Jumat, 21 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (4): JH Wattimena, Orang Ambon Pertama Studi ke Belanda, 1881; Kweekschool Ambon Didirikan 1874


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

JH Wattimena adalah guru pertama dari Ambon yang melanjutkan studi ke Belanda. JH Wattimena lulus sekolah guru dan mendapat akte guru di Amsterdam tahun 1884. Tahun itu juga JH Wattimena kembali ke tanah air. JH Wattimena kemudian ditempatkan menjadi guru di sekolah guru (kweekschool) di Ambon. JH Wattimena dalam hal ini adalah guru kedua dari Hindia Belanda yang menyelesaikan studi guru di Belanda dan kembali ke tanah air.

JH Wattimena (belum menemukan foto/lukisan)
Pada tahun 1874 di Ambon didirikan sekolah guru (kweekschool) negeri. Pada tahun 1878 diberitakan JH Wattimena telah diangkat pemerintah sebagai guru di Allang (lihat Bataviaasch handelsblad, 08-08-1878). Besar dugaan JH Wattimena adalah alumni pertama Kwekschool Ambon. Setelah beberapa tahun mengajar di Allang, pada tahun 1881 JH Wattimena diberitakan berangkat studi ke Belanda.

Riwayat JH Wattimena sangat istimewa dalam Sejarah Ambon. Namun nama JH Wattimena nyaris terlupakan. Padahal JH Wattimena adalah seorang pionir di Ambon untuk studi ke Belanda. Lantas bagaimana asal-usul mengapa JH Wattimean studi ke Belanda. Jawaban pertanyaan ini akan sendirinya menjelaskan bagaimana awal mula pendidikan bagi pribumi di Hindia. Semangat JH Wattimena ini tentu saja menarik untuk diperhatikan. Sebab kiprah JH Wattimena dapat dianggap sebagai bagian dari modernisasi pendidikan di Ambon khususnya dan Maluku umumnya. Untuk itu, mari kita telusuri.  

Selasa, 18 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (3): Thomas Matulesia, Pattimoera Pahlawan Saparoea; Dihukum Gantung di Kota Ambon, 1817


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Kapitan Pattimura adalah Pahlawan Maluku. Pattimura adalah sebutan penduduk bagi Thomas Matulesia yang secara terang-terangan melawan Pemerintah Hindia Belanda di Saparua. Pemberontakan yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura ini meletus pada tanggal 15 Mei 1817. Fort Duustede diserang. Residen van der Berg dan keluarga tewas.

Sebuah lukisan (1835)
Peristiwa pemberontakan di Saparua ini terjadi setahun setelah penyerahan Inggris kepada Belanda. Sebagaimana diketahui Inggris menguasai Hindia sejak tahun 1811 hingga 1816. Thomas Matulesia sebelumnya adalah milisi Inggris dengan pangkat Sersan Mayor.  

Bagaimana duduk soal peristiwa ini kurang terinformasikan secara rinci pada masa ini. Oleh karena peristiwa ini terjadi dua abad yang lalu, maka detail peristiwa banyak yang hilang. Setali tiga uang penggambaran sosok tentang Thomas Matulesia sebagai Pattimoera juga terkesan sedikit memudar. Untuk lebih mencerahkan gambaran peristiwa dan tokoh Pattimoera tersebut, artikel ini mendeskripsikan kembali berdasarkan sumber-sumber masa lampau. Mari kita lacak!   

Senin, 17 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (2): Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn; Pionir Ahli Botani dan Geografi Sosial di Ambon


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Tiga orang pertama, Frederick de Houtman, Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn tidak pernah ditemukan dalam sejarah Kota Ambon masa kini, padahal ketiganya adalah tiga nama tokoh penting di era awal Kota Ambon. Memahami sejarah dengan memperhatikan kiprah orang-orangnya, sesungguhnya menjadikan sejarah itu lebih mudah dipahami dan lebih menarik untuk dibicarakan. Kesalahan memilah dan memilih konten yang tepat, tulisan sejarah bisa menjadi sampah. Tiga orang pertama ini sejatinya menjadi faktor utama mengapa Kota Ambon menjadi penting di lintasan sejarah Indonesia (baca: Hindia Timur/Hindia Belanda).  

Georg Eberhard Rumphius
Frederick de Houtman adalah peletak dasar sistem pemerintahan VOC/Belanda. Georg Eberhard Rumphius adalah perintis penyelidikan botani di Hindia Timur dan Francois Valentjn adalah orang Belanda pertama yang menyusun sejarah VOC/Belanda di Hindia. Ketiganya, secara defacto memulainya di Kota Ambon.

Siapa Frederick de Houtman sudah dideskripsikan di artikel pertama. Georg Eberhard Rumphius dan Francois Valentjn seharusnya ditempatkan pada urutan kedua dan ketiga dalam perjalanan sejarah Kota Ambon. Francois Valentjn dan Georg Eberhard Rumphius meski memiliki minat yang berbeda tetapi keduanya secara personal sangat dekat satu sama lain. Georg Eberhard Rumphius boleh dikatakan adalah guru Francois Valentjn. 

Minggu, 16 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (1): Kota Ambon, Bermula di Fort Victoria; Frederik de Houtman di Pulau Ambon, Maluku, 1605


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini 

Membaca keseluruhan sejarah Kota Ambon tidak mudah. Demikian juga meringkas sejarah Kota Ambon juga tidak mudah. Seperti halnya Kota Batavia, sejarah Kota Ambon sangat luar biasa banyaknya. Hanya Kota Batavia dan Kota Ambon yang memiliki detail sejarah paling lengkap dari sudut pandang masa kini. Oleh karena itu, menulis sejarah Kota Ambon tidak akan pernah selesai.

Peta Ambon, 1665
Sumber tertua untuk memulai mempelajari awal sejarah Ambon adalah buku François Valentyn yang terbit tahun 1724 dengan judul Oud en nieuw Oost-Indien (sub judul vervattende een naaukeurige en uitvoerige verhandelinge van Nederlands mogentheyd in die gewesten, benevens eene wydlustige beschryvinge der Moluccos, Amboina, Banda, Timor, en Solor, Java en alle de eylanden onder dezelve landbestieringen behoorende). Sumber ini tela diperkaya oleh JKJ de Jonge dengan bukunya yang terbit tahun 1865 berjudul De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost Indie, 1595-1610. Keutamaan buku François Valentyn karena orang Belanda pertama yang menghubungkan sejarah VOC dengan sejarah Portugis di Hindia. François Valentyn masih menemukan dokomen-dokomen Portugis di Batavia sebagai sumber primer. Sedangkan buku JKJ de Jonge, meski tidak bersentuhan langsung dengan dokumen Portugis dan dokumen VOC/Belanda tetapi cukup berhasil mengakumulasi dokomen sekunder secara detail tentang awal permulaan (orang-orang) VOC/Belanda di Hindia.

Sejarah Kota Ambon tidak ditemukan dalam laporan Cornelis de Houtman karena ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) hanya sampai di Bali. Dalam sumber-sumber Belanda, sejarah Ambon baru dimulai pada saat ekspedisi yang dipimpin oleh Streven van der Hagen (1603-1605). Dua ekspedisi ini kebetulan catatan hariannya telah dibukukan dan dapat dibaca pada masa ini. Orang VOC/Belanda pertama di Ambon adalah Frederik de Houtman. Frederik de Houtman sendiri adalah adik kandung Cornelis de Houtman. Pada tahun 1605 Frederik de Houtman ditempatkan di Ambon.    

Sejarah Kota Depok (53): Cornelis Chastelein Tidak Hanya Tinggalkan Surat Wasiat, Juga Naskah Akademik


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Cornelis Chastelein dikenal karena telah menulis surat wasiat kepada para pekerjanya di Depok. Surat wasiat itu kemudian dipublikasikan oleh seorang pengacara setelah Cornelis Chastelein tutup usia. Surat wasiat tersebut telah dikutip dalam artikel lain dalam seri artikel Depok ini. Namun ternyata, Cornelis Chastelein juga adalah seorang penulis yang andal. Oleh karenanya, Cornelis Chastelein, pandangan selama ini Cornelis Chastelein sebagai seorang pejabat VOC, tetapi juga ternyata seorang akademisi.

Tulisan Cornelis Chastelein (1855)
Tulisan Cornelis Chastelein ini dimuat dalam Jurnal Tijdschrift  voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde yang terbit di Batavia tahun 1855. Tulisan Cornelis Chastelein ini cukup panjang dari halaman 63 hingga 104. Suatu tulisan seorang pejabat yang terbilang komprehensif pada era VOC. Jurnal ini diterbitkan oleh Het Bataviaasch Genootshap van Kunsten en Wetenchappen, onder Redactie Dr. R. Bleeker, J Munich en Elisa Netscher (Deel III), Batavia. Lange en Co, 1855.

Apa yang menjadi isi tulisan Cornelis Chastelein adalah satu hal, bagaimana munculnya upaya penerbitan (jurnal) di Hindia adalah hal lainnya. Dua hal ini tentu saja saling berkaitan. Oleh karena itu para pengelola jurnal yang kali pertama terbit tahun 1853 ini menganggap tulisan Cornelis Chastelein dianggap relevan sebagai salah satu tulisan yang dibuat pada era VOC. Setelah menelusuri semua edisi jurnal pada tahun-tahun awal, ternyata tulisan Cornelis Chastelein dapat digolongkan sebagai tulisan yang unik dan satu-satunya tulisan yang berasal dari era VOC.

Sejarah Kota Depok (52): Zulkarnain Alfisyahrin, DAN-IV Karate, Caleg DPRD Jabar 2019; Partai Nasdem, Dapil Kota Bekasi dan Depok


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini 

Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 adalah pemilu yang sangat unik. Untuk kali pertama Pemilu di Indonesia melangsungkan lima kegiatan pemilihan sekaligus, yakni: Presiden/Wakil Presiden; Anggota DPR Tingkat Pusat, Anggota DPD, Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) ini akan serentak digelar tanggal 17 April 2019. Salah satu Calon Legislatif DPRD Provinsi Jawa Barat di daerah pemilihan (Dapil) Kota Bekasi dan Kota Depok adalah Zulkarnain Alfisyahrin.

Zulkarnain Alfisyahrin, DAN IV Karate
Pada hari-H Pemilu tanggal 17 April 2019 di Tempat Pemungutan Suara (TPS), kita diberi lima lembar untuk dicoblos. Sangat sulit membayangkan seberapa banyak tanda gambar yang harus dipilih untuk masing-masing lembar yang berbeda. Dalam rangka inilah seorang kawan lama di Bekasi bernama Zulkarnain Alfisyahrin mengabarkan kepada saya bahwa telah resmi menjadi daftar calon tetap (DCT) mewakili Partai Nasdem untuk calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat di Dapil Kota Bekasi dan Kota Depok.

Saya sempat tertegun pencalonan Zulkarnain Alfisyahrin.Dia adalah kawan lama. Ingatan saya kembali ke masa lampau sejak di kampung. Dia adalah kawan saya sejak masih SMA di sebuah kota kecil di pedalaman Sumatra: Kota Padang Sidempuan. Saya baru ingat kembali, dialah yang mengajari saya belajar sampai bisa mengendarai sepeda motor HONDA CB 100. Artikel ini didedikasikan kepadanya tentang riwayat masa lampau hingga dia menjadi warga Kota Bekasi dan saya menjadi warga Kota Depok. Berikut inilah kisahnya.

Sabtu, 15 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (13): Daftar Panjang Organisasi Kebangsaan Tempo Dulu; Medan Perdamaian di Padang dan Awal Kebangkitan Nasional Indonesia


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, terbentuknya Republik Indonesia sejatinya dibangun di atas fondasi organisasi-organisasi kebangsaan. Dalam hal ini organisasi adalah kumpulan orang-orang Indonesia yang secara sadar untuk berserikat. Mereka mengawali dengan memupuk persatuan dan permufakatan lalu kemudian membentuk perhimpunan atau perserikatan. Dengan menyatukan semua energi para anggota di dalam organisasi akan menciptakan bargaining yang lebih kuat (baik untuk membantu memperkuat anggota maupun untuk melawan penjajah). Organisasi adalah wujud baru yang terbentuk di luar kekuasaan tradisional (aristokrasi/kerajaan yang telah diperalat penjajah).

De locomotief: Samarangsch handels en adv blad, 21-08-1902
Orang pribumi awalnya belajar berorganisasi dari orang-orang Eropa/Belanda yang berada di luar kekuasaan pemerintah (Pemerintah Hindia Belanda). Mereka itu adalah orang swasta, pensiunan pegawai atau militer yang kemudian membentuk organisasi sosial yang disebut societeit. Organisasi orang-orang Eropa/Belanda (societeit) ini lalu juga muncul pada bidang peminatan/profesi. Organisasi sosial (societeit) pertama didirikan di Padang tahun 1834. Organisasi (societeit) ini kemudian didirikan di Batavia (yang disebut Harmonie dan Concordia), di Soerabaja (Harmoni dan Concordia), di Semarang, di Bandoeng (Concordia), di Medan (De Witte) dan kota-kota lainnya. Semua organisasi-organisasi sosial tersebut berbadan hukum (disahkan oleh pemerintah)

Pada tahun 1900 di Padang, Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda menggagas dibentuknya organisasi sosial di kalangan pribumi. Organisasi ini diberinama Medan Perdamaian. Presiden/direktur pertama organisasi Medan Perdamaian adalah Dja Endar Moeda. Organisasi Medan Perdamaian dalam hal ini adalah organisasi kebangsaan Indonesia pertama.

Jumat, 14 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (12): Daftar Panjang Surat Kabar Indonesia Tempo Dulu; Pertja Barat, Awal Pencerdasan Bangsa


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Surat kabar (koran) di Indonesia bukanlah baru. Sejarah surat kabar di Indonesia sejatinya sudah lama. Surat kabar Indonesia bermula dari surat kabar berbahasa Melayu yang dimiliki oleh investor Eropa/Belanda. Jenis surat kabar inilah kemudian yang diteruskan oleh orang Indonesia menjadi surat kabar nasional baik yang berbahasa Melayu maupun bahasa daerah.

Surat kabar pertama berbahasa Melayu, 1856
Surat kabar berbahasa Melayu pertama terbit tahun 1856 di Surabaya yakni Soerat kabar Bahasa Melaijoe yang diterbitkan E. Fuhri & Co. Lalu pada tahun 1858 di Batavia terbit Soerat Chabar Batawie yang diterbitkan oleh Lange en Co. Surat kabar berbahasa Belanda juga terus bertambah. Surat kabar ketiga berbahasa Melayu terbit tahun 1860 di Batavai bernama Selompret Malajoe, Soerat Kabar Basa Malajoe Rendah yang diterbitkan oleh GCT van Dorp. Sejak itu surat kabar berbahasa Melayu terus bertambah dan berkembang.

Surat kabar berbahasa Melayu pertama yang investornya pribumi dimulai di Padang. Pada tahun 1900 Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda mengakuisi surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat beserta percetakannya. Percetakan Winkeltmaatschappij (sebelumnya Paul Bauner & Co). Saat akuisisi percetakan Pertja Barat ini, Dja Endar yang juga editor Pertja Barat langsung pada tahun itu menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu Tapian Na Oelie dan majalah (pembangunan dan pertanian) dwimingguan Insulinde. Kedua media ini juga dipimpin editor Dja Endar Moeda. Singkat kata: Dja Endar Moeda adalah investor pertama pribumi di bidang media. Dja Endar Moeda sebelumnya pernah mengatakan sekolah dan pers sama pentingnya. Pers juga dapat mencerdaskan bangsa.

Minggu, 09 Desember 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (11): Liga-1 Indonesia 2018, Liga Paling Kompetitif di Dunia; Menit Terakhir Juara dan Degradasi


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Saat ini anda sedang mengikuti pertandingan terakhir (pertandingan ke-34) Liga-1 Liga Indonesia yang dilakukan secara simultan di lima tempat yang berbeda. Lima pertandingan ini untuk menentukan klub mana yang menjadi juara liga dan klub-klub mana yang harus degradasi (turun ke Liga-2. Pertandingan dimulai sejak pukul 15.30 WIB.

Posisi Klassemen Pertandingan ke-33 Liga-1 Indonesia 2018
Liga-1 Liga Indonesia 2018 boleh dikatakan sebagai liga paling kompetitif di dunia. Hingga pertandingan terakhir liga belum bisa menentukan klub mana yang menjadi juara (The Winner) dan juga belum bisa menentukan tiga klub yang akan terdegradasi. Tidak hanya itu, interval poin tertinggi (kandidat juara) dan poin terendah (kandidat terdegradasi) relatif kecil.

Bagaimana Liga-1 Liga Indonesia 2018 dapat disebut liga paling kompetitif di dunia? Itu yang menjadi pertanyaannya. Liga-1 Liga Indonesia dapat dikatakan sebagai liga yang langka dan dapat dikategorikan sebagai salah satu liga paling kompetitif sepanjang masa. Marik kita simak.

Jumat, 07 Desember 2018

Sejarah Kota Padang (57): Djamaloedin Rasad dan Mahasiswa Asal Sumatra di Belanda, 1905; Peran Dja Endar Moeda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini 

Djamaloedin atau lengkapnya Baginda Djamaloedin bin Mohamad Rasad bukanlah orang biasa, tetapi pemuda luar biasa, mahasiswa pertama asal Kota Padang yang kuliah jauh di negeri Belanda. Djamaloedin tiba di Amsterdam, Belanda pada tahun 1903. Sementara itu mahasiswa pertama Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah Raden Kartono yang tiba di Belanda tahun 1896. Raden Kartono adalah abang dari Raden Adjeng Kartini.

Buku Djamaloedin (1920)
Djamaloedin sebelum berangkat studi ke Belanda adalah asisten redaktur majalah dwimingguan Insulinde yang terbit di Padang (1901-1902). Djamaloedin adalah alumni sekolah guru (kweekschool) di Fort de Kock (kini Bukittinggi). Majalah Insulinde terbit kali pertama tahun 1900.

Nama Djamaloedin kurang dikenal, padahal Djamaloedin adalah mahasiswa pertama asal Kota Padang di Belanda. Soal popularitas adalah masalah lain, tetapi bagaimana Djamaloedin tiba di Belanda dan melanjutkan studi di perguruan tinggi menjadi hal yang penting. Saat Djamaloedin tiba di Belanda jumlah mahasiswa Indonesia di Belanda masih hitungan jari. Untuk menambah pemahaman kita mari kita telusuri siapa dan bagaimana (Who is Who) kiprah Baginda Djamaloedin.