Laman

Sabtu, 10 Desember 2016

Sejarah Jakarta (9): Kereta Api Batavia-Buitenzorg Dioperasikan 31 Januari 1873; Tanah Partikelir Berkembang; Trem Listrik Batavia, 1899

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Pembukaan jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg sangat berdampak luas: menghubungkan istana di Bogor dan istana di Batavia; memudahkan transportasi penduduk maupun wisatawan yang ke Buitenzorg. Manfaat lainnya adalah menjadi angkutan utama barang dan komoditi dari hulu sungai Ciliwung. Jalur kereta api Batavia-Buitenzorg mulai dioperasikan tanggal 31 Januari 1873 (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873). Jalur ini diklola swasta (NIS).

Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873
Jalur kereta api pertama di Hindia Belanda dibangun tahun 1867 yang menghubungkan jalur Semarang dengan luar kota (26 Km). Jalur ini dibuka untuk umum pada tahun 1867. Pada tahun 1970 dibuka jalur Semarang-Surakarta. Jalur antara Batavia dan Buitenzorg yang dibuka tahun 1873 merupakan kelanjutan jalur kereta api barang dari Jakarta kota yang sekarang dari dan ke pelabuhan baru di Tandjong Priok.

Pembukaan jalur Batavia-Bogor telah mengoptimalkan perkebunan-perkebunan di Buitenzorg dan wilayah pertanian penduduk. Sebagaimana diketahui sudah sejak lama antara Batavia dan Buitenzorg terjadi komersiaisasi lahan (land) dan terbentuknya perkebunan-perkebunan.

Kereta Api Batavia (Jakarta Kota)-Buitenzorg (Bogor)

Jadwal Buitenzorg-Batavia (Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873)
Jalur kereta api Batavia-Buitenzorg melayani penumpang diantara dua kota ini yang mana kereta api berhenti pada setiap halte yang telah ditentukan. Jalur kereta api Batavia-Buitenzorg ini terdiri dari satsion utama (hoofdstatsion), stasion (stasion kecil), halte (halte besar) dan overweg (halte kecil). Stasion utama berada di Batavia lama (Stadhuis/NIS) dan Buitenzorg. Stasion antara berada di Meester Cornelis (stasion Jatinegara yang sekarang). Untuk halte dan overweg terdapat di: Cileboet, Bodjong Gede, Tjitajam, Depok, Pondok Tjina, Lenteng Agoeng, Pasar Minggoe. Halte lainnya terdapat di Pegangsaan (kini Cikini), Koningsplein (kini Gambir), Noordwijck (kini Juanda) dan Sawah Besar. Satu lagi halte yang terpisah adalah halte Kleine Boom (Pasar Ikan?).

Jadwal Batavia-Buitenzorg (Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873)
Pada hari pertama operasi keret api Batavia-Buitenzorg sudah diterapkan langsung penjadwalan tetap. Penjadwalan tetap ini meliputi ketentuan pemberhentian di setiap stasion/halte menurut waktu keberangkatan dan kedatangan. Ketentuan ini secara umum adalah jadwal Batavia-Buitenzorg dan jadwal Buitenzorg-Batavia. Hanya ada dua jadwal keberangkatan dari Buitenzorg ke Batavia (Trein VII pukul 07.01 dan Trein XVII pukul 14.28). Sebaliknya hanya ada dua jadwal keberangkatan dari Batavia ke Buitenzorg (Trein II pukul 07,12 dari Kleine Boom dan Tein XIV pukul 15.09 dari Batavia ). Untuk jadwal kereta antara Batavia-Meester Cornelis lihat Tabel-1 dan Tabel-2.

Stasion Jakarta Kota

Satsion BOS dan NIS di Batavia
Di Batavia lama (Jakarta kota yang sekarang) terdapat tiga stasion: Stasion Batavia (Stasion Jakarta kota sekarang/BOS), stasion Kampung Bandan/Heemsradn dan stasion Stadhuis/NIS. Stasion Jakarta kota (BOS) adalah stasion tujuan dari dan ke Jawa (melalui stasion Djatinegara), sedangkan stasion Stadhuis (NIS) hanya dikhususkan jalur ke Buitenzorg (Bogor) dan juga melayani ke Tandjong Priok. Stasion Kampong Bandan.umumnya melayani jalur Tandjong Priok. Jalur dari Jawa juga dapat langsung menuju Tandjong Priok.

Pelabuhan Tanjung Priok
Pelabuhan Tandjong Priok adalah pengganti pelabuhan di Batavia lama (sekitar Benteng). Akibat adanya penggundulan hutan di hulu dan juga pengaruh gempa bumi, sungai Ciliwung yang makin dangkal serta semakin meningkatkan tonase kapal, pelabuhan lama tidak mendukung lagi. Lokasi baru yang dipilih adalah Tandjong Priok yang jaraknya cukup jauh dari Jalan Goote Kali Besar. Pelabuhan ini dibangun tahun 1877 dan selesai tahun 1883 lalu diintegrasikan dengan moda transportasi kereta api.

Stasion Meester Cornelis menjadi Dipo Buit Doeri
Pada masa sekarang, kereta yang dari Bogor ke Stasion Jakarta kota. Dari Bogor ke stasion Kampung Bandan harus melalui Tanah Abang. Sementara untuk jalur ke Jawa berada di Stasion Gambir dan stasion Senen. Hal ini karena pada awalnya hanya ada satu jalur ke Buitenzorg dari Stadhuis (belum ada jalur Tanah Abang).

Dari stasion Stadhuis (NIS) melalui Manggarai terdapat jalur ke Meester Cornelis Djatinegara. Yang dimaksud dalam hal ini stasion Meester Cornelis adalah dipo Bukit Duri yang sekarang. Sebab pada waktu itu belum ada jalur Manggarai ke Bekasi via stasion Jatinegara seperti yang sekarang.

Trem Batavia

Trem listri Batavia beripeasi 1899
Satu lagi yang melengkapi moda transportasi roda besi ini di Batavia adalah trem (tram). Berdasarkan Peta 1897, rute trem yang dikelola NITM ini dari Kota Intan hingga Kampung Melayu. Trem ini dari Tram stasion Kota Intan melalui stasion Batavia NIS dan stasion Batavia BOS, Glodok, Harmoni, lalu belok melaui Rijswijk (Juanda yang sekarang), Pasar Baroe, dan belok lagi ke Waterlooplein (Lapangan Banteng sekarang), Senen, Tanah Tinggi (tram stasion), lalu Kramat, Salemba, Matraman, Meester Cornelis (Jatinegara Timur yang sekarang) dan Kampung Melajo (tram stasion). Trem ini adalah trem uap (stoom tram).

Upacara pembukaan trem listrik Batavia
Pada Peta 1903 jalur trem telah bertambah. Jalur ini aalah jalur trem listrik (BETM). Jalur baru ini dimulai dari Stasion Batavia (BOS) ke arah timur (sejajar rel) melalui Kemajoran, Goenoeng Sahari, Pasar Senen dan Tanah Tinggi lalu berbelok ke arah barat melalui Kwitang, Gondangdia dan seterusnya ke Tanah Abang (berakhir di halte Kanpong Djati). Sementara itu dari halte Kampong Djati Tanah Abang jalur trem ini menuju halte Harmoni. Trem listrik Batavia mulai beroperasi pada tanggal 11 April 1899 (Foto Trem Batavia, 1899).

Jalur interchage di Cikini (Peta 1903)
Jumlah jalur trem ini terus bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan kota. Trem ini masih dapat ditemukan fotonya bertahun 1938.

Interchange Tjikini dan Stasion Tanah Abang

Pada Peta tahun 1903 terlihat sudah ada jalur kereta yang menghubungkan antara jalur Batavia-Jawa dan Batavia-Buitenzorg di Tjikini. Jalur penghubung (interchange) ini belum ada pada Peta 1897. Pembangunan jalur ini dihubungkan dengan perluasan kereta api ke Banten dengan stasion penghubung di Tanah Abang. Dengan adanya jalur interchange di Cikini ini di satu pihak kereta dari Jawa bisa ke Tanah Abang dan kereta dari Buitenzorg bisa ke Jawa.

Jaringan kereta/trem di Batavia (Peta 1908)
Stasion interchange Tjikini (Gang Kenari) juga memungkinkan kereta api dapat melakukan pemberangkatan dari Stasion Batavia (BOS) ke stasion Tanah Abang lalu ke Rangkasbitoeng di Banten melalui Pal Merah, Kebajoran dan Djoerangmanggoe. Hal ini juga memungkinkan kereta dari Jawa langsung ke Tanah Abang, kemudian stasion Doeri (stasion Angke belum ada)  dan kembali ke stasion Batavia (BOS) terus ke Kampung Bandan dan Tanjong Priok. Atau sebaliknya, dari Tandjong Priok e Jawa melalui Kampung Bandan, Batavia (BOS), Doeri, Tanah Abang lalu interchange Tjikini dan seterusnya ke Jawa. Jalur ini juga dapat dianggap jalur lain menuju ke barat (Baten): jalur Stadhuis (BOS) ke Doerie lalu Pesing ke Tangerang; dan jalur Stadhuis (BOS) ke Doerie lalu Tanah Abang kemudian ke Tjiledug lalu ke Rangkas Bitoeng (Banten).

Dalam perkembangannya, stasion interchange Tjikini telah  digantikan stasion interchange yang baru di Manggarai. Pembangunan ini termasuk pertimbangan untuk menghilangkan rel dari Menteng. Rel yang baru ke Tanah Abang melalui selatan Menteng. 
Jalur interchage yang baru di Manggarai (Peta 1925)
Dalam pembangunan rel baru ke Tanah Abang ini juga termasuk pembuatan kanal baru (Kanal Barat) yang dihubungan dengan kanal yang sudah ada sejak doeloe (Kanal Kroekoet) di Tanah Abang (kanal sodetan dari Kali Kroekoet). Pembangunan stasion Manggarai (eks stasion Boekit Doeri) juga telah menghilangkan stasion Meester Cornelis (yang fungsinya sebagai dipo Bukit Duri seperti yang ada sekarang). Pembangunan stasion Manggarai dilakukan tahun 1914 dan selesai tahun 1918. Sejauh ini kereta komuter hanya jalur Batavia-Buitenzorg (NIS) dan belum ada jalur komuter dari dan ke Bekasi.

Setelah selesai pembangunan stasion Manggarai, interchange antara stasion Jatinegara dan stasion Manggarai dan rel kereta api ke Tanah Abang via selatan Perumahan Menteng, maka interchange Cikini tidak difungsikan lagi. Lambat laun jejak rel kereta api di Gang Kenari hilang selamanya. Namun demikian, jembatan rel kereta api di atas sungai Ciliwung masih kelihatan situsnya hingga ini hari. Jembatan itu masih tampak kokoh.
Saya sudah lama bertanya-tanya di dalam hati, mengapa ada begitu kokoh jembatan ini jika hanya sekadar untuk jembatan penyeberangan orang. Saya memang tidak berkeingiuan menanyakan kepada penduduk sekitar. Jembatan ini kerap saya lewati jika berjalan kaki dari belakang kampus UI Salemba ke stasion Cikini. Jembatan besi ini (sekarang di atas rel sudah dicor beton) ukuran lebarnya cukup untuk gerbong kereta api. Saat ini jalan menuju jembatan ini dari Pasar Kenari dan dari Pasar Cikini hanya gang kecil yang hanya bisa dilalui motor (bajaj pun tidak cukup). Saat menulis artikel inilah saya baru bisa saya jawab sendiri. Eureka! Tidak jauh dari jembatan ini terdapat Gedung MH Thamrin (artikel mengenai gedung ini dan kiprah MH Thamrin akan dibuat khusus).
Tanah Partikelir dan Landhuis

Bekas sungai Ciliwung menjadi jalur rel di Juanda/Sawah Besar
Satu hal yang jarang disadari sekarang, rel jalur kereta api antara Stasion Juanda yang sekarang ke stasion kota sesungguhnya adalah bekas sungai Ciliwung yang telah ditutup pada masa lalu (dalam proses kanalisasi di Batavia). Satu hal lagi yang jarang diketahui adalah kanalisasi juga terjadi di hulu sungai Ciliwung.

Para tuan tanah umumnya telah memiliki pemukiman tetap di lahannya (landhuis). Daerah ini semakin berkembang setelah dibuat kanal tahun 1854 dengan menyodet sungai Cisadane di Buitenzorg yang airnya tidak hanya untuk mengendalikan banjir di Tangerang (setelah selasai kanalisasi di Batavia) tetapi juga untuk mengairi persawahan di dua sisi jalur kereta api Batavia-Buitenzorg. Kanal ini disebut Kanal Barat Buitenzorg yang sodetannya dilakukan di Empang Bogor yang sekarang. Satu lagi kanal di Buitenzorg adalah Kanal Timur yang mana sungai Ciliwung disodet di Katulampa yang fungsinya selain mengendalikan banjir di Batavia juga untuk mengairi persawahan di Cibinong, Cimanggis yang terusan airnya melalui Pasar Rebo, Cililitan dan Tjipinang. 

Bersambung:


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

2 komentar:

  1. Mantap bang artikelnya.. Sy penggemar artikel2 sejarah..

    BalasHapus
  2. waktu kecil taunya mainan kereta api , sekarang baca sejarahnya jadi penasaran.... jangan jangan peta lahan dan sungai dijakarta udah berubah drastis... pantesan sering banjir....

    BalasHapus