Laman

Rabu, 01 Maret 2017

Sejarah Bandung (36): Faisal bin Abdul Azis, Raja Arab Saudi Pernah ke Bandung (1955); Kini, Raja Salman bin Abdul Azis ke Bogor


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

De nieuwsgier, 25-04-1955
Radja Arab Saudi tiba di Indonesia tanggal 1 Maret 2017. Kunjungan bersejarah ini diagendakan berakhir tanggal 9 Maret 2017. Saya berangkat tanggal 2 Maret 2017 ke Arab Saudi dan pulang tanggal 10 Maret 2017 di Indonesia, Saya dalam rangka melaksanakan umroh, Radja Saudi dalam tugas kenegaraan. Jumlah hari kami sama—sembilan hari. Ketika Raja Arab Saudi datang saya masih ada di Indonesia, ketika dia selesai berkunjung saya masih ada di Arab Saudi. Jadi, saya seakan harus menunggu kedatangannya dan juga saya baru pulang setelah berakhir kunjungannya di Indonesia. 

Dalam kunjungan Raja Salman, di hari kedatangan (2 Maret) di Istana Bogor langsung dilakukan penandantanganan MoU yang dilakukan para menteri kedua Negara di hadapan Raja Salam dan Presiden Jokowi. Kesepatatan mencakup peningkatan hubungan kedua negara di antaranya mencakup kerja sama hubungan luar negeri, kesehatan, kebudayaan, transportasi, perdagangan, keagamaan serta pendidikan. Dalam pertemuan tersebut, sejumlah menteri kedua negara turut serta di dalamnya. Dari Indonesia, hadir Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (detik.com).

Artikel ini tidak dalam membicarakan tentang kewajiban saya sebagai hamba Allah dan juga tidak dalam mendiskusikan tugas Raja Arab Saudi sebagai pemimpin Negara Arab Saudi. Artikel ini sekadar menelusuri hubungan antara Negara Arab Saudi dengan Negara Indonesia di masa lampau, spesifiknya saling mengunjungi antara Raja Arab Saudi dan Presiden Indonesia.

Hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi sesungguhnya sudah terjalin sejak masa lampau, terutama pada penggal sejarah antara era Batavia dan Jeddah. Pada masa ini terus berlangsung antara hubungan Jakarta dan Jeddah dan hubungan Arab Saudi dan Indonesia.

Hubungan Arab Saudi dan Indonesia di Era Kemerdekaan

Di era kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Arab Saudi mengirim wakilnya dalam Konferensi Asia Afrika di Bandoeng pada bulan April 1955. Perwakilan Kerajaan Arab Saudi yang diutus adalah Perdana Menteri Pangeran Faisal (De nieuwsgier, 25-04-1955). Seusai Konferensi Bandoeng, Pangeran Faisal tidak langsung pulang tetapi menjadi tamu Negara di Istana Merdeka.

Di Djakarta, Pangeran Faisal (Putra Mahkota) dijamu di Hotel des Indes. Yang hadir dalam jamuan ini antara lain Mufti Jerusalem Amin El Husseini, Gubernur BI Sjafroeddin Prawiranegara, tokoh-tokoh Djakarta, warga Arab Saudi dan tamu undangan lainnya (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 26-04-1955).

Penerimaan Perdana Menteri Pangeran Faisal merupakan undangan Presiden Soekarno. Lalu kemudian Pangeran Faisal mengundang Presiden Soekarno untuk datang ke Arab Saudi. Undangan Pangeran Faisal ini lalu diagendakan sebagai perjalanan Presiden Soekarno untuk menunaikan haji.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-06-1955: ‘Presiden Naik Haji. Presiden Sukarno akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada 14 Juli tahun ini. Selain itu Presiden dan rombongan akan mengunjungi Pakistan dan Mesir, juga singgah di New Delhi, dimana Presiden berada untuk setengah hari sebagai tamu pemerintah India. Di New Delhi, Presiden Sukarno akan berbicara kepada publik. Dari New Delhi, Presiden akan berangkat presiden ke Karachi, dimana Presiden juga akan diterima sebagai tamu negara. Presiden Soekarno bermaksud untuk melanjutkan perjalanan setelah dari Pakistan terus ke Kairo dalam rangka memenuhi undangan dari Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser. Di Mesir, Presiden Sukarno akan berada selama lima hari. Sekali lagi, presiden akan menyampaikan pidato kepada publik. Presiden juga berencana untuk mengunjungi piramida, sungai Nil, bekas istana Farouk dan lainnya. Setelah ini, berangkat haji ke Mekkah dan akan diterima juga sebagai tamun Negara di Arab Saudi yang akan mengadakan pidato. Rombongan Presiden akan terdiri dari sekitar 30 orang yang akan berangkat pada 14 Juli dan tanggal 5 Agustus kembali ke Jakarta’.

Dalam perjalanan haji ini, Presiden mengagendakan kunjungan ke sejumlah Negara. Setelah berakhir kunjungan di Mesir (Kamis), rombongan Indonesia lainnya yang bergabung dengan rombongan Presiden Sukarno untuk menunaikan ibadah haji dipimpin oleh Wakil Pernana Menteri Zainul Arifin Pohan. Rombongan Wakil Perdana Menteri Zainul Arifin Pohan tiba di Kairo hari Jumat dan secara bersama-sama berangkat dari Kairo ke Jeddah. Di Kairo Zainul Arifin Pohan melakukan pembicaraan dengan Wakil Perdana Menteri Mesir, Gamal Salim.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-07-1955: ‘Wakil Perdana Menteri Mesir diundang (Wakil Pernana Menteri Zainul Arifin Pohan) sebagai tamu negara dari Pemerintah Indonesia untuk menghadiri 17 Agustus di Jakarta. (Gamal Salim) akan tinggal di Indonesia dua minggu dimana Mesir juga akan berpartisipasi dalam pameran perdagangan internasional ketiga di Jakarta yang akan dibuka 18 Agustus sekaligus untuk mengkonsolidasikan hubungan perdagangan antara Mesir dan Indonesia’.‘

Kehadiran Presiden dan Rombongan di Tanah Suci tidak terlaporkan di surat kabar. Namun berita-berita di tanah suci baru muncul kemudian. Satu hal yang menarik perhatian ketika Presiden Sukarno berada di makam nabi Muhammad SAW.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-12-1955: ‘Presiden mengatakan sesuatu tentang penemuannya selama ziarah ke Mekah. Presiden Soekarno mengatakan ia menangis seperti anak kecil, ketika ia berada di makam Nabi dan sejak saat itu pikiran presiden  menjadi hidup untuk bekerja keras pada pembangunan masjid. Menurut kepala negara syarat mutlak agar mampu membangun konstruksi berkelanjutan masjid yang besar, seperti masjid-masjid di Kairo yang sudah berusia ribuan tahun. Jadi, untuk membangun masjid Istiqlal di Jakarta harus dibangun dari ‘batu hidup’, beton dan marmer dan fitur pintu dari logam yang dapat menantang waktu’.

Raja Faisal ke Indonesia 1970

Pangeran Faisal telah menjadi Raja Arab Saudi. Sebagai seorang Raja, Faisal sudah tentu sangat berpengalaman dalam urusan pemerintahan. Raja Faisal juga sangat memahami Indonesia karena pernah ke Indonesia tahun 1955 (sebagai Perdana Menteri).

Het vrije volk : democratisch-socialistisch dagblad, 12-06-1970: ‘…minggu ini, Raja Faisal, Raja Arab Saudi, melakukan kunjungan resmi di Indonesia…Dalam pembicaraan Raja Faisal di Indonesia terungkap, kata Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, bahwa Arab Saudi tengah berada dalam dilema, karena mereka terjepit di antara Komunisme dan Zionisme…’.

Raja Salman ke Indonesia 2017

Raja Salman naik tahta pada bulan Januari 2015. Saat Perdana Menteri Faisal datang ke Indonesia sebagai pimpinan delegasi Arab Saudi dalam Konferensi Bandoeng, Pangeran Salman tengah menjabat sebagai Wakil Gubernur Riyadh (ibukota Arab Saudi).

Faisal dan Salman adalah bersaudara dari tujuh orang bersaudara dari anak-anak Raja Arab Saudi, Abdul Azis bin Al Saud. Kilas balik: Saat Presiden Soekarno berkunjung ke Arab Saudi (sekaligus naik haji) tahun 1955 yang menjadi Raja Arab Saudi adalah Abdul Azis bin Al Saud. Salman yang masih belia pada waktu itu juga berjumpa dengan Presiden Soekarno ketika mendampingi ayahnya, Abdul Azis bin Al Saud. Kini, Salman adalah Raja Arab Saudi tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.

Pada hari kedatangan Raja Salman yang langsung menuju Istana Bogor, dilaporkan bahwa Raja Salman di Istana Bogor menanyakan yang mana cucu Soekarno. Kemudian Raja Salman dan Menteri Puan Maharani yang juga ada di istana dipertemukan. Kedua orang lintas generasi itu saling member salam. Di dalam laporan surat kabar, Raja Salman teringat atas sosok Soekarno yang sejak kecil sudah sangat dikaguminya. Tentu saja, kini sebaliknya: Puan Maharani, cucu Soekarno boleh jadi mengugumi sosok Raja Salman. Dengan demikian impas.

Tunggu deskripsi lengkapnya (sepulang umroh). Hari ini saya tiba kembali di tanah air, ternyata Raja Salman masih berada di Indonesia. Menurut berbagai berita yang baru saya akses hari ini Raja Salman memperpanjang masa liburannnya di Bali hingga tanggal 12 Maret) hari Minggu). Penambahan hari di Indonesia tentu saja ada alasannya.

Sejak keberangkatan saya tanggal 2 Maret, dan sehari sebelumnya saya sengaja tidak membuka akses berita dan informasi bahkan HP saya tinggalkan di rumah, tidak ingin terganggu dan saya ingin benar-benar fokus beribadah. Berita-berita dari keluarga yang tinggal di rumah hanya secara tidak langsung saya peroleh dari istri (yang tetap membawa HP). Di hotel tempat saya menginap di Medinah dan Mekkah memang tersedia televisi, tetapi saya hanya membuka channel khusus. Di Medinah, di Hotel Dallah (30 meter dari Masjid Nabawi) setiap saya berada di kamar hanya membuka channel tv real time (siaran langsung non stop 24 jam) tentang seputar Masjid Al Nabawi. Di Mekkah, di Hotel Al Marwa Rayhaan (30 meter dari Masjid Al Haram) setiap saya berada di kamar hanya membuka channel tv real time (siaran langsung non stop 24 jam) tentang seputar Masjid Al Haram. Dua televise ini hanya semata-mata merekam langsung seputar masjid ketika jamaah tengah beribadah yang diiringi dengan pembacaat ayat-ayat suci. Pada waktu saatnya sholat, dua televise ini tampaknya menyiarkan langsung sholat (saya hanya sekali melihat di hotel ketika bersiap-siap pulang dan melakukan sholat di kamar dengan siaran langsung). 

Saya tidak tahu perkembangan kunjungan Raja Salman di Indonesia (dan baru setelah kembali di rumah). Selama di dua kota suci itu, jika saya berada di kamar saya hanya focus melihat siaran langsung seputar masjid. Saya terus mengamati para jamaah yang beribadah, sudut-sudut masjid dan lanskap masjid. Karena ketiga hal itulah fungsi channel tv khusus ini. Ini saya anggap tetap beribadah, saya tidak tertarik ke tempat-tempat perbelanjaan seperti yang banyak dilakukan jamaah. Saat menonton inilah saya pelajari apa yang seharusnya saya laksanakan: melihat apa yang perlu di lihat di dua masjid, bagaimana strategi untuk memasuki Raudhah As-Syarifah (di Masjid Al Nabawi) dan bagaimana strategi untuk menjangkau Al Hajar Al Aswad (di Masjid Al Haram). Tentu saja saya dapat gambaran awal jika ingin sholat di dua masjid saya harus memilih dimana. Informasi siaran langsung tv tersebut seakan pedoman yang paling jitu bagaimana mengambil posisi (tempat) ketika jelang waktu sholat. Dengan begitu praktis saya telah dengan sendirinya mengetahui seluk beluk masjid sebelum melakukan sholat dan kegiatan ibadah lainnya seperti tawaf dan sai.

Untuk memperkuat pemahaman saya tentang dua masjid ini saya cari informasi tambahan. Di Medinah saya dapat peta Masjid Al Nabawi (atas petunjuk manajer hotel) di sebuah toko buku di dekat pintu masuk masjid gate 21. Penjual awalnya memberi harga delapan real, tetapi karena katanya nyaris tidak ada orang yang menanyakan apalagi untuk beli peta itu akhirnya ia (dengan tersenyum) memberikan saya dengan harga cuma-cuma alias gratis. Demikian juga di Mekkah hal yang pertama saya cari adalah peta masjid Al Haram. Manajer hotel tidak pernah tahu apakah ada dijual di toko buku, tetapi ia menyarankan untuk menemui kepala Business Center Hotel. Alhamdulillah, saya diberi peta masjid Al Haram oleh sang manajer bisnis. Peta ini menggambarkan secara lengkap ground floor dan first floor. Siaran tv langsung dan peta-peta itulah petunjuk awal saya dalam memaksimalkan ibadah di dalam dua masjid tersebut (saya akan selipkan gambaran ini di artikel berikutnya). Petunjuk serupa ini tidak saya temukan di dalam buku-buku panduan travel yang memfasilitasi saya ke Madinah Al Munawwarah dan Makkah Al Mukarranah. Simpel tetapi efektif. Anda boleh coba.

Hari ini (Minggu. 12 Maret 2017) Raja Salman meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan kunjungan ke Jepang. Raja Salman telah menyelesaikan kunjungan kenegaraan dan berlibur (di Bali). Selamat jalan Yang Mulia, Raja Salman. Semoga dapat kembali ke Indonesia.

Adapun ringkasan rangkaian kunjungan kenegaraan dan masa berlibur Raja Salman adalah sebagai berikut: Hari pertama, hari kedatangan di istana Bogor, Raja Salman bersama dengan Jokowi menyaksikan penandatanganan 11 MoU (Nota Kesepahaman). Penandantanganan terhadap MoU dilaksanakan para menteri kedua Negara. Raja Salman dijamu  makan siang oleh Presiden Jokowi.

Hari kedua (Kamis), Raja Salman mengunjungi gedung DPR untuk menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan anggota dewan. Dalam pidatonya Raja Salman menekankan sejumlah hal penting terutama dalam kaitannya dengan hubungan antar dua negara. Isi pidato Raja Salman adalah sebagai berikut:

‘Segala puji bagi Allah, salawat dan salam disampaikan kepada Rasulullah. Yang Mulia Bapak Ketua DPR RI, saudara-saudariku yang terhormat, Assalamualaikum WR.WB. Izinkan saya untuk mengawali sambutan saya ini dengan menyampaikan penghargaan kami yang setinggi-tingginya kepada pemerintah dan rakyat Indonesia yang bersahabat, atas keberadaan saya bersama para hadirin sekalian. Sesungguhnya kunjungan ke negara Yang Mulia kali ini yang diawali dengan kunjungan serupa yang dilakukan oleh saudara saya Yang Mulia Bapak Presiden ke Kerajaan Arab Saudi dan saling tukar menukar kunjungan antara para pejabat tinggi di kedua negara. Ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kerja sama di seluruh bidang yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua bangsa kita yang bersahabat. Para hadirin sekalian. Sesungguhnya tantangan yang kita hadapi khususnya bagi umat Islam dan dunia secara umum, seperti fenomena terorisme, benturan peradaban, (the clash of civilizations), tidak adanya penghormatan terhadap kedaulatan negara serta melakukan intervensi terhadap urusan dalam negerinya telah mengharuskan kita untuk menyatukan barisan dalam menghadapi tantangan ini serta melakukan koordinasi dalam melakukan berbagai upaya dan sikap yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan kita bersama serta keamanan dan perdamaian dunia.Penutup, saya ingin menyampaikan apresiasi atas peran Dewan Yang Terhormat dalam meningkatkan hubungan antara kedua negara kita yang bersahabat di seluruh bidang, saya juga memberikan apresiasi atas penandatangan sejumlah kesepakatan dan MoU antara kedua negara dalam kunjungan kali ini. Saya berdoaa kepada Allah SWT semoga senantiasa memberikan taufik dan ridho Nya kepada kita sekalian’.

Usai berpidato di parlemen, Raja Salman ke Masjid Istiqlal. Di masjid yang digagas oleh Presiden Soekarno dengan desain masjid yang dibuat Ir. F. Silaban, melakukan solat tahiyatulmasjid yang kemudian dilanjutkan acara penyerahan suatu hadiah yang unik yang dapat dimanfaatkan di Masjid Istiqlal yakni berupa potongan kiswah (kain penutup Ka’bah). Kiswah ini akan dipajang pada dinding Masjid Istiqlal. Dari Masjid Istiqlal, Raja Salman menuju Istana Negara yang dijemput oleh Presiden Jokowi. Di Istana, Raja Salman melakukan pertemuan dengan para ulama Indonesia. Kegiatan ini dirangkaikan dengan penanaman pohon ulin di halaman Istana.

Dalam kesempatan kunjungan di Istana Negara, Raja Salman kembali bertemu dengan Puan Maharani, cucu Presiden Soekarno. Namun kali ini, Puan Maharani bersama ibunya Megawati (mantan Presiden RI). Lengkap sudah kisah (Raja) Salman dengan (keluarga) Presiden Soekarno, yakni anak dan cucu Soekarno.

Hari ketiga (Jumat), Raja Salman menyempatkan untuk melakukan pertemuan dengan tokoh lintas agama di Hotel Raffles (tempat Raja Salman menginap selama di Jakarta/Bogor). Dalam pertemuan ini turut hadir Presiden Jokowi. Pada jam yang berbeda, Raja Salman bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan suatu pertemuan tertutup.

Pada hari ini, saya sudah di Medinah dan melaksanakan sholat jumat di Masjid Al Nabawi Al Munawwaroh.

Hari keempat, Raja Salman melakukan kunjungan sehari ke Brunei sebelum melakukan liburan ke Bali. Berangkat pagi dari bandara Halim dan kembali sore di bandara Ngurah Rai. Raja Salman selama di Bali menginap di Hotel St Regis, Nusa Dua. Aktivitas Raja Salman tidak terinformasikan selama berlibur di Bali.

Hari kedua belas (Minggu, 12 Maret 2017). Raja Salman bertolah ke Jepang pada pukul 11. Di bandara Raja Salman diantar oleh Menteria Agama dan Menteri Luar Negeri. Beberapa jam sebelumnya. Presiden Jokowi menelpon Raja Salman.

Dengan demikian, Raja Salman yang awalnya direncanakan selama Sembilan hari ternyata menjadi dua belas hari. Ini berarti selama saya berada di Arab Saudi, Raja Salman tengah berada di Indonesia. Dengan kata lain, selama saya berada di Arab Saudi, Rajanya tidak ada, lagi berada di tanah air saya: Indonesia. Meski demikian, selama di Arab Saudi saya cukup puas dan khusu’ beribadah. Sementara itu, menurut Menteri Agama, Raja Salman akan kembali datang ke Indonesia suatu waktu. Kita lihat saja nanti.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar