Selasa, 28 Januari 2020

Sejarah Padang Sidempuan (2): Sinondang Sipirok, Sinondang Tapian Na Uli, Gordon Tobing; Sejarah Musik Modern di Sipirok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Tempo doeloe di Djakarta ada muziek orchest namanya Sinondang Tapian Na Uli. Orkest musik ini didirikan oleh pemuda-pemuda asal Sipirok, Tapanuli. Orkest musik bukan gondang, tetapi band. Grup musik ini membawakan lagu-lagu daerah Tapanoeli khususnya daerah Sipirok. Pada tahun 1952 Sinondang Tapian Na Uli merekrut Gordon Tobing. Tahun ini pula Sinondang Tapian Na Uli dan Gordon Tobing mulai tampil di radio Djakarta.

Lagu dari Sipirok, Sinondang Sipirok di Djakarta (1954)
Pemuda-pemuda Sipirok di Tapanoeli terbilang awal dalam penggunaan alat-alat musik modern (Eropa). Ketika para pemuda Sipirok di era kolonial Belanda cukup banyak di Batavia mereka mendirikan grup musik. Beberapa nama yang turut bergabung dalam grup musik Sipirok ini antara lain Saidi Hasjim Nasution (ayah dari Keenan Nasution) dan Ismail Harahap (ayah dari Ucok AKA) dan Sakti Alamsjah Siregar (pendiri surat kabar Pikiran Rakyat Bandung). Satu pemusik lagi yang berafiliasi dengan grup musik Sipirok ini adalah komponis terkenal Nahum Situmorang (lahir di Sipirok, 14 Februari 1908). Grup musik asal Sipirok ini pada pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda namanya disebut Sinondang Na Uli. Pada awal tahun 1980an ketika saya masih kuliah, di Jakarta terbentuk organisasi naposo nauli bulung (pemuda-pemudi) asal Tapanuli Selatan (lahir di Tapanuli Selatan, lahir di Jakarta dan sekitar) yang diberi nama Sinondang. Dalam bnku tahunan saya lihat para donatur sangat wah semisal Adam Malik, Ir. Hasjroel Harahap, Dr, Arifin Siregar, Jenderal AH Nasution dan Sakti Alamsjah. Para seniot tampaknya sedang bernostalgia.
.
Ketika nama Gordon Tobing menjadi lebih terkenal dan banyak menerima order tampil di berbagai acara, grup musik Sinondang Tapian Na Uli berganti nama menjadi Sinondang Sipirok (sejak Agustus 1955). Bagaimana musik berkembang lebih awal di Sipirok (Tapanoeli) adalah satu hal dan bagaimana terbentuk grup musik Sinondang Sipirok di Djakarta adalah hal lain lagi. Untuk lebih memahaminya dan menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 27 Januari 2020

Sejarah Jakarta (79): Orangtua EDDIE van Halen Menikah di Jakarta, 1950; Ibu Lahir di Rangkasbitung, Nenek Asli Purworejo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Eddi van Halen, gitaris dari group band hard-rock asal Pasadena, California dalam satu wawancara televisi ketika ditanya ibunya berasal darimana? Eddie van Halen menjawab: Indonesia. Lalu, ditanya lagi. Tepatnya dimana? Rangkasbitung. Eddi van Halen menyebut dengan pasti dua nama tempat: Indonesia dan Rangkasbitung. Informasi ini membawa kita ke dalam pertanyaan baru: Siapa keluarga Alex dan Eddie van Halen serta darimana asal ibunya?

Java-bode, 11-08-1950
Beberapa waktu yang lalu kita juga mendapat informasi bahwa Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau memiliki garis keturunan Indonesia. Tepatnya dari garis keturunan ibu seorang gadis Nias. Ketika dicek di internet, memang dalam silsilah dari garis keturunan ayahnya tercatat menikah dengan seorang gadis Nias di Padang. Dalam hubungan ini telah disajikan artikelnya dalam blog ini dengan judul: Sejarah Kota Padang (9): Ini Riwayat Keluarga Intveld di Padang, Nenek Moyang PM Kanada J. Trudeau; Gadis Nias Jelita (diupload tanggal 7 April, 1917).  

Satu keterangan yang pasti bahwa orang tua Alex dan Eddie van Halen adalah ayah mereka Jan van Halen dan ibu adalah Eugenia van Beers. Orangtua mereka menikah di Djakarta pada tanggal 11 Agustus 1950 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-08-1950). Lantas pertanyaanya, apakah ibu mereka yang disebut lahir di Rangkasbitung adalah juga gadis asli Rangkasbitung, Lebak? Untuk mendapat keterangan yang lebih banyak, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 

Minggu, 26 Januari 2020

Sejarah Padang Sidempuan (1): Guru Dja Mangantar Wafat di Kemajoran Batavia, 1874; Murid Terbaik Willem Iskander


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Dja Mangantar gelar Baginda Radja hanyalah seorang guru sekolah dasar, namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Pemerintah Hindia Belanda membangun makamnya di Kemajoran Batavia begitu megah. Hal itu sangat jarang terjadi. Pemerintah Hindia Belanda memberikan penghargaan kepada seorang pribumi jika benar-benar sangat berjasa. Bukankah Dja Mangantar gelar Baginda Radja hanya seorang guru?

Sejarah Padang Sidempuan adalah serial artikel sejarah Padang Sidempuan dan sekitar. Sejak 1905 Afdeeling Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli terdiri dari tiga onderafdeeling, yakni Onderafdeeling Angkola en Sipirok, Onderafdeeling Mandailing en Natal, Onderafdeeling Batangtoroe dan Onderafdeeling Padang Lawas. Kota Padang Sidempoean pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanoeli (1875-1905). Pada masa kini Afdeeling Padang Sidempoean adalah Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri dari empat kabupaten dan satu kota (Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara). Serial artikel Padang Sidempuan ini telah melengkapi sejarah kota-kota di dalam blog ini. Seelumnya sudah ada serial artikel Kota Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Bandung, Kota Surabaya, Kota Jogjakarta dan lainnya (lihat peta). Masih ada beberapa kota yang masih tahap pengumpulan data.

Makam Dja Mangantar gelar Baginda Radja disebutkan berada di Kemajoran, Batavia. Disebutkan dalam keterangan foto yang dibuat Petz & Co, Dja Mangantar meninggal di Batavia pada tanggal 8 Oktober 1874 dalam usia 22 tahun dan dimakamkan di Kemajoran (Overleden op 8 Oktober 1874 op 22-jarige leeftijd). Masih muda, namun sudah mendapat penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana bisa? Untuk memahaminya, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.    

Sejarah Jakarta (78): Sejarah Kemayoran, Majoor St Martin hingga Jozef Benjamin de Buda; Sejarah Musik Keroncong di Batavia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Ada nama lagu Krontjong Kemajoran. Itu tempo doeloe. Lagu ini dibawakan oleh Miss Netty di bawah label Muziek Vereeniging Jong Java. Namun bukan lagu Krontjong Kemajoran itu yang akan diperhatikan, tetapi tentang sejarah awal Kemayoran dan sejarah musik keroncong di Batavia (kini Jakarta). Tempo doeloe di Kemajoran terdapat tempat pertujukan musik keroncong yang pengunjung harus membayar tiket masuk. .

Lagu Krontjong Kemajoran direkam oleh Delima Recording dalam gramplaat (piringan hitam), Lagu ini dinyanyikan oleh Miss Netty atas pesanan Muziek Vereeniging Jong Java. Kapan tahun beredarnya tidak disebutkan. Namun karena ini dipesan oleh divisi Jong Java (Muziek Vereeniging) maka maka rekaman ini dibuat antara tahun 1915 dan 1929 (didirikan dan dibubarkannya Jong Java). Jika dikaitkan dengan perusahaan rekaman pertama di Batavia (Populair milik Yokintjam di Pasar Baroe) tahun 1927, maka rekaman ini dibuat sekitar 1927-1929. Lantas siapa itu Miss Netty? Tentu saja seorang penyanyi dari grup orschest tertentu (boleh jadi dalam hal ini Delima Orchest). Miss Netty dikenal sebagai seorang penyanyi (lihat De Indische courant, 09-10-1937).  

Tentu saja sejarah Kemayoran sudah pernah ditulis yang lain. Namun tentu saja masih banyak bolongnya. Sementara itu soal sejarah keroncong di Batavia tapaknya belum tergali secara mendalam. Dengan meminjam judul lagu Krontjong Kemajoran artikel ini akan menggali lebih dalam lagi sejarah Kemajoran dan sejarah keroncong di Batavia. Untuk meningkatkan pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sabtu, 25 Januari 2020

Sejarah Kota Surabaya (26): Tielman Brothers di Belanda, The Timor Rhythm Brothers di Indonesia;Band Tertua Surabaya


*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe di Surabaya terdapat band keluarga. Band ini muncul tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia. Nama group band ini diberi nama The Timor Rhythm Brorhers. Disebut brothers karena terdiri dari anak-anak dari Herman P Tielman, seorang mantan KNIL asal Timor (Koepang). Awalnya personil band belia ini hanya terdiri dari empat anak laki-laki Tielman. Dalam perkembangannya menyusul anak perempuanya bernama Jany yang masih berusia tujuh tahun.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 11-03-1950
Meski para personil band ini masih belia tetapi sudah manggung dimana-mana bahkan melakukan tour hingga Makassar dan Medan. Tentu ssja dalam setiap manggung band belia ini ditemani oleh Mama dan Papa. Band ini membawakan lagu-lagu dengan irama musik Indonesia dan musik Barat serta Hawaian. Dalam setiap pertunjukan di panggung band yang masih tegolong anak-anak, Mama mengurusi soal kostum tipikal ibu-ibu dan Papa mengawasi di belakang panggung untuk urusan peralatan dan musik semacam sutradara.  

Bagaimana lahirnya group musik (band) ini dan seperti apa perjalanannya kurang terinformaiskan dengan baik. Sebagai band yang lahir pasca kemerdekaan Indonesia, band brothers ini terbilang tua untuk ukuran grup band Indonesia masa kini. Untuk menambah pengetahuan kita ada baiknya kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 24 Januari 2020

Sejarah Menjadi Indonesia (36): Penulisan Sejarah Baik dan Benar; Apakah Terjadi Pengubahan Informasi Sejarah Wikipedia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Belum lama ini muncul soal kontroversi Sunda Empire, Bahkan soal Sunda Empire ini telah menjadi tema tunggal dalam Program ILC stasion televisi TVOne. Okelah itu satu hal. Satu hal lain yang menarik, justru pasca siaran itu, Roy Suryo menduga telah terjadi pengubahan informasi di Wikipedia yang dia duga dapat dihubungkan dengan aktivis Sunda Empire. Pengubahan informasi itu terdapat pada laman Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bunyinya (menjadi) sebagai berikut:

Kutipan dari Wikipedia
‘.....Sidang Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan jln setiabudhi (sunda atlantis) pada Januari 1946.[4] Kedudukan organisasi ini awalnya menggunakan bangunan villa isola di daerah lembang, Bandung, mulai dari 1946 hingga 1952. Penggunaannya sampai gedung Markas Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun.,,,’ Catatan: penulisan jln untuk jalan tidak lazim dalam teks; nama Setiabudhi dan Sunda tidak diawali dengan huruf besar (kapital); sumbernya merujuk pada catatan kaki apakah benar isinya sesuai tanggal akses no 4 "Milestones in United Nations History". Diakses tanggael 17 April 2011; Idem dito selain penulisan nama gedung Isola dan nama tempat Lembang apakah informasi ini mencerminkan fakta yang sebenarnya. Dari sisi penulisan teks laman ini secara keseluruhan memenuhi standar penulisan, tetapi menjadi terganggu dengan penulisan nama orang dan nama tempat, waktu akses pengutipan dan pertanyaan apa yang tertulis dengan fakta yang sebenarnya. 
    
Artikel ini tidak dalam kaitan soal isu Sunda Empire, tetapi perhatian kita terhadap isu tentang soal sistem penulisan, penyebaran informasi dan ketersediaan fasilitas yang memungkinkan setiap orang dapat melakukan akses dengan kode anonim dan mengubah apa yang sudah tertulis atau menambahkan informasi yang tidak berdasar (rujukan). Laman Wikipedia adalah text market. Jika tuduhan Roy Suryo ini benar, pertanyaan kita adalah sejauh mana laman Wikipedia telah dimanfaatkan untuk maksud tertentu. Mewanti-wanti pembaca tentang laman Wikipedia jelas tidak lagi jaman, tetapi laman Wikipedia meski tidak resmi memang dibutuhkan pada masa ini. Persoalannya sudah seberapa banyak informasi Wikipedia yang ‘masuk angin’ oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan. 

Sejarah Kota Sibolga (7): Sejarah Sekolah dan Pendidikan; Europeesche Lagere School (ELS) Sibolga dan Lahirnya Tokoh Terkenal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) belumlah lama di Sibolga. Ada dua jenis sekolah yang didirikan pemerintah di Sibolga. Yang pertama adalah sekolah dasar untuk pribumi (Inlandsche School) dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda tahun 1878 mendirikan sekolah dasar untuk orang Eropa (Europeesche Lagere School/ELS). Namun sekolah ELS ini dipndahkan ke Padang Sidempoean pada tahun 1882 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-01-1882).

Sekolah Matauli, Pandan, Tapanuli Tengah
Pada tahun 1905 Europeesche Lagere School di Padang Sidempoean kembali dipindahkan ke Sibolga. Pemindahan ini sehubungan dengan semakin banyaknya orang Eropa di Sibolga. Satu siswa yang juga turut pindah ke Sibolga adalah Todoeng Harahap. Setelah menyelesaikan sekolah ELS di Sibolga, Todoeng Harahap pada tahun 1912 berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi. Todoeng Harahap berhasil menyelesaikan pendidikan guru di Belanda pada tahun 1919. Sepulang dari Belanda, Todoeng Harahap diangkat sebagai kepala sekolah HIS di Kotanopan. Kelak, pada tahun 1945, Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua menggantikan Ki Hadjar Dewantara.

Sejarah pendidikan di Sibolga sejauh ini belum pernah ditulis. Namun upaya untuk mendokumentasi sejarah pendidikan dan sekolah di Sibolga tetaplah penting. Hal ini mengingat sekolah ELS di Sibolga tempo doeloe telah mengantarkan sejumlah siswa menjadi orang terkenal. Untuk memperkaya pengetahuan kita mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kota Sibolga (6): Pemerintahan di Kota Sibolga; Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Afdeeling Padang Sidempoean)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Kota Sibolga dan Kota Padang Sidempuan adalah kota kembar. Dua kota ini dibangun bersamaan (1843). Oleh karena itu banyak kesamaan antara Kota Sibolga dengan Kota Padang Sidempuan. Namun demikian ada juga perbedaannya. Pada era kolonial Belanda, dua kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanoeli dan tidak pernah menjadi status Kota (Gemeente). Perbedaannya antara lain Sibolga tidak pernah memiliki dewan (raad), tetapi Padang Sidempoean pernah memiliki dewan (raad). Dalam hal ini, kota Padang Sidempoean diatur oleh suatu dewan: Onderafdeelingraad Angkola en Sipirok.

Kota Sibolga mendapat status Kota (gemeente) pada tahun 1946 (era kemerdekaan Indonesia). Wali Kota (Burgemeester) pertama adalah AM Djalaloedin dan digantikan Mangaradja Sorimoeda Siregar (1947-1952). Sebelum kota Sibolga ditingkatkan statusnya menjadi Kota (Gemeente). Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Selatan sudah terbentuk. Bupati pertama Tapanuli Tengah adalah Zainal Abidin gelar Soetan Komala Pontas (1945-1946), lalu kemudian digantikan oleh Prof. Mr. M. Hazairin [Harahap] (1946-1946), AM Djalaloeddin (1946-1947) dan Mangaradja Sorimoeda Siregar (1947-1952). Dalam hal ini dicatat pada periode 1947-1952 jabatan Wali Kota Sibolga dan Bupati Tapanuli Tengah dijabat oleh Mangaradja Sorimoeda Siregar. Ketika Provinsi Sumatra Utara dibentuk secara definitif pada tahun 1951 yang terdiri dari tiga residen (Atjeh, Sumatra Timur dan Tapanoeli), Gubernur pertama adalah Abdul Hakim Harahap (mantan Residen Tapanoeli pada era perang kemerdekaan). Sebagai Residen Sumatra Timur diangkat Moeda Siregar dan residen Tapanoeli Binanga Siregar serta Wali Kota Medan diangkat AM Djalaloedin. Pada tahun 1952 Mangaradja Sorimoeda Siregar diangkat sebagai Asisten Gubernur. Gubenur Abdul Hakim Harahap yang dipromosilkan menjadi Menteri penggantinya adalah Soetan Mohammad Amin Nasution (1953-1956) dan dilanjutkan Soetan Komala Pontas (mantan Wali Kota Sibolga pertama). Dari pergeseran-pergeseran ini tampak para pemimpin dari Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga berpindah tempat ke Kota Medan. Mereka ini semua adalah Republiken, pemimpin RI di wilayah Tapanoeli.

Lantas apakah faktor adanya dewan di Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Afdeeling Padang Sidempoean) yang menyebabkan para pemimpin pertama pasca kemerdekaan RI di Sibolga dan Tapanuli Tengah berasal dari Padang Sidempoean? Pasca kemerdekaan, orang Padang Sidempoean juga menjadi Wali Kota di Medan, di Padang dan di Surabaya. Tentu semua itu menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 23 Januari 2020

Sejarah Kota Sibolga (5): Huta Tapian Na Oeli (Tapanoeli) Nama Residentie; Tempat Singgah di Jalur Kuno Angkola-Barus


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Asal usul nama Tapanuli berasal dari sebuah kampong Tapanuli. Area kampong tua Tapanoeli tempo doeloe kini masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Nama Tapanoeli juga tempo doeoe kerap ditulis sebagai Tapian Na Oeli. Besar dugaan Tapanoeli adalah singkatan dari Tapian Na Oeli atau sebaliknya nama kampong Tapian Na Oelie disingkat menjadi Tapanoeli. Nama Tapanoeli sudah eksis sejak era Inggris (sebelum Pemerintah Hindia Belanda).

Aek/Hoeta Tapian Na Oeli (Peta 1906)
Nama Tapian Na Oeli juga diabadikan oleh Dja Endar Moeda menjadi nama surat kabar miliknya yang diberi nama (surat kabar) Tapian Na Oeli/ Surat kabar ini Tapian Na Oeli berbahasa Melayu terbit di Padang 1900. Sasaran dan oplah tertinggi surat kabar ini di wilayah Residen Tapanoeli. Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, sepulang dari Mekkah mendirikan sekolah swasta di Padang tahun 1895. Dja Endar Moeda adalah alumni sekolah guru (Kweekschool) di Padang Sidempoean tahun 1884. Mengapa Dja Endar Moeda, kelahiran Padang Sidempoean menamakan surat kabarnya dengan nama Tapian Na Oeli boleh jadi karena ada hubungan spesial.

Hoeta Tapian Na Oeli adalah nama suatu kampong tempo doeloe, tepat berada di jalur jalan kuno (Angkola-Baroes) suatu jalan rintisan orang-orang Angkola di jaman kuno. Bagaimana huta Tapian Na Oeli menjadi ibu kota Inggris (Tapanoeli) tentu saja masih menarik untuk diperhatikan. Pada Peta 1945 nama kampong (hoeta) Tapian Na Ooeli ini masih eksis, Apakah kampong (huta) Tapanoeli ini masih ada dan dikenal hingga ini hari? Siapa peduli. Namun huta Tapian Na Oeli tetaplah huta Tapian Na Oeli. Untuk lebih peduli sejarah, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 Januari 2020

Sejarah Kota Sibolga (4): Sejarah Bandara Pinangsori, Bermula di Padang Sidempuan; FL Tobing dan Sejarah Bandara di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Nama Ferdinand Lumban Tobing dan Bandara Pinangsori tidak terpisahkan. Peran FL Tobing pada awal pembangunan bandara di Pinangsori begitu penting. Itu terjadi pada era perang kemerdekaan. Celakanya, sebelum bisa difungsikan yang pertama menggunakan adalah NICA/Belanda. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, tepatnya pada saat hangat-hangatnya perlawanan Sumatra Tengah terhadap pusat (Djakarta), kembali FL Tobing mengurus perbaikan bandara di Pinang Sori. Sejak itulah bandara di Pinangsori secara bertahap dioperasikan. Kelak nama FL Tobing ditabalkan menjadi nama bandara di Pinangsori.

De Sumatra post, 04-11-1935
Pesawat pertamakali mendarat di Indonesia adalah di Medan. Dari Medan ke Singapura dan dari Singapura ke Batavia. Itu terjadi pada tahun 1924. Penerbangan pertama ini merupakan langkah radikal dalam transportasi Belanda (Nederland) dengan Indonesia (baca: Hindia Belanda). Jalur perdana Medan-Singapoera-Batavia ini kemudian menjadi jalur internasional dari Batavia ke Eropa/Belanda. Namun demikian, penerbangan domestik justru dimulai di Jawa baru kemudian menyusul di Sumatra. Rencana baru dimulai tahun 1926 yakni membangun jalur baru: Batavia, Telok Betong, Moeara Bliti, Pajacombo, Padang Sidempoean dan Medan terus ke Kota Radja. Namun dalam perkembangan rencana berubah dengan membuat dua rute (timur dan barat Sumatra). Pada tahun 1934 jalur Batavia-Padang akan diteruskan ke Medan melalui Padang Sidempoean dan (sekitar danau) Toba. Rencana pembangunan bandara Padang Sidempuan ini ternyata mendapat penolakan dari sebagian penduduk sebagaimana dilaporkan oleh De tribune: soc. dem. Weekblad, 16-12-1935. Alasannya jika ada bandara diPadang Sidempoean (yang hanya terbatas untuk orang Eropa/Belnada) akan mempromosikan penerbangan militer di wilayah, sementara di sisi lain penduduk banyak yang lapar dan kesusahan.

Menjelang selesainya bandara di Padang, pada tahun 1938 kembali muncul gagasan membuat bandara penghubung untuk jalur Batavia, Padang dan Medan, tidak lagi di Padang Sidempoean tetapi dipilih di Sibolga (lihat De Sumatra post, 23-04-1938). Namun sebelum rencana baru benar-benar dilaksanakan mulai terjadi pendudukan militer. Di Sibolga terjadi pemboman militer Jepang pada tanggal 20 Janari (lihat De Sumatra post, 21-01-1942). Rencana bandara kembali masuk laci (selama pendudukan militer Jepang). Untuk lebih memhami secara keseluruhan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.