dengan penguasaan Ambon ini, Inggris juga telah berada di Kema (Residentie Manado) pada tanggal 23 Februari. Inggris kemudian merangsek ke Banda pada tanggal 7 Maret 1796 dan pada waktu yang sama Inggris sudah menguasai Manado (ibu kota Residentie Manado). Inggris tidak puas hanya di Manado, lalu kemudian menguasai Gorontalo (Residentie Manado) pada tanggal 11 Mei 1797. Dalam Daghregister 6 Desember 1797 disebutkan bahwa Residentie Manado diambilalih oleh orang Ternate dari Inggris. Pada masa ini kekuasaan berada di tangan Prancis, Gubernur Jenderal di Hindia dijabat oleh orang Belanda (yang menjadi bagian dari Republik Batavia) di Belanda. Pada tahun 1808 diangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal (sejak 5 Januari 1808). Program utama Daendels adalah pembangunan jalan pos Trans Java antara Batavi ke Anjer dan Batavia ke Soerabaja dan Panaroekan. Inggris yang terus menguat di luar Jawa, Gubernur Jenderal Daendels dalam target Inggris. Lalu Batavia diduduki Inggris. Setelah tahun 1807 tidak ada lagi catatan Kasteel Batavia (Daghregister). Diduga fungsi pencatatan di Batavia ini sudah ditutup atau dilikuidasi. Namun seperti yang diduga sebelumnya, kapal-kapal Amerika mulai berkurang ke Hindia. Terjadi perubahan di Eropa. Inggris semakin memanas dengn Prancis dan Jerman semakin memanas dengan Amerika. Hal inlah yang menyebabkan kapal-kapal Amerika berkurang drastis ke Hindia. Pada tanggal 26 Agustus 1811 Inggris menduduki Batavia. Dua minggu kemudian, Inggris membuat proklamasi pada tanggal 11 September 1811 lalu disusul kemudian tanggal 18 September 1811 membuat perjanjian dengan Belanda yang isinya Jawa dan Madura dikuasai Inggris. Butir berikutnya dari perjanjian tersebut bahwa semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris dan orang sipil Belanda dapat dijadikan pegawai Inggris. Pimpinan Inggris dalam hal ini Thomas Stamford Raffles. Sebelumnya telah terjadi perlawanan di Palembang dan kemudian di susul di Amboina dan di Djogjakarta. Sebelumnya pimpinan Inggris di India yaitu Lord Minto memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang berkedudukan di Penang untuk menguasai Djawa dan Madoera. Lalu Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur dengan tugas mengatur dan inisiasi perdagangan dan keamanan. Raffles tidak memilih di Batavia dan lebih memilih di Buitenzorg dan Semarang. Di Amerika Serikat nun jauh di sana terjadi proses politik antara Amerika Serikat dengan tetangga, Presden Amerika Serikat Thomas Jefferson (4 Maret 1801-3 Maret 1809) mengakuisisi wilayah Louisiana dari Prancis. Proses ini tampaknya mudah karena hubungan antar dua negara selama ini baik-baik saja. Pada tahun 1812 terjadi perang antara Inggris dan Amerika Serikat. Proses politik yang terjadi di Eropa akhirnya kembali berimbas ke Hindia. Pada tahun 1816 Jawa dan Madoera diserahkan Inggris kepada Belanda. Kerajaan Belanda kemudian membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Wilayah-wilayah lain di luar Jawa kembali kepada Belanda. Inggris secara defacto hanya terbatas di Kalimantan (Utara) dan pantai barat Sumatra. Pada akhirnya tahun 1824 terjadi perjanjian tukar guling antara Inggris dan Belanda tentang Bengkoelen dan Malaka. Dengan demikian Inggris hanya di Kalimantan Utara dan Semenanjung Malaka. Dengan berkuasa kembali Belanda, kapal-kapal Amerika mulai kembali ke Batavia dan pelabuhan-pelabuhan lainnya namun jumlahnya tidak sebanyak sebelumnya. Kapal-kapal Amerika juga frekuensinya rendah. 

Setelah dipulihkannya Pemerintah Hindia Belanda, orang-orang Inggris menyingkir dari Hindia Belanda, kapal-kapal Amerika Utara semakin intens ke Hindia Belanda utamanya Batavia.


Amerika Serikat mulai menempatkan Konsul Jenderal di Amsterdam pada tahun 1800 (lihat Amsterdamse courant, 22-02-1800). Disebutkan S Bourne sebagai Consul Generaal van de Vereenigde Staaten van America di Amterdam.

Pada tahun 1834 terinformasikan misionaris Amerika tiba di Batavia. Besar dugaan mereka mendapat arahan dari konsul jenderal Amerika Serikat di Amsterdam. Hingga tahun ini belum ada terinformasikan konsul Amerika di Batavia. Kedua misionaris tersebut adalah Henry Lyman dan Samuel Munson beserta istri masing-masing. Henry Lyman dan Samuel Munson berangkan ke Tanah Batak untuk merintis kegiatan zending. Pada bulan September 1934 terinformasikan kedua misionaris tersebut terbunuh.


Javasche courant, 10-09-1834: ‘Batavia, 9 September. Berita yang baru-baru ini diterima dari Padang menceritakan tentang akhir yang menyedihkan dari misionaris Amerika Utara Henry Lyman dan Samuel Munson, di daerah Batak, sebelah utara Tapanoeli, yang berbatasan dengan kerajaan Atchinese. Keduanya telah meninggalkan ibu kota ini ke Padang, dan pada awal bulan Juni, melalui Nias, menuju Tapanoeli, dengan tujuan menembus negeri-negaeri tersebut. Sebuah usaha yang, mengingat keganasan suku yang ingin mereka kunjungi, telah berulang kali dan terus menerus dinasihati dari berbagai pihak untuk tidak dilakukan, tetapi sia-sia. Pada tanggal 28 bulan dimaksud, para pengelana itu sedang dalam perjalanan menuju kampung Sakka, yang termasuk dalam negeri dimaksud. Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh lima orang Batak yang bersenjata lengkap. Mereka memperingatkan bahwa nyawa mereka akan terancam jika meneruskan perjalanan, dan memberikan nasihat yang tulus agar mereka kembali. Perjalanan tetap dilanjutkan dengan pembagian sejumlah hadiah. Akan tetapi, sekitar pukul empat sore, para pengelana itu mendapati diri mereka diserang oleh sekelompok orang Batak yang bersenjata, berjumlah sekitar dua ratus orang, dan kedua misionaris tersebut, bersama salah seorang pembantunya mengalami nasib mengerikan dengan dibunuh dan dimakan oleh para kanibal. Sisanya, yang merupakan kepala suku, pemandu, penerjemah, dan pelayan, lolos dari bahaya dengan melarikan diri tepat waktu’. 

Janda kedua misionaris yang dalam kesedihan dan duka yang mendalam kembali ke negaranya di Amerika Serikat (lihat Javasche courant, 20-09-1834). Disebutkan janda Lyman dan Munson, telah meninggalkan Jawa.

 

Di Batavia belum ada terinformasikan perwakilan Amerika Serikat. Namun bukan berarti tidak ada orang Amerika. Kehadiran kapal-kapal Amerika di Batavia sebenarnya mengindikasikan adanya perwakilan perdagangan orang-orang Amerika di Batavia. Pada masa ini paling tidak terinformasikan kapal Amerika dari Batavia (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 04-01-1834). Disebutkan sebuah kapal dagang Amerika telah membawa surat-surat pos dari Batavia tanggal 18 September 1933 yang singgah di pantai barat Sumatra di Bengkoelen dan Padang.

 

Amerika Serikat terus memperluas wilayah perdagangan, baik dengan jalan membeli maupun dengan cara aneksisasi, Pada tahun 1845 Republik Texas dianekasi dimana pengaruh Spanyol masih ada. Pada tahun 1846 wilayah Oregon diakusisi dengan perundingan dengan Inggris. Akhirnya Amerika Serikat mengakusisi California pada tahun 1846 yang menjadi konsesi Mexico warisan dari Spanyol. Ini seemua karena pertumbuhan dan perkembangan imigran Eropa yang datang ke Amerika. Sejak masuknya California ke dalam Serikat maka pembangunan kereta api mulai dibangun yang dapat menghubungkan antara timur dengan barat (Wild West).


Muncul ketegangan antara Belanda dan Amerika Serikat (1850-1853). Ini bermula Kapten Gibson kapal Amerika ditangkap di Palembang karena dituduh melakukan makar, menghasut Sultan Djambi untuk melawan otoritas Pemerintahan Hindia Belanda di Djambi. Kapten Gibson ditangkap lalu dibawa dan dipenjara di Batavia, Kapten Gibson berhasil melarikan diri (yang diduga difasilitasi Konsulat Amerika di Batavia. Apakah dalam hal ini ada maksud Amerika Serikat melakukan aneksasi di Indonesia (baca: Hindia Belanda)? Tampaknya iya, akan dimulai di Jambi. Lalu bagaimana sejarah Kapten Amerika hasut Sultan Jambi untuk melawan otoritas Pemerintah Hindia Belanda di Jambi? Ada dua kejadian yang relative bersamaan di Resisenti Palembang pada tahun 1850. Yaitu perlawanan terhadap otoritas Pemerintah Hindia Belanda yang dilakukan oleh Tiang Alam dan pengikutya di wilayah pedalaman di Ampat Lawang dan kontak politik yang dilakukan oleh Sultan Djambi dengan seorang kapten Amerika Serikat untuk menentang otoritas Pemerintah Hindia Belanda di wilayah Jambi. Wilayah Djambi saat itu masuk wilayah Residenti Palembang. Menentang otoritas Pemerintah Hindia Belanda menurut undang-undang yang berlaku di Hindia Belanda dianggap makar atau subversive. Untuk meredam harus dilawan dengan pasukan militer: dead or alive. Jika ditangkap hidup diadili dan hukumannya berat. Bagi pemijmpin pribumi yang melakukan makar dihukum dengan diasingkan seumur hidup. 

Upaya percobaan orang Amerika di Indonesia tampaknya gagal. Sementara itu Amerika Serikat terus memperluas wilayahnya. Pada tahun 1853 sebagian wilayah Mexico dibeli yang kemudian dimasukkan ke wilayah Arizona. Dalam kasus Kapten Gibson yang dipenjarakan di Batavia mengindikasikan telah ada konsul Amerika Serikat. Sejak kapan konsul Amerika di Batavia tidak terinformasikan. Yang jelas, pada tahun 1857 AA Reed sebagai konsul yang baru di Batavia (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 10-11-1857). Disebutkan berdasarkan keputusan tanggal 22 Oktober telah ditarik keputusan tanggal 2 Maret 1857 dan AA Reed diakui sebagai konsul Amerika Serikat di Batavia.


Kota-kota di pantai barat seperti San Franscisco, San Diego dan Los Angeles cepat berkembang dan menjadi pelabuhan-pelabuhan utama di pantai barat Amerika Serikat. Amerika Serikat yang sudah sejak lama terhubung dengan Indonesia sejak era VOC mulai merintis jalan dengan memperebutkan Filipina dari tangan Spanyol. Bersamaan dengan akuisisi Filpina pada tahun 1898, Amerika Serikat juga menganeksasi Republik Hawaii. Tercapai sudah upaya Amerika Serikat dengan mendekatkan diri ke Hindia (Belanda). Di lautan Pasifik, Amerika Serikat tidak hanya mengakuisisi Filipina dan Hawaii tetapi juga mengusasi pulau-pulau yang lainnya seperti Guam dan Palau. Amerika Serikat menjadi penguasa berkuasa di lautan Pasifik. Sementara itu Jepang juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Amerika Serikat mulai mendapat saingan. Hubungan antara Jepang dan Belanda sejak era VOC menyebabkan Jepang secara terbuka diterima oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kawan. Kapal-kapal Jepang lebih leluasa masuk Hindia Belanda jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Kapal-kapal Jepang berbasis di Soerabaja yang memiliki jalur penghubung di Manado. Sementara itu Inggris begitu kuat di India, Semenanjung Malaka dan Australia. Pada tahun 1867 Amerika Serikat kembali membeli Alaska dari Rusia. Lengkap sudah Amerika Serikat memiliki daratan yang menyatu dari pantai timur hingga pantai barat plus remote area di kutub utara (di utara Canada). 

Singkatnya, pada tahun 1935 Amerika Serikat memberikan kemerdekaan kepada Filipina. Untuk tetap memperkuat kedudukannya di lautan Pasifik, Amerika Serikat membangun kekuatan militer di Hawaii yang ke dalam dapat dianggap sebagai pertahanan untuk Amerika Serikat di daratan dan ke luar dapat dianggap sebagai ancaman bagi negara-negaras di Asia. Perang dingin antara Amerika Serikat dan Jepang di lautan Pasifik memicu Jepang untuk melakukan invasi ke daratan Asia dan Asia Tenggara termasuk Filipina yang berada di bawah pengawasan Amerika Serikat. Jepang sebelumnya telah menganeksasi daratan Asia di Korea dan China.


Pasukan Pemerintah Hindia Belanda (KNIL) di Minahasa berhasil dilumpuhkan militer Jepang. Pasukan KNIL tersebut ditangkap dan ditahan. Dalam hal ini termasuk sersan Adolf Gustaaf Lembong yang ditahan. Pasukan KNIL yang ditahan di berbagai tempat seperti di Minahasa (Manado)) dan Maluku (Ambon) kemudian diinternir ke kamp konsentrasi Rabaul di pulau Nieuw Brittanie (New Britain) di Pasifik. Pasukan militer Jepang akhirnya berhasil menguasai seluruh wilayah Asia Tenggara. Markas militer Jepang yang sebelumnya di Saigon dipindahkan ke Singapoera. Pertahanan terakhir Pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada akhirnya dapat dikuasai dimana Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 di Kalidjati, Soebang, West Java. Sehubungan dengan perlawanan yang dilancarkan Australia dan Hindia Belanda terhadap Jepang di Papua dan Pasifik, maka pada bulan Mei 1943 Pemerintah Pendudukan Militer Jepang memindahkan Adolf Gustaaf Lembong dkk dari Rabaul di Nieuw Brittanie ke Filipina. Kamp konsentrasi di Filipina tersebut berada di Gonzalez, Provinsi Pangaison. Adolf Gustaaf Lembong dkk di kamp Gonzalez menemukan koneksi dengan para tahanan dan gerilyawan Filipina. Gerilyawan ini dipimpin oleh komandan Amerika Serikat Mayor Robert B. Lapham melalui gerilyawan (utusan) untuk bersiap untuk melarikan diri dari kamp. Lembong dan teman-temannya dari Indonesia benar-benar melarikan diri pada tanggal 6 Agustus 1943 dan tiba setelah 2 hari dua malam di kamp gerilyawan. Di kamp gerilya ini Lembong dan teman-teman diterima oleh komandan gerilaywan Amerika Serikat, Dalam bergerilya Lembong dan teman-teman masih memakai seragam yang lama karena tidak ada pakaian lain yang tersedia. Setelah beberapa saat, Lembong diangkat menjadi perwira gerilyawan, Dalam perkembangannya Lembong ditangkap oleh militer Jepang pada bulan Januari 1944 tetapi empat bulan kemudian Lembong dapat melarikan diri dengan bantuan Asuncion Angel. Asuncion Angel adalah seorang perempuan muda Filipina, Asuncion Angel adalah seorang pejuang gerilya Filipina yang telah berulang kali menembus garis demarkasi Jepang dan tiga kali ia dipenjara oleh Jepang. Asuncion Angel dan Lembong menikah pada tanggal 26 Oktober 1944. Angkatan laut Amerika Serikat mulai memasuki wilayah Filipina. Surat kabar Stemmen uit Londen, 02-01-1945 memberitakan bahwa ‘pesawat tentara Amerika pertama kali muncul di pulau Luzon. Mereka membombardir kereta amunisi dan sejumlah lokomotif. Mereka juga menenggelamkan beberapa kapal di teluk Manila’. Sebelum penyerangan ke Manila ini, kapal-kapal angkatan laut Amerika Serikat sudah terlebih dahulu melakukan endaratan di Pulau Mindoro, yang paling dekat dengan Manila seperti dirangkum Amigoe di Curacao, 04-01-1945.  Disebutkan orang Amerika Serikat mendarat pada tanggal 15 Desember di Mindoro, di pantai barat daya dekat San Jose. Disini mereka mulai membangun pangkalan udara dimana Luzon dapat diserang. MacArthur melaporkan bahwa pendaratan terjadi di pantai, tepat di utara San Jose di pantai barat daya pulau, tetapi dia merahasiakan tempat persisnya. Praktis tidak ada perlawanan terhadap pendaratan, sehingga angkatan laut tidak harus menembak sepanjang waktu. Sekarang dua pendaratan baru dilakukan pada hari Senin pagi dan Selasa pagi dini hari. Jarak ke Manila sekarang sekitar 240 Km. lebih pendek. Radio Jepang juga melaporkan setiap hari tentang konvoi Amerika Serikat mengklaim hari Kamis (hari ini) bahwa pesawat Jepang telah menyebabkan kerusakan parah pada dua kapal angkut dan satu kapal perusak. Surat kabar Amigoe di Curacao, 05-01-1945 kembali memberitakan bahwa ‘MacArthur mengumumkan bahwa serangan udara di Luzon terus berlanjut. Dalam tiga hari sebelumnya sebanyak 60 kapal musuh ditenggelakan atau rusak yang mana di Teluk Manila dan Teluk Lingayen 35 kapal. Pada tanggal 6 Januari 1045 Adolf Gustaaf Lembong dkk dan gerilyawan Filipina terlibat pertempuran sengit dengan konvoi truk Jepang dalam perjalanan mereka ke San Leon. Dalam pertempuran itu 27 orang Jepang terbunuh sementara gerilyawan tanpa mengalami kerugian yang berarti. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Januari 1945 pasukan Amerika mendarat di Teluk Lingay. Kehadiran pasukan Amerika Serikat ini disambut oleh para gerilyawan (termasuk Adolf Gustaaf Lembong dkk). Diantara kelompok gerilyawan yang menyambut tersebut terdapat 10 orang yang mengibar-ngibarkan bendera tri color Belanda. Adolf Lembong dan pasukan kecilnya dalam bergerilya melawan militer Jepang di Filipina tetap menggunakan bendera Belanda (merah putih biru). Bendera itu dibuat oleh istri Lembong, Asuncion Angel. Sang komandan Amerika sempat mengira pasukan kecil Adolf Lembong adalah pasukan yang dikirim oleh Belanda: ‘Ketika kami melihatmu berdiri disana dengan warna merah putih dan biru itu, kami berpikir sejenak bahwa Belanda telah mendahului kami’, kata komandan Amerika itu kepada Lembong setelah mendarat. Pada tanggal 12 April 1945, Adolf Gustaaf Lembong dkk bersama sembilan temannya meninggalkan Filipina dan selanjutnya kembali bergabung dengan KNIL yang ingin menguasai kembali Indonesia. Adolf Gustaaf Lembong dkk tiba di Kamp Columbia di Brisbane Australian. Pengakuan atas apa yang telah mereka lakukan telah membuat Adolf Gustaaf Lembong dipromosikan menjadi letnan dan teman-temannya yang lain menjadi sersan. Sejak kehadiran angkatan laut Amerika Serikat di Filipina, semakin banyak pasukan yang telah melaksanakan tugus di Pasifik (melawan Jepang) yang merapat ke Filipina terasuk di Mindanao. ‘Zonder titel’, 06-06-1945 memberitakan bahwa ‘pasukan Amerika Serikat telah mendarat di pulau Baloet di pintu masuk Teluk Davao’. Kisah Adolf Gustaaf Lembong dkk di Filipina ditulis oleh Arnold vas Dias (direktur pelaksana Aneta) yang dirilis oleh kantor berita ANP-Aneta yang kemudian dimuat pada surat kabar Nieuwsblad van het Zuiden, 18-07-1945. Arnold Vas Dias mewawancarai Luitenan Adolf Gustaaf Lembong di kamp Columbia di Brisbane. Itulah kisah terakhir Adolf Gustaaf Lembong di Filipina hingga tiba di Australia. Setelah itu tidak diketahui Adolf Gustaaf Lembong dkk ditempatkan di kesatuan mana. Juga tidak diketahui dimana kesatuan Adolf Gustaaf Lembong bertugas. 


Tunggu deskripsi lengkapnya

Siapa Saja Para Diaspora Pertama: Amerika Tempo Doeloe, Amerika Masa Kini

Siapa saja sejak awal orang Indonesia di Amerika Serikat nyaris tidak terinformasikan. Namun fakta secara fisik hubungan antara Amerika Serikat dengan Indonesia sejak era VOC sudah berlangsung, bahkan berlangsung tanpa pernah berhenti. Satu yang pertama yang terinformasikan orang Indonesia ke Amerika adalah Dr Sardjito.


Dr Sardjito, alumni STOVIA di Batavia (kini Jakarta) berangkat ke Belanda tahun 1920 untuk melanjutkan studi kedokteran (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-12-1920). Disebutkan dalam manifes kapal Goentoer, nama Dr Sardjito berangkat dari Tandjoeng Priok tanggal 8 Desember 1920 menuju tujuan akhir Rotterdam. Pada tahun 1921 Mohamad Hatta setelah lulus HBS di Batavia tiba di Belanda untuk studi ekonomi. Masih pada tahun 1921 Amir Sjarifoeddin Harahap setelah lulus ELS di Medan langsung ke Belanda untuk melanjutkan sekolah menengah pertama (setingkat SMP). Oleh karena Dr Sardjito hanya meneruskanm SKS dan pengalaman riset kedokteran di Indonesia, dengan cepat menyelesaikan studi dan berhasil meraih gelar dokter di Universiteit Amsterdam pada bulan Juni 1921 (lihat Algemeen Handelsblad, 22-06-1921). Di Belanda, Dr. Sardjito juga aktif di perhimpoenan mahasiswa Indonesia ‘Indische Vereeniging’ yang telah berganti nama Indonesiach Vereeniging. Dr. Sardjito yang telah berhasil meraih gelar dokter, mengajukan proposal untuk tingkat doktoral. Dr. Sardjito lulus ujian pertama pada bulan Januari 1922 (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 25-01-1922). Dr. Sardjito akhirnya lulus ujian tingkat doktotal dan meraih gelar doctor (PhD) dalam bidang kedokteran (Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 11-07-1923). Disebutkan Dr. Sardjito lahir di Madioen berhasil mempertahankan desertasi di Universiteit Leiden berjudul ‘Immunisatie tegen bacillaire dysenterie door middel van de baéteriophaag antidysénteria Shiga-Kruse’. Pada tahun 1923 perempuan Indonesia pertama, Ida Loemongga Nasution setelah lulus HBS di Batavia tiba di Belanda untuk studi kedokteran. Dr. Sardjito setelah lulus dan meraih gelar doktor (Ph.D) pada bulan Juli 1923, tidak langsung pulang ke tanah air. Dr. Sardjito, Ph.D melakukan tugas (semacam post doktoral) di Amerika Serikat. Ini terindikasi bahwa tulisan Dr. Sardjito, Ph.D pernah dimuat dalam buku bunga rampai kedokteran (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-09-1926). Disebutkan bahwa Dr. Sarjito, Ph.D menulis chapter yang berisi tentang  mempelajari kesan dari Amsterdam dan Baltimore. 

Pada tahun 1932 seorang wanita muda Amerika tiba di Bali dengan paspor  bernama Nyona Walker (Mevrouw Walker). Boleh jadi Ny Walker yang tengah menjanda ini ingin mengasingkan diri ke surga di Bali setelah José Miguel Covarrubias memamerkan lukisannya di New York yang menjadi tenar di seluruh Amerika. José Miguel Covarrubias asal Meksiko yang sudah lama di New York melakukan perjalanan di seluruh dunia. Pada perjalanan ini ia berakhir di Bali pada tahun 1930 yang membuatnya segera terkesan luar biasa. Dia menggambar dan melukis di Bali selama sembilan bulan dan kemudian memamerkan karyanya di New York yang menarik perhatian orang Amerika. Yang pertama kali orang bule di Bali yang telah melakukan kegiatan melukis adalah seorang Jerman, Walter Spies yang tiba di Bali tahun 1920.

 

Pada tahun 1933 bersama istrinya kembali ke Bali sebagai bulan madu. José Miguel Covarrubias bersama istri tinggal di Denpasar. Mereka menempati salah satu paviliun di halaman I Goesti Alit Oka (pemimpin orkest musi gamelan Bali), sepupu dari almarhum radja terakhir Badoeng (yang meninggal tahun 1906). Pasangan beda ras ini tinggal di Denpasar selama dua tahun dan telah mengunjungi berbagai tempat di Bali khususnya wilayah selatan Bali. Mereka meninggalkan Bali pada tahun 1934 dan kembali ke New York. Sementara karya-karya mereka dipamerkan di New York, José Miguel Covarrubias menyelesaikan bukunya tentang Bali. Pada tahun 1937 buku José Miguel Covarrubias terbit dengan judul Island of Bali. Buku ini ditulis dalam bahasa Inggris setebal 417 halaman yang diterbitkan sebuah penerbit di New York (Alfred A. Knopf). Buku ini dilengkapi oleh foto-foto hasil pemotretan yang dilakukan oleh istrinya Rose Covarrubias. Buku ini tentu saja beredar luas karena ditulis dalam bahasa Inggris. Pembaca orang-orang Belanda molohok. Sementara itu Mevrouw Walker yang kemudian dikenal dengan nama baru  K’toet Tantri tetap berdiam di Bali.

Hingga berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda (1942) tidak terinformasikan keberadaan orang Indonesia di Amrika. Hanya Dr Sardjito yang terinformasikan pernah ke Amerika Serikat. Selama pendudukan Jepang (1942-1945) juga tidak ada orang Indonesia di Amerika. Namun sebaliknya hanya satu orang Amerika yang tetap menetap di Indonesia yang menjadi orang Indonesia (diaspora Amerika) yakni Muriel S atau Mevrouw Walker alias K’toet Tantri di Bali. Sebagaimana diketahui pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan. 


Pada suatu hari di jaman pendudukan militer Jepang, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap bertanya kepada seorang ‘anak Bali’ K’toet Tantri. ‘Apakah kamu tahu arti Lord Haw Haw?”. Tantri menjawab serius. ‘Itu kan radio propaganda Jerman’. Amir kemudian bercanda: ‘Bukan itu maksud saya, Tantri?’. Tanri tidak menjawab tetapi balik bertanya kepada Amir: ‘Hey Bung Amir, kalau begitu apa artinya dalam bahasa kamu?’. Amir tak menduga pertanyaan itu ditanyakan Tantri, tetapi Amir dengan sigap menjawab: ‘Dalam bahasa saya, Lord Haw-Haw artinya adalah Tuan Hau Hau’. Itulah candaan antara dua orang anti-fasis. Kedua orang ini yang awalnya bercanda lalu diinternir oleh militer Jepang. Kisahnya dimulai ketika mengetahui bahwa militer Jepang telah menduduki (pulau) Bali, K’toet Tantri segera bergegas ke Soerabaja. Meski dia adalah anak angkat Radja Bali, Tantri sadar bahwa warna kulitnya akan mudah dikenali orang Jepang. K’toet Tantri dengan nama paspor Muriel Stuart Walker akhirnya tiba di Soerabaja (tempat dimana orang Eropa banyak ditemukan). Di Bali sendiri hanya sedikit orang Eropa-Belanda. Anehnya, ketika orang-orang Eropa-Belanda ditangkap dan diinternir oleh para anggota militer Jepang, K’toet Tantri menyimpan dan menitipkan paspornya kepada seorang wanita Prancis yang tidak akan ditangkap kerena ia adalah istri seorang apoteker di Soerabaja bernama Ismail Harahap (di Kaliasin; yang kelak diketahui sebagai ayah Rocker Soerabaja Ucok Aka Harahap). K’toet Tantri kemudian bergabung dengan gerakan bawah tanah. Saat bergabung inilah K’toet Tantri mengenal Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Dalam perkembangannya, Mr Amir Sjarifoeddin Harahap diinternir oleh militer Jepang, demikian juga K’toet Tantri harus pula mendekam dalam tahanan militer Jepang di Malang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dijemput oleh utusan Soekarno karena akan diplot sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia. Akhirnya K’toet Tantri mendapat giliran bebas keluar dari tanahan militer Jepang dan juga Mr Ali Sastro Amidjojo. K’toet Tantri tidak sempat pulang kampong ke Bali, pasukan Sekutu-Inggris sudah datang di Soerabaja untuk membebaskan interniran Eropa-Belanda dan melucuti senjata serta mengevakuasi militer Jepang ke luar Indonesia. Anehnya lagi, meski K’toet Tantri yang berpaspor atas nama Muriel Stuart Walker yang notabene keturunan Inggris, bukannya malah senang dengan kehadiran Sekutu-Inggris tetapi, sekali lagi, ikut bergabung dengan para Republiken. K’toet Tantri aktif membatu Wali Kota Soerabaja, Radjamin Nasution menkonsolidasikan penduduk sehubungan dengan munculnya perlawanan warga Soerabaja terhadap kehadiran tentara Sekutu-Inggris di Soerabaja. Akhirnya terjadilah perang Soerabaja yang puncaknya pada tanggal 10 November 1945. Pemerintah Wali Kota Soerabaja kemudian mengungsi awalnya ke Modjokerto dan kemudian ke Toeloengagoeng. K’toet Tantri yang dalam waktu-waktu tertentu ikut radio propaganda Soerabaja, akhirnya K’toet Tantri ikut mengungsi dengan rombongan pemerintah Kota Soerabaja yang dipimpin oleh Radjamin Nasoetion ke Modjokerto dan akhirnya ke Toeloengagoeng.

Sehubungan dengan pemindahan ibu kota Republik Indonesia dari Djakarta-Batavia ke Djokjakarta (sejak Januarii 1946), K’toet Tantri kemudian menemukan jalan hingga sampai ke Djokjakarta. K’toet Tantri kembali ketemu teman lama Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dengan jabatan barunya sebagai Menteri Keamanan Rakyat yang tetap merangkap sebagai Menteri Penerangan di Djokjakarta. 


Boleh jadi saat K’toet Tantri kembali bertemu dengan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap K’toet Tantri mengingatkan kembali Mr Amir Sjarifoeddin Harahap: ‘Bung, Amir, saya sudah tahu arti Lord Haw-Haw dalam bahasa kamu?’. Apa artinya, Tantri didesak di keramaian orang. ‘Tuan Tak Berguna’ jawab Tantri. Amir lalu mengumumkan, masih di tengah keramaian: ‘Perhatian-perhatian, mulai sekarang, Muriel Stuart Walker saya beri marga sesuai ibu saya Siregar. Oleh karena itu nama lengkapnya sekarang adalah K’toet Tantri Siregar’. Tiba-tiba ada yang memberi selamat kepada Tantri: ‘Gefeliciteerd, jij hebt het’. Orang itu adalah Dr Parlindoengan Lubis yang baru pulang dari Belanda yang pernah ditahan Jerman di kamp Nazi. Dr Parlindoengan Lubis adalah anti-fasis. K’toet Tantri sendiri di Jogjakarta, seperti di Soerabaja, juga mengambil peran sebagai aktivis radio propaganda Republik di Djokjakarta. Foto: Presiden Soekarno dan K'toet Tantri van Bali di Djogjakarta (1946). 

Dalam Perang Pasifik (melawan Jepang) meski Amerika Serikat yang memimpin Sekutu, tetapi dalam urusan internal Indonesia tidak terlibat maupun melibatkan diri, sejak kehadiran Sekutu/Inggris untuk melucuti militer Jepang dan pembebasan para interniran Eropa/Belanda yang kemudian berakhir Sekutu/Inggris menyerahkan pengendalian keamananan kepada NICA/Belanda.


Dalam perang kemerdekaan pada fase awal di Djokjakarta ini, pers asing yang memiliki homebase di Batavia-Djakarta bermaksud untuk mengunjungi ibu kota RI yang baru. Sejumlah wartawan asing sudah tiba di Batavia termasuk wartawan Amerika Serikat Martha Gelhom dari Saturday Evening Post. Dengan kereta api dari stasion Djatienegara Soetan Sjahrir membawa rombongan pers asing ke Djogjakarta. Dalam rombongan ini tidak termasuk jurnalis Belanda, karena tidak diberi izin oleh Pemerintah Republik Indonesia di Djokjakarta. Setiba di Djokjakarta jurnalis asing itu terheran-heran ada seorang bule diantara pejabat-pejabat Indonesia. Pada saat inilah Muriel Stuart Walker alias K’toet Tantri berkenalan dengan Martha Gelhom (sesama Amerika). Sepulang dari Indonesia, K’toet Tanri adalah orang yang terus memasok kabar-berita kepada Martha Gelhom di Amerika. 

Sehubungan dengan keberadaan K’toet Tantri di lingkaran Republik, pers Belanda mulai nyinyir. Hal ini karena pers Amerika mulai banyak yang menyudutkan kehadiran Belanda (kembali) di Indonesia. Pers Belanda juga menyoroti dan mengkritik pers Amerika. Tak terkecuali K’toet Tantri juga menjadi sorotan karena dianggap memasok berita ke Amerika Serikat. Amunisi-amunisi yang bersumber dari pusat Republik di Jokjakarta menjadi bahan berita di Amerika yang terus memprovokasi pemerintah Belanda. Pers Amerika menjadi semacam corong (Lord Haw-Haw) RI di Eropa. Tentu saja hal itu didukung rakyat Amerika karena Pemerintah Amerika Serikat memiliki kepentingan tertentu di Indonesia.


De Nederlander, 27-06-1946: ‘Perjalanan pers asing ke pusat Repoeblik di Jawa mendapat kejutan...dalam media Amerika Serikat mendapat simpati kepada Repoebliek....setelah berakhirnya pendudukan Jepang, salah satu kesulitan terbesar bagi politik kita (Belanda) di Hindia (Indonesia) mendapat citra miring dari berbagai negara...Kita mungkin tidak selalu menyadari dengan cukup apa pengaruh melumpuhkan yang sedang terjadi disini, tidak hanya di Inggris, tetapi juga terutama di Amerika Serikat..yang lebih berbahaya adalah sikap mental khas Amerika...bahwa propagandis dari Hindia dapat dengan mudah bermain dimana saja di Amerika Serikat...Ini bukan masalah kanan atau kiri. Hanya ada satu pendapat di Amerika Serikat yakni simpati untuk Indonesia yang akan ‘membebaskan orang-orang Indonesia dari rantai tirani’....Sebaliknya...di surat kabar dan majalah utama Inggris, pelaporan menjadi lebih objektif dan akurat. Di Amerika Serikat sekarang ada juga tanda-tanda pembalikan. Sebagai contoh, kita baru saja membaca sebuah artikel yang menarik di Saturday Evening Post edisi 1 Juni oleh jurnalis terampil Martha Gelhom. Dia mengunjungi pusat republik...Staf editorial koran itu memperkenalkan laporan (diilustrasikan dengan gambar yang menyanjung Soekarno) dengan karakteristik berikut, kata-kata yang hampir sensasional: Orang Jawa menyatakan diri mereka merdeka, dan sang presiden dengan murah hati menjanjikan sebuah mobil untuk semua orang: tetapi seorang jurnalis Amerika yang telah mengunjungi daerah terlarang menemukan bahwa koloni Belanda yang dulu....Penulis mulai dengan sketsa situasi tragis di mana Belanda masih menemukan diri mereka sendiri, terutama mereka yang belum dibebaskan dari interniran (Jepang). Anda tidak akan menemukan dan membaca kata-kata dari pengertian seperti itu untuk situasi diluar negara kita. Kemudian membuat  deskripsi rinci tentang perjalanan kereta malam ke Jokjakarta...yang bersamaan dengan misi Tuan Sjahrir melakukan perjalanan untuk konsultasi dengan orang kuat Soekarno...Laporan tersebut menunjuk pada perbedaan antara sawah yang tak berujung dan tiga perempat penduduk asli kelaparan dimana-mana di stasiun yang tak terhitung jumlahnya...Di Jokja, kelompok jurnalis kulit putih disambut oleh seorang wanita, pegiat edisi lokal ‘van Lord Haw Haw, yaitu Miss Tantri yang terkenal, seorang Inggris, yang berperilaku seperti orang Indonesia. Wanita ini mendapatkan mantel dari Miss Gelhom, terutama karena berita-berita yang ia hujani dengan para jurnalis asing bahwa pembunuhan oleh Belanda akan terjadi disini yang diperankan oleh agen rahasia Belanda, dll!...Segala macam kebohongan, gosip, dan dongeng juga dibahas lebih lanjut ketika pertanyaan para koresponden... Kunjungan ke kamp TRI dibatalkan karena akan membahayakan rahasia militer. Tetapi para pengunjung cukup melihat gerombolan prajurit yang sangat muda yang diberi semua jenis senjata oleh Jepang. Orang Jepang kini yang secara sukarela diinternir dalam jumlah yang sebelumnya mereka memukul, menyiksa atau membunuh Nederlander....Di Soerakarta, Miss Gelhorn mendengar tentang Soekarno pada suatu pertemuan yang menulis bakat oratorisnya yang besar,,,Dia mendebit gelombang pasang frasa dangkal dan berulang kali berkata:  ‘Cita-cita sosial kita adalah lampu listrik, sepeda dan mobil untuk semua orang’. Penulis telah memutarbalikkan fakta..orang Amerika yang mudah tertipu. Justru karena dia tidak hanya mengkritik tetapi juga menunjukkan pemahaman yang tulus tentang kesulitan dan perasaan orang Indonesia, pidatonya membuatnya semakin mendalam...Saturday Ev, Post adalah salah satu surat kabar Amerika Serikat terbesar. Sirkulasinya, seperti yang kita ketahui, 8 juta per minggu, benar-benar mencapai sebagian besar seluruh rumah di Amerika Serikat. Artikel seperti ini dapat melakukan banyak hal baik, terutama karena majalah tersebut memiliki reputasi untuk berhati-hati dalam penilaiannya. Dokumen semacam itu mungkin terbukti sangat penting dalam menyebarkan kebenaran tentang Jawa...tapi, entahlah’. Surat kabar lainnya di Belanda, Algemeen Handelsblad, 09-07-1946 mengomentrari dan menyindiri surat kabar New York Times yang mengutip pernyataan datri Martha Gelhom. Surat kabar Amerika itu menyatakan bahwa ”memaksakan kehendak kami (Belanda) kepada para penguasa (Indonesia) tanpa meminta persetujuan. kami (Belanda) membiarkan mereka membayar pajak... bahwa dengan sedikit kasar, mereka (Berlanda) sekarang menuntut agar orang Indonesia ini melakukan praktik itu lagi.... (Algemeen Handelsblad menutup editorial itu dengan)...’tidak perlu digeneralisasi, tetapi hal itu diperlukan untuk membantu memberikan citra orang asing (Amerika) tentang perspektif Hindia (Belanda), terutama ketika dikaitkan dengan kesadaran akan kekurangannya sendiri (Amerika Serikat), seperti di New York Times. dalam masalah terkait.

Tampaknya Muriel Stuart Walker berada di tempat yang tepat ketika Amerika Serikat membutuhkan Indonesia, sementara Indonesia tidak membutuhkan lagi Belanda. Muriel Stuart Walker pantas mendapat nama K’toet Tantri di Bali, tempat yang menjadi kesadaran baru Muriel Stuart Walker ketika tahun 1932 memilih Bali sebagai tujuannya. Bali telah mempertemukan Muriel Stuart Walker dengan pejuang-pejuang Indonesia. Kini, Muriel Stuart Walker tengah berada di Djokdjakarta, diantara para Republiken sejati. 


Aaltensche courant, 13-08-1946: ‘Konsesi minyak? Laporan dari Medan menunjukkan bahwa seorang perwakilan perusahaan minyak Amerika telah meminta Wakil Gubernur Sumatera dari Partai Republik, Dr AK Gani, untuk memberikan konsesi minyak di Palembang. Dokter. Gani menjawab, konsesi itu hanya bisa diberikan jika separuh keuntungannya ditransfer ke Republik. Hal ini saat ini masih dibahas dengan Menteri Pertahanan Republik’. Catatan: Dr AK Gani adalah wakil Mr Amir Sjarifoeddin Harahap di Sumatra dalam bidang keamanan rakyat. 

Bagaimana nama Indonesia begitu penting bagi Amerika dan bagaimana nama Soekarno dijuluki sebagai George Washington van Indonesia di Amerika diduga buah hasil kerja propaganda Muriel Stuart Walker alias K’toet Tantri (lihat Limburgsch dagblad, 21-08-1946). Disebutkan oleh para anggota Indonesia-club di New York Sokaerno disebut sebagai George Washington van Indonesia. Ketua klub Indonesia-club di New York adalah John R Andu. Saat itu, Indonesia-club di New York akan melakukan pertemuan yang akan dihadiri 200 orang. Pearl Buck, penulis terkenal diundang untuk berbicara. Dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia berupa ucapan selamat dibacakan dalam pertemuan di kota dimana kantor PBB tersebut berada.


Het nieuws: algemeen dagblad, 05-10-1946: ‘Kepentingan Minyak. Batavia. Antara melaporkan pada hari Jumat bahwa empat perwakilan perusahaan minyak Amerika dan Belanda yang memiliki kepentingan di Hindia Belanda mengunjungi sumur minyak di kepulauan Riouw, tepat di selatan Singapura, di bawah bimbingan  Adinegoro, kepala dinas penerangan Republik di Sumatera. Dilaporkan bahwa orang Indonesia telah mengeksploitasi sumber daya alam tersebut selama enam bulan terakhir “meskipun hasilnya tidak signifikan. 

Keberadaan Muriel Stuart Walker ketika di Djokjakarta telah membuat gusar Dr HJ van Mook (pemimpin Belanda-NICA) dan memperingatkan orang asing (lihat Nieuwsblad voor de Hoeksche Waard en Ijselmonde, 29-01-1947). Disebutkan ‘ada tiga orang Amerika dan beberapa orang Australia di sini (Indonesia). Ada juga banyak orang India, beberapa orang Arab, seorang Belanda dan seorang Spanyol. Mereka ini telah memainkan propaganda internasional dan selalu bergerak, sebagian besar dari mereka ini sebagai propagandis ditempatkan di Djokjakarta.


Disebutkan lebih lanjut, baru-baru ini, Dr Van Mook memperingatkan orang-orang India terhadap hal ini. Di antara orang asing, Suze van Soerabaja, yang propaganda jahatnya yang anti-Belanda dan anti-Inggris. Dia adalah paling terkenal. Akhir-akhir ini dia telah berbicara dengan otoritas republik di Djogjakarta. Teman-temannya para ekstremisnya di Oost Java menyebut dia adalah sebagai Muriel Pierson yang lahir di eiland Man. Dia menikah dengan seorang seniman di Hollywood. Setelah kehilangan suami dan anaknya dalam suatu kecelakaan, dia pergi ke laut Selatan dan akhirnya menetap di Bali dengan nama Vannen Manx. Dia membuka hotel liburan disana, dikonversi ke ajaran Hindu dan mengambil nama Bali K’toet Diah Tantri. Pada waktu pendudukan Jepang dia disangka sebagai mata-mata Amerika, lalu mereka mengurungnya. Setelah pembebasan dia di Jawa [Malang] kemudian menjadi turut mendukung Soetomo, penghasut ekstremis berusia 23 tahun. Orang-orang pengikut Soetomo yang melakukan pertempuran sengit di Soerabaja melawan Inggris dia disebut ‘Sally dari AS’. Dia juga diberi julukan ‘Suze dari Soerabaja’ keturunan Inggris. Setelah itu kemudian dia muncul di Djokjakarta di bawah naungan seorang komandan Indonesia’. Catatan: Komandan Indonesia di Djokjakarta ini adalah Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Menteri Pertahanan RI) yang diperbantukan kepada Kolonel Zulkifli Lubis (Komandan Intelijen RI). 

Muriel Stuart Walker alias K’toet Tantri tampaknya menikmati hidupnya di Indonesia terutama di kampongnya di Bali. K’toet Tantri adalah seorang Republiken sejati. Akan tetapi K’toet Tantri tidak mengetahui dirinya sedang diincar oleh agen rahasia Belanda-NICA. Namun agen rahasia Amerika Serikat di Indonesia dan Singapoera lebih cepat bergerak sehingga K’toet Tantri dapat diamankan ke Singapoera melalui kerja sama dengan agen intelijen Indonesia yang dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Loebis di Djogjakarta.


K’toet Tantri menjadi musuh Belanda. Muriel Stuart Walker tampaknya sedang dicari oleh agen rahasia Belanda-NICA. Muriel Stuart Walker yang masih berpaspor Amerika Serikat itu sudah diketahui oleh agen-agen rahasia Amerika Serikat. Lalu Muriel Stuart Walker, Republiken Indionesia itu diamankan ke Amerika Serikat pada tahun 1947. Surat kabar Provinciale Drentsche en Asser courant, 01-02-1947 melaporkan bahwa Mrs K’toet Tantri telah berhasil melewati kontrol (barikade) angkatan laut Belanda untuk melarikan diri dari Jawa. Dia diselundupkan oleh agen intelijen Indonesia secara diam-diam diangkut dari Jawa ke Singapura bulan sebelumnya dengan kapal boat 100 ton milik orang Indonesia. Dia sekarang menulis memoarnya di sebuah vila di Singapura. Dia diberikan izin untuk menetap di Singapura selama dua bulan sampai formalitas paspornya selesai. Diaantara orang Indonesia di Sangapoera dia disebut Miss Daventry tetapi ke pihak lain dikatakan orang Amerika. 

K’toet Tantri kemudian diberangkatkan oleh agen rahasia Amerika Serikat ke Los Angeles via Honolulu (Hawaii). Seperti sebelumnya, melalui agen-agen ini selama penantian di Singapoera K’toet Tantri terus memasok berita ke teman-teman jurnalisnya di Amerika Serikat khususnya Martha Gelhom. K’toet Tantri menerima bahan berita dari agen-agen intelijen Indonesia. Surat kabar Nieuwe courant, 05-02-1947 yang mengutip dari kantor berita Antara menambahkan bahwa K’toet Tantri punya rencana untuk menulis di Amerika dan berbicara di radio tentang revolusi nasional di Indonesia. Catatan: Kantor berita Antara, kantor berita Republiken di Djakarta-Batavia yang dipimpin oleh Adam Malik dengan editornya Mochtar Lubis.


Sementara menunggu paspor di Singapoera, K’toet Tantri tanpa diduga memiliki kesempatan berharga ke Djokjakarta. Hal ini terjadi ketika Konsul Jenderal Mesir di Bombay (India) melakukan kunjungan kenegaraan ke RI (di Djokjakarta) pesawat yang ditumpangi mampir di Singapoera (lihat Nieuwe courant, 15-03-1947). Disebutkan yang mengutip dari kantor berita Antara, bahwa ‘Konsul Jenderal Mesir di Bombay, Moh. Abdoel Munim, telah tiba di Djokja dengan pesawat terbang carter. Dia ditemani oleh komentator radio wanita terkenal K’toet Tantri, yang telah menghabiskan beberapa waktu di Singapura. Munim membawa surat-surat dari pemerintah Mesir dan Mohammed Ali Jinna, presiden Liga Islam di India, yang ditujukan kepada Presiden Soekarno. Sekembalinya dari Djokjakarta di Singapoera, K’toet Tantri akhirnya berangkat ke Amerika Serikat. 

Pemerintah Indonesia dan Belanda telah melakukan perundingan dan perjanjian pada yahun 1946, namun pihak melanggar perjanjian. Pihak Belanda kemudian melakukan aneksasi ke wilayah Republik. Propaganda K’toet Tantri diduga kuat yang menjadi sebab terjalinnya hubungan emosional antara Indonesia dan Amerika Serikat (bahwa kedua negara bersifat republic ini sama-sama memproklamasikanya dari tangan penjajahan).


Nieuwsblad voor de Hoeksche Waard en IJselmonde, 25-07-1947: ‘Ir. Soekarno meminta bantuan AS. Indonesia bersikap loyal Presiden Republik Indonesia telah menyampaikan himbauan melalui radio kepada Presiden Truman dan rakyat Amerika agar melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang di Indonesia. Ia mengatakan, meski Inggris telah menawarkan mediasi dalam konflik Indonesia, kekuatan besar lainnya, seperti Amerika Serikat, diperlukan untuk memaksa Belanda menerima tawaran Inggris tersebut. Dilansir Antara, ia mengimbau masyarakat Indonesia untuk terus melawan, karena tidak akan ada keadilan dan keamanan sebelum seluruh bangsa merdeka. Republik terisolasi. Sjarifoeddin telah meminta Konsul Jenderal Australia di Batavia melalui radio untuk mengambil alih perwakilan Republik, dalam rangka memfasilitasi kontak internasional dengan negara-negara netral, sekarang karena kontak dengan Batavia dan dunia luar telah menjadi mustahil sebagai akibat dari operasi militer’. 

Konflik antara Indonesia dan Belanda terus berlanjut. Lalu diadakan kembali perundingan dan perjanjian Renville pada akhir Desember 1947/awal Januari 1948. Perundingan ini juga turut ditengahi oleh Amerika. Perundingan diadakan di atas kapal Amerika Renville di lepas pantai Tanadjoeng Priok. 


Bagi orang Indonesia, Republik Indonesia sudah lahir. Kehadiran Belanda di Indonesia ditentang. Namun Belanda yang memiliki tujuannya sendiri, tidak akan mundur. Perundingan dan perjanjian serta pelanggaran atar perjanjian berulang. Dalam konteks ini, untuk mewakili pemerintah di luar negeri dibentuk perwakilan-perwakilan seperti di New Delhi (India), London (Inggris), Cairo (Mesir) dan New York (Amerika Serikat). Di Amerika perwakilan Indonesia telah ditunjunk LN Palar dan Tjoa Sek Ien (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 12-05-1948).  

Dalam perkembangannya, lagi-lagi pihak Belanda melanggar perjanjian (Renville) dan kemudian melakukan agresi militer kembali ke wilayah Republik pada tanggal 19 Desember 1948. Para pemimpin Indonesia di Djogjakarta, seperti Soekarno dan Mohamad Hatta ditangkap dan akan diasingkan.


Sebelumnya telah ditahan satu pesawat Catalina yang mendarat di lapangan terbang Magoewo tidak lama setelah pendudukan (lihat Nieuwe courant, 20-12-1948). Pesawat diawaki oleh orang Indonesia sebagai pilot kedua, yang mendampingi pilot Amerika yang di dalam pesawat adalah lima anggota TNI (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 21-12-1948). Siapakah pilot kedua di pesewat Amerika tersebut. Yang jelas pesawat ini adalah pesawat yang akan membawa para pemimpin Indonesia mengungsi dari Jogjakarta ke Sumatra (karena terlambat), namun tidak terlaksana yang kemudian pesawat Belanda menduduki lapangan terbang Magoewo. 

Pada waktu penangkapan para pemimpin Indonesia ini, dua orang Amerika, George McTurnan Kahin dan Frances Earle di Jogjakarta tanggal 19 Desember 1948 ditangkap militer Belanda/NICA. Lalu mereka berdua dibawa ke Batavia dengan pesawat (lihat Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 21-12-1948). Ini mirip dengan kajadian satu abad yang lulu tahun 1850 di Palembang dimana Kapten Gibson diinternir ke Batavia (lalu dimasukkan ke dalam penjara) untuk menunggu pengadilan.

 

George McTurnan Kahin dan Frances Earle sudah beberapa waktu berada di Yogjakarta, ibu kota Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda/NICA melakukan invasi ke wilayah Republik di Jawa dan di Sumatra. Target utama invasi ini di Jawa adalah Yogjakarta, yang mana pada pagi hari pesawat terbang Belanda/NICA telah menjatuhkan beberapa bom di Yogjakarta, bahkan ada bom yang jatuh hanya 100 M dari kediaman George McTurnan Kahin. Setelah pasukan memasuki kota siang hari, sejumlah pemimpin republic ditangkap termasuk Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohamad Hatta. Di Batavia tidak terinformasikan apakah sudah ada/belum konsulat Amerika Serikat, tetapi atas alasan keduanya tengah melakukan penelitian di wilayah Yogjakarta, lalu dibebaskan. George McTurnan Kahin melakukan penelitian atas nama Social Research Council, John Hopkins University.di New York dan Frances Earle melakukan penelitian atas nama Geographic Department di Washington University. Lantas mengapa George McTurnan Kahin mengirim berita ke kantor berita United Press di Amerika Serikat? Bagian laporan George McTurnan Kahin sebagai berikut (tidak ditampilkan disini semuanya): ‘Minggu pagi pukul setengah lima saya terbangun oleh suara ledakan yang mengguncang seluruh rumah tempat saya berada. Serangkaian ledakan yang dirasakan setelah itu memperjelas bahwa bom menghantam lapangan terbang. Kami tahu bahwa Angkatan Udara Republik akan melakukan manuver hari itu dan mengira itu telah dimulai. Tetapi ketika beberapa bom menghantam kota itu sendiri, salah satunya hampir seratus meter dari rumah tempat saya berada, kami berubah pikiran. Dengan terkejut kami menyadari bahwa pasti Belanda yang mengincar markas angkatan udara Republik dan tentara Republik, yang terletak di blok yang sama…Sekitar pukul 12:30, pertempuran jalanan yang sengit terjadi dan lebih banyak bom dan peluncur roket berjatuhan… Letnan Belanda memerintahkan semua pria asing untuk meninggalkan rumah. Para wanita diizinkan untuk tinggal di dalam. Dia mengatakan bahwa kami semua akan dipindahkan ke Semarang dengan pesawat…;’. Dalam laporan George McTurnan Kahin juga disebutkan ada seorang pilot Amerika James Fleming dan pilot Filipina Jules Villaneuve ditahan. Dua pilot ditangkap di Djokja karena dicurigai sebagai pelanggar batas blockade yang melayani Republik. 

Pembebasan George McTurnan Kahin tidak sepenuhnya. Fakta bahwa George McTurnan Kahin masih di Batavia, disebut sebagai seorang tahanan rumah (lihat De Volkskrant, 11-01-1949). Sebagai tahanan rumah, tentu saja George McTurnan Kahin masih bebas di dalam rumah/hotel, hanya saja tidak bisa keluar, tetapi komunikasi dengan menggunakan alat komunikasi dimungkinkan meski itu jauh ke Amerika. Laporan George McTurnan Kahin menurut pers Belanda, adalah laporan yang berbeda dari laporan yang mereka terima.


Het nieuwsblad voor Sumatra, 14-01-1949: ‘Aksi protes Liga Indonesia Amerika. New York. 11 Januari. (Aneta). Liga Indonesia Amerika mengadakan pertemuan protes pada Senin malam di Auditorium Roosevelt untuk menentang "agresi Belanda di Indonesia". Pertemuan tersebut dihadiri oleh sekitar 400 orang. Pembicaranya adalah belasan perwakilan dari berbagai organisasi progresif dan internasionalis Amerika, termasuk Murray Baron, ketua Partai Liberal distrik New York. Clark Eichelberger, anggota dewan Asosiasi Amerika untuk PBB, dan Palar, perwakilan Republik untuk Dewan Keamanan (PBB), juga turut berpidato. Inti utama semua pidato tersebut adalah desakan untuk menarik Marshall Plan sebagai sarana yang tersedia saat itu untuk memberikan tekanan pada pemerintah Belanda. Para pembicara menolak argumen bahwa Republik berada di bawah "pengaruh Komunis" dan membela posisi bahwa tindakan Belanda mempromosikan komunisme, karena ditujukan terhadap pemerintah yang baru saja menumpas pemberontakan komunis’.

Lantas siapa pilot kedua pesawat Amerika tersebut? Namanya adalah James Imam Pamoedjo yang saat pendudukan militer Belanda/NICA di Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1948. James Imam Pamoedjo bukan warga negara Indonesia, tetapi warga negara Amerika Serikat.


James Imam Pamoedjo menjadi warga negara Amerika karena pernah bertugas di ketentaraan Amerika selama perang. James Imam Pamoedjo datang ke Indonesia bersama seorang pilot Amerika. James Imam Pamoedjo bersama rekan pilot Amerikanya ditangkap di Djogjakarta dan kemudian dievakuasi ke Batavia/Djakarta (lihat Twentsch dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 21-12-1948). Dalam hal ini, Imam Pamoedjo dengan penambahan nama depan orang Amerika diduga kuat adalah diaspora Indonesia pertama di Amerika Serkat. 

Teman Amerika James Imam Pamoedjo yang juga ditangkap dan dievakuasi ke Batavia digabungkan dengan yang juga ditangkap dan dievakuasi ke Batavia, dua orang Amerika yang disebut tengah melakukan penelitian di Jogjakarta. Dua teman James Imam Pamoedjo adalah James Fleming sang pilot dan seorang Filipina Jules Villaneuve sebagai crew. James Fleming dan Jules Villaneuve ditangkap di Djokja karena mereka dicurigai melewati batas blockade dan melayani orang Republik. Di Batavia, sementara atas alasan penelitian di Jogjakarta, kedua Amerika yang lain dibebaskan, tetapi James Imam Pamoedjo dan pilot serta orang Filipina tetap ditahan.


Dalam perkembangannya James Pamoedjo atas bantuan konsulat Amerika di Batavia dibebaskan (lihat De Maasbode, 22-12-1948). Disebutkan menurut pernyataan dari konsulat Amerika di Batavia, dua orang Amerika dan seorang Filipina, yang mendarat pada hari Minggu dengan sebuah Catalina di lapangan terbang Magoewo, setelah pasukan Belanda meduduki, dibebaskan. Mereka dapat kembali ke Manila melalui Bangkok. Mereka adalah pilot Fleming dari Manila, insinyur penerbangannya dari Filipina, dan satu J. Pamoedjo, seorang warga negara Indonesia, yang menjadi warga negara Amerika melalui naturalisasi setelah bertugas di angkatan bersenjata Amerika Serikat (lihat Nieuwe courant, 23-12-1948). Disebutkan pilot pesawat Catalina yang mendarat di Magoewo tidak lama setelah pendudukan Belanda adalah Fleming seorang Amerika dengan dibantu mekanik dari Filipina dan dua awaknya orang Indonesia yang menjadi warga negara Amerika Serikat. Salah satu awak tersebut adalah James Imam Pamoedjo’. 

Lalu apakah setelah agresi militer Belanda pada bulan Desember 1948 habis? Fakta bahwa para pemimpin Indonesia telah diasingkan, tetapi Republik masih ada di Sumatra (PDRI) dan di luar negeri. Dalam posisi dominan, Belanda kemudian menawarkan genjatan senjata lagi untuk menuju perdamaiaan yang mereka inginkan melalui perundingan awal (Roem-Rojen) yang implikasinya akan dilanjutkan pada perundingan yang lebih lengkap (KMB) di Den Haag. Atas dasar itulah kemudian Pemerintah Republik Indonesia di Jogjakarta dipulihkan kembali pada bulan Juni 1948 (untuk mempersiapkan KMB bulan Oktober 1948 di Den Haag). Namun di sisi lain kedekatan orang Amerika terhadap orang Indonesia telah membuat orang Belanda benci setengah mati. 


Nieuwe courant, 08-07-1949: ‘Amerika yang memalukan menguasai dunia. Itu merupakan variasi dari ungkapan terkenal "Inggris menguasai ombak" yang kini dapat kita sebut sebagai "Amerika menguasai dunia". Perbedaannya adalah bahwa setelah beberapa tahun Inggris telah memperoleh hak melalui Angkatan Lautnya yang kuat untuk menjalankan kekuasaan atas lautan. Hak yang diperoleh dengan cara ini, berdasarkan pencapaian masa lalu, berdasarkan kekuatan potensial di laut, dengan pangkalan di seluruh dunia, adalah hak yang telah mengalami proses pertumbuhan, wawasan, dan pemahaman yang terus berkembang. Amerika, di sisi lain, memiliki hak untuk memperoleh dominasi dunia ini melalui... bom atom dan modal besarnya. Dalam hal politik dan "menguasai dunia", Amerika masih merupakan mahasiswa tahun pertama yang hanya tahu bagaimana mengambil posisi politiknya sendiri dan yang memainkan permainan politiknya dengan cara seorang mahasiswa yang baru saja menyelesaikan tahun pertamanya, atau seperti, yang pertama kali datang setelah perang. yang mengambil keputusan. Bahwa beberapa hal akan menjadi berantakan di sini. yang masih berlaku hingga saat ini sudah jelas dengan sendirinya. Dalam perang melawan komunisme, Amerika telah mempertajam kontroversi melalui kebijakan langsungnya, telah menciptakan dua lingkup pengaruh di mana-mana: di Eropa, di Yunani, di Cina, di Jerman, di Korea dan telah melangkah begitu jauh dalam kebijakannya terhadap Indonesia sehingga telah memutuskan untuk memulihkan "kesusahan" di wilayah-wilayah ini dengan segala cara. Ini didasarkan pada propaganda yang dilakukan oleh Republik di luar negeri, yang ditangani dengan sempurna oleh "Badan Informasi Indonesia" di New York. Konferensi pers Sjahrir, Palar, Sumitro, sentimen kebangsaan mereka, "perjuangan tak seimbang" mereka melawan Belanda, sangat memengaruhi Amerika, sedangkan ramalan Abdul Gani, Maramis, dan Hatta, membangkitkan visi bagi kapital besar. Dengan penguasaannya, unsur Timur telah memainkan permainannya untuk menyerang unsur Barat yang tak menaruh curiga pada orang-orang paling berkuasa di dunia dalam dua ciri utamanya, yakni kekanak-kanakan — itikad baik terhadap ideologi rakyat Indonesia yang miskin, dan rasa lapar materialistis terhadap harta karun yang kaya dari kepulauan ini: Sir Galahad dan Mathew Fox. sang ksatria dan pria dari Wall Street! Belanda, dengan informasi luar negerinya yang terbatas, selalu terikat pada kebijakan tradisional yang tidak menghargai gembar-gembor dan berita utama yang mencolok, kini menjadi korbannya. Amerika melihat peluang ekonomi di Indonesia, dan juga benteng melawan komunisme Asia, (pendapat ini semakin diperkuat oleh perjuangan Sukarno melawan Moeso, Tan Malakka dan "orang dari Praha" di Madinah) dan karena itu memutuskan untuk memaksakan penyelesaian masalah Djokja. Bahwa hal itu berjalan aneh, bahwa Graham dan Merle Cochran memainkan peran yang lebih "aneh", sama sekali tidak penting ketika kita membaca laporan Newton yang diterbitkan Dagblad. Bahwa laporan militer dikumpulkan secara serampangan dapat dimengerti, namun fakta-fakta yang diputarbalikan untuk mematuhi pedoman politik Departemen Luar Negeri atau Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan skandal politik besar yang tidak dapat dibenarkan. Ketika seseorang membaca jawaban pasrah dari Dr van Royen, yang setelah pidato-pidatonya yang cemerlang di Dewan Keamanan, harus menghadapi tugas yang sulit untuk tiba-tiba mengubah haluan dan meninggalkan posisi yang pernah dipertahankannya dengan kuat, di mana ia menyebut kembalinya Tokoh-tokoh Republik sebagai "kepentingan sekunder", jika dilihat dari kedaulatan penuh negara-negara tersebut, maka kebijakan ini sangat kontras dengan sikap otoritas tinggi Amerika di Batavia ini. Dokter van Royen, yang menempatkan dirinya pada level politik tinggi ketika ia melaksanakan tugas sulitnya untuk mewujudkan "konsensus kemauan", di mana ia menerima konsesi terbesar dari pihak Belanda dengan menaruh kepercayaan penuh kepada para pemimpin Republik: Sukarno, Hatta dan Sultan Jogja memang sangat jauh dari kebijakan memalukan Amerika tersebut. Dr van Royen, yang bertindak lebih jauh dengan menyuruh pasukan Belanda mundur sebelum gencatan senjata diumumkan. Mungkin sikap Belanda dapat disebut aneh dalam masalah Indonesia ini, tetapi bagaimanapun juga itu hebat. Belum pernah sebelumnya suatu bangsa menunjukkan kepercayaan seperti itu, di mana masih dengan materi (baca telegram 15 lokomotif dan gerbong, truk dan kendaraan M. L.D., 2000 senjata dll. dll.) yang diberikan Belanda kepada negara baru untuk memulai, sementara pegawai negeri menerima 2 juta gulden sebagai jumlah pertama untuk untuk dapat mendirikan suatu perusahaan. Jika kita kemudian menempatkan bersama-sama dengan pidato-pidato yang menghasut dari Tedjosu'.imana, yang saat ini berada di Republik, dan wakil-wakil republik lainnya, kita hanya dapat menyebut perkembangan politik ini sebagai ejekan terhadap Pernyataan Van Royen-Rum dan Persetujuan Maksud 22 Juni, dan terhadap politik jujur ​​apa pun’. 

Sementara delegasi Republik Indonesia yang dipimpin Drs Mohamad Hatta (Perdana Menteri Indonesia) ke konferensi KMB di Den Haag, Prof. Dr. Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia mewakili Indonesia berangkat ke Amerika dalam rangka menghadiri sidang PBB. Sudah barang tentu Soetan Goenoeng Moelia (Menteri Pendidikan RI kedua) akan disambut perwakilan Indonesia di New York.

 

Het nieuwsblad voor Sumatra, 03-09-1949: ‘Ketua Komite Kontak Sumatera, Prof. Mr. Dr. Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia akan berpartisipasi dalam diskusi di Majelis Umum PBB. Namun sebelum ke Amerika, Ketua Kontak Sumatra beberapa waktu di Belanda dalam rangka berpartisipasi dalam diskusi dengan delegasi KMB. Sebagai koordonator Sumatra untuk seluruh delegasi ke KMB diberikan kepada Mr Sjukur Sonpada dan RO Simatupang sebagai sekretaris. Wakil-wakil Sumatra dalam komite Sumatra ini adalah Tengku Mohammad dari Indragiri, RDA. Chalik Djojoningrat dari Jambi, Dr. Anas dari Minangkabau, N. Toha Effendi dari Lampong, M. Jasin dari Bengkulen, E. Siagian dari Tapanuli dan Tengku Datuk Kasim dari Siak. Foto: Soetan Goenoeng  Moelia di Sidang PBB (kiri) (lihat Twentsch dagblad, 22-10-1949).

Perundingan KMB di Den Haag telah melakukan kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian. Satu yang penting dari perjanjian ini adalah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pengakuan itu baru efektif berlaku pada tanggal 27 Desember 1949.


Nijmeegsch dagblad, 07-11-1949: ‘Meningkatkan perdagangan antara Amerika Serikat. Negara mengharapkan Palar: “Perdagangan segitiga melalui kantor pusat Belanda akan hilang? New York. Pejabat pemerintah Belanda dan Indonesia sepakat bahwa perjanjian baru, yang memberikan kemerdekaan kepada bekas jajahan Belanda, berarti bahwa perdagangan antara negara baru itu dan Amerika Serikat akan diatur. Negara akan menjadi lebih penting, tulis “Journal of Commerce”. LN Palar menyampaikan kepada surat kabar ini bahwa pemerintahan Indonesia yang baru, berkomitmen pada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara-negara akan meminta “beberapa bentuk dukungan keuangan, mungkin pinjaman langsung.” Dia lebih lanjut menyatakan bahwa memperoleh manajemen ekonomi penuh akan menghilangkan perdagangan segitiga melalui perusahaan yang kantor pusatnya berlokasi di Belanda. Upaya akan dilakukan, lanjutnya, untuk “mengarahkan sebagian besar, jika tidak semua, perdagangan antara penjual Indonesia dan pembeli asing,” dalam rangka menyediakan lebih banyak dolar bagi Indonesia untuk impor yang diperlukan. Palar lebih lanjut mengungkapkan bahwa beberapa organisasi pembelian di Amerika Serikat akan dibentuk negara-negara yang akan melakukan pembelian untuk pemerintah Indonesia. Namun, ia belum mau berkomentar mengenai apakah American Indonesian Corporation di bawah pimpinan Matthew Fox akan digunakan untuk tujuan tersebut dan menyatakan belum bisa berbicara secara resmi atas nama pemerintah Indonesia. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa Indonesia ingin terhubung secara ekonomi dengan kawasan mata uang keras. Setelah menunjukkan bahwa ekspor Indonesia melalui jalur resmi Belanda tahun ini sejauh ini belum sesuai dengan perkiraan Belanda, Palar menambahkan’. 

Dalam menuju hari-hari dimana Belanda mengakuai kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 berbagai kegiatan disiapkan di berbagai tempat. Di Amsterdam Mohamad Hatta akan menerima serah terima dari Kerajaan Belanda, di Djakarta dilakukan serah terima dan di berbagai tempat termasuk di Amerika Serikat. Di Amerika sendiri sudah banyak orang Indonesia.


Nieuwe courant, 26-12-1949: ‘Palar, perwakilan RIS di Amerika Serikat. Sejumlah besar warga Indonesia hadir di bandara Schiphol untuk menyambut LR Palar ketika ia mendarat pada Minggu sore pukul empat kurang seperempat dengan pesawat American Overseas Airways Stratocruiser. “Saya akan berdiskusi dengan bos saya, Hatta, dan akan terbang kembali besok, karena akan ada juga upacara kecil di Amerika pada saat serah terima. Koloni Indonesia di sana kemudian akan hadir di rumah saya untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia. Palar menjawab pertanyaan tentang sifat diskusi di Belanda: "Garis yang harus saya ikuti di Lake Success. Sekarang bahwa Republik Indonesia telah diserap ke dalam RIS, tentu saja kita harus mengubah arah. Sangat disesalkan, masalah Nugini masih ada. Saya berharap ini tidak akan menjadi masalah. Kita sudah cukup banyak bertengkar," kata Palar, tertawa. “Saya selalu bekerja 100 persen. Sekarang kesepakatan telah tercapai dan saya senang akan hal itu. Bahagia atau tidaknya saya 100 persen bukanlah inti persoalannya. "Kita sekarang harus mematuhi perjanjian itu dengan itikad baik’. 

Bagaimana dengan K’toet Tantri yang dideportasi Belanda dari Indonesia ke Amerika Serikat? Selama di Amerika Serikat. Yang jelas setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, K’toet Tantri pulang kampong ke Indonesia. Selama di Amerika, diketahui K’toet Tantri tidak diam, dia bahkan memberikan kuliah di universitas dan perkumpulan mahasiswa dimana dia mendesak dukungan untuk orang Indonesia (lihat Twentsch dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 09-01-1950). Disebutkan Muriel Stuart Walker alias K’toet Tantri dengan samaran pada era perang revolusi ‘Suze van Soerabaja’ setelah tiba di Indonesia berharap untuk bertemu Presiden Soekarno di Djakarta dan kemudian akan pulang kampong ke Bali. K’toet Diah Tantri benar-benar pulang kampong ke Bali. Muriel Stuart Walker telah meninggalkan Bali sejak awal pendudukan militer Jepang, 1942. Itu berarti sudah delapan tahun tidak mendapat kabar dari ‘ayah’ dan ‘ibu’ di Bali.


Seiring dengan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda dalam bentuk RIS mengeluarkan prangko yang menyandingkan nama-nama pahlawan Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh Indonesia (lihat De Telegraaf, 28-12-1949). Presiden RIS Soekarno disandingkan dengan George Washington dan Mohammed Hatta disandingkan dengan Abraham Lincoln; Hadji [Agoes] Salim dengan Benjamin Franklin; dan Mr Maramis, yang merancang struktur keuangan dari ‘republik’ Indonesia dengan Alexander Hamilton, sekretaris negara keuangan pertama Amerika Serikat pada tahun 1915.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar