Senin, 20 Agustus 2012

Perumnas Depok: Perumahan Nasional Pertama di Indonesia


Peta Perumnas Depok: 1. Beji, 2 Tengah, 3 Timur Sukmajaya
Perumahan yang dibangun pertamakali oleh pemerintah adalah perumahan nasional (Perumnas) di Depok. Perumahan tersebut mulai dibangun tahun 1976 dengan lokasi di Beji (Depok I). Pada tahun 1977 dibangun lagi di Sukmajaya (Depok II Tengah). Luas tanah perumahan Depok II Tengah 117 Ha. Pada tahun 1978 dibangun lagi di atas lahan seluas 170 Ha di Sukmajaya (Depok II Timur). Lokasi perumahan perumnas ini kini berada di pusat Kota Depok. Pengembang (developer) yang membangun perumnas di Depok itu adalah Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas)--suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perumahan yang didirikan pada tahun 1974. Kini BUMN tersebut telah membangun perumahan dan pemukiman di 400 lokasi di Indonesia dengan total 500.000 unit rumah.

Jalur Pipa Gas (JPG) Alam: Balongan-Cilegon via Depok


Jalur pipa gas (JPG) alam di Depok merupakan bagian dari pipa gas yang berasal dari Balongan (Indramayu) menuju Krakatau Steel (Cilegon). Jalur pipa gas alam ini dibangun Pertamina pada tahun 1974. Pipa gas ini berfungsi sebagai jalur pasokan/distribusi gas melalui pipa dari ladang gas alam di lepas pantai (offshore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk kebutuhan pabrik pupuk (Cikampek), semen (Cibinong), baja (Cilegon), dan pabrik keramik. Di wilayah Depok JPG alam ini melalui Cimanggis, Jalan Juanda, batas kampus UI dan Limo. Pembangunan jalan tol Cinere-Jagorawi (Cijago) dibuat sejajar dengan jalur pipa gas alam ini.

Cagar Alam Depok, Pertama Sejak Era Hindia Belanda: Mengapa Sekarang Disebut 'Taman Hutan Raya"


Buga juga Sejarah Cagar Alam terbaru dalam blog ini Klik Disini

Cagar Alam (Tahura) Depok di tengah pemukiman padat
Cagar Alam Depok sudah ditetapkan sejak era Hindia Belanda. Kini, cagar alam pertama tersebut sering disebut Taman Hutan Raya (Tahura). Cagar alam/tahura Depok ini berada di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok (dekat dengan stasiun kereta api Depok Lama). Hutan yang dulu luasnya 30 Ha, kini hanya tersisa seluas 6 Ha. Hutan ini adalah hutan peninggalan di Depok sejak abad-17. Waktu itu, wilayah Depok masih memiliki hutan yang luas, namun lambat laun hutan tersebut beralih menjadi areal pertanian. Khawatir dengan menyusutnya luas hutan, maka hutan yang masih tersisa oleh Nederlands Indische Vereniging Tot Natuur Berscherming (Perhimpunan Perlindungan Hutan Alam Hindia Belanda) bekerja sama dengan kota praja (Gemeente) Depok ditetapkan sebagai cagar alam (natuur reservaat). Konon, penetapan cagar alam ini dilaporkan kepada Prof Porsch di Wina, Austria dan dinyatakan secara resmi sebagai cagar alam pertama di Hindia Belanda. Peruntukkan hutan  cagar alam merupakan hibah dari seorang partikelir bernama Cornelis Castelein seluas 30 ha. Ini berbeda dengan pembangunan Kebun Raya Bogor di Buitenzorg (Bogor) yang dimaksudkan untuk menghutankan kembali dengan mengumpulkan pohon langka (forest). Cagar Alam Depok sendiri justru ditetapkan untuk tetap mempertahankan keasliannya sebagai asli hutan belantara (jungle).

Minggu, 19 Agustus 2012

Masjid ‘Kubah Emas’ Termegah di Asia Tenggara: Tempat Destinasi Wisata Religi di Depok


Masjid Dian Al Mahri atau lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas. Masjid Dian Al Mahri ini terletak di Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Masjid yang mulai dibangun 2001 dan selesai tahun 2006 berdiri di atas lahan seluas 70 Ha. Masjid ini tergolong  masjid termegah di kawasan Asia Tenggara. Bangunan masjid memiliki luas 8.000 M2 yang terdiri dari bangunan utama, mezanin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu dan ruang wudu. Masjid ini mampu menampung 15 ribu jamaah shalat dan 20 ribu jamaah taklim.  Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996.

Depo KRL di Depok: Terbesar di Asia Tenggara


Depo KRL Depok terletak di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok (di sebelah selatan Stasiun Depok Lama). Depo berfungsi sebagai ‘bengkel’ perawatan rutin kereta yang mencakup pemeriksaan harian, bulanan dan tahunan serta perbaikan-perbaikan kecil untuk memastikan kenyamanan dan keamanan kereta api. Depo ini dibangun sejak 2004 di atas lahan seluas 26 Ha dan dioperasikan tahun 2008. Depo ini memiliki panjang 1,3 Km dengan lebar 200 meter. Fasilitas yang dimiliki Depo Depok ini terbilang lengkap yakni 14 Jalur rel stabling (area perkir), gedung kantor seluas 2.200 M2, gedung pemeliharaan seluas 8.600 M2 dan kawat listrik pensuplai daya sepanjang 21.800 meter serta dilengkapi dengan mes masinis sebanyak 30 kamar dengan jumlah tempat tidur 120 unit tempat tidur. Kapasitas depo ini mampu menampung sebanyak 224 unit KRL dan menjadi depo yang terbesar di Asia Tenggara.

‘Rumah Tua Cimanggis’ di Depok: Pesanggrahan Janda Gubernur Jenderal Belanda

*Untuk melihat Sejarah Cimanggis Depok dalam blog ini Klik Disini

Rumah Cimanggis adalah rumah yang terletak di jalur Batavia-Buitenzorg via Cibinong di Cimanggis. Rumah ini merupakan pengganti sebuah pesanggrahan sederhana yang pemilik awalnya adalah janda Gubernur Jenderal Petrus Albertus Van der Parra, meninggal 1787. Rumah Cimanggis pernah berperan dalam membuka hutan antara Jakarta-Bogor pada abad ke 18. 

‘Rumah Tua Pondok Cina’: Rumah Pertama di Pondok Cina, Depok


Rumah Tua Pondok Cina dibangun pada 1841. Didirikan dan dimiliki seorang arsitek Belanda, tapi pada pertengahan abad ke-19 dibeli oleh saudagar Tionghoa, Lauw Tek Lock dan kemudian diwariskan kepada putranya bernama Kapitan Der Chineezen Lauw Tjeng Shiang. Di sekitar rumah tua ini terdapat perkebunan karet dan persawahan. Yang tinggal di daerah tersebut hanya lima keluarga yang semuanya orang keturunan Tionghoa.  Mereka ini selain berdagang ada juga yang bekerja sebagai petani di sawah sendiri serta bekerja di ladang kebun karet milik tuan tanah orang-orang Belanda.  Dalam perjalanan waktu, beberapa keluarga ada yang pindah ke tempat lain yang tidak diketahui apa alasannya sampai akhirnya hanya satu keluarga yang tersisa. Keluarga ini mendiami rumah tua yang kini situsnya masih dapat dilihat di Margo City.

‘Rumah Tanah Baru' F. Widayanto di Depok: Galeri Maestro Keramik Indonesia


‘Rumah Tanah Baru' atau juga disebut 'Rumah Keramik’ F. Widayanto beralamat di Jalan Curug Agung No. 1 Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok. Rumah keramik ini pemiliknya adalah F. Widayanto, seorang maestro keramik terkenal di Indonesia, yang didalamnya dipenuhi dengan aneka kreasi keramik yang mewarnai bangunan rumah ini mulai dari lantai, dinding, patung-patung hingga peralatan kamar mandi.. Rumah keramik yang pertama dan terbesar di Jabodetabek ini dibangun di atas tanah seluas 1.3 Ha. Areal rumah kermaik ini dibangun tahun 1997 yang terdiri dari tiga dataran (berundak-undak) yang dipenuhi dengan aneka pepohonan hijau yang membuat rumah keramik ini tampak asri dan susana segar bebas polusi. 

‘Karnos Filmmaking Camp’ Rano Karno di Depok: Si Doel Jadi Dosen Anak Sekolahan

‘Karnos Filmmaking Camp’ adalah salah satu unit bisnis PT Karnos Film yang bergerak di bidang pelatihan dan pendidikan secara menyeluruh di bidang digital filmmaking and broadcasting. Kampus ‘Karnos Filmmaking Camp’ beralamat di Jalan Alternatif Cibubur, Kota Depok. Gedung kampus ini dibangun di atas tanah seluas 4.000 M2. Dengan telah dibukanya Tol Cinere–Jagorawi (Cijago) maka kampus ini menjadi lebih mudah dijangkau dari pusat Kota Depok.

Sabtu, 18 Agustus 2012

‘Panggung Kita’ Iwan Fals di Depok: Bongkar!

 *Artikel Sejarah Tapos dalam blog ini Klik Disini

‘Panggung Kita’ adalah sebuah sebutan untuk menunjukkan pada sebuah panggung pertunjukan yang terletak di halaman belakang rumah Iwan Fals. Areal rumah Iwal Fals seluas 1.5 Ha yang berlokasi di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Awalnya, Iwan pada tahun 1982 membeli tanah yang menjadi tempat tinggalnya sekarang hanya sekadar untuk investasi saja. Namun di tahun 1995, Iwan berkekuatan hati untuk membangun areal tersebut menjadi tempat tinggal.  Iwan Fals sendiri membangun sebuah rumah besar yang luas tanahnya  6.000 M2. Di dalam kavling rumah ini juga terdapat sebuah studio musik dan garasi mobil (termasuk bus). Sementara sisa areal digunakan untuk bangunan toko, pendopo, kantor organisasi penggemar yang diberi nama Oi dan sebuah panggung terbuka yang dikenal sebagai ‘Panggung Kita’.