Laman

Kamis, 21 Desember 2017

Sejarah Makassar (4): Somba Opu [Kota Makassar] Tempo Dulu (1669); Mengapa Kini Somba Opu di Luar Kota Makassar?

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini


Kota Makassar, secara geografis berada diantara dua sungai, yakni sungai Tallo di utara dan sungai Gowa (Janebarang) di selatan. Di bagian hilir dua daerah aliran sungai (DAS) tersebut pada masa lampau terdapat pusat dua kerajaan: Kerajaan Tello [Tallo] dan Kerajaan Goa [Gowa]. Area antara dua muara sungai tersebut kemudian VOC membangun benteng Rotterdam (yang menjadi cikal bakal Kota Makassar masa kini).

Peta Goa-Tello, 1693
Pada masa ini, Somba Opu menjadi nama kecamatan di Kabupaten Gowa. Secara geografis Kecamatan Somba Opu berada di hulu sungai Janebarang. Kecamatan Somba Opu menempel langsung di sisi selatan Kota Makassar. Di Kecamatan Somba Opu terdapat Kelurahan Sungguminasa yang menjadi pusat ibukota Kabupaten Gowa. Di Sungguminasa terdapat istana peninggalan Sultan Gowa dan juga makam Sultan Hasanuddin.

Pada masa lampau, Kota (Stad) Somba Opu, yang merupakan ibukota Kerajaan Gowa terdapat di hilir (muara) sungai Gowa (Janebarang) yang areanya kini masuk wilayah Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Lantas mengapa terjadi pergeseran lokasi ibukota Kerajaan Gowa? Mari kita telusuri.

Di Tapanoeli, terdapat suatu pelabuhan kecil bernama Moeara Opoe, muara dari sungai Batang Toroe. Apakah ada kaitan antara nama pelabuhan Somba Opu di Sulawesi dengan pelabuhan Moeara Opoe di Sumatra? Apakah setelah VOC menaklukkan Somba Opoe pada tahun 1669, pasukan Somba Opu/Makassar melarikan diri ke Tapanoeli, suatu wilayah yang aman bagi mereka bermukim karena kala itu Tapanoeli berada di bawah pengaruh kekuasaan Inggris (bukan VOC). Militer VOC yang bekerjasama dengan pasukan Aru Palaka terus mengejar pasukan Somba Opu di Soerabaya/Oost Java dan juga pasukan Aru Palaka membantu militer VOC di Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust). Boleh jadi awalnya pasukan Somba Opu ini di Padang lalu bergeser ke Tapanoeli (yang mana pemukiman mereka ini kelak dikenal sebagai Moara Opu).Peta 1730

Kota (Stad) Somba Opoe

Sebelum terjadinya pertempuran yang berakhir dengan takluknya Kerajaan Gowa tahun 1669, Somba Opu terbilang cukup besar (luas). Ibukota (stad) Somba Opu berada di dalam benteng (Somba Opu). Benteng ini berada di antara dua muara sungai, yakni induk sungai Janaberang (kanan) dan anak sungai Janaberang (kiri). Di dua muara sungai ini terdapat pelabuhan. Benteng Somba Opu. Peta 1730 yang dibuat oleh Jacobus van der Schley menggambarkan benteng (stad) Somba Opu dikelilingi oleh tembok empat persegi yang masing-masing sudut terdapat bastion.

Pelabuhan di muara induk sungai Janaberang (kanan) terkesan lebih besar (Peta 1730). Terdapat sejumlah bangunan besar di dua sisi sungai. Bangunan-bangunan ini diduga adalah loji-loji pedagang Eropa. Dalam buku Oosthoek's geïllustreerde encyclopaedie, 1925-1934, pelabuhan Somba Opoe (sebelum diserang VOC) banyak terdapat loji pedagang-pedagang Denmark, Belanda dan Inggris.

Benteng Somba Opu yang juga merupakan ibukota (Stad) Somba Opu pasca penaklukan telah dihancurkan. Hal ini didasarkan pada perjanjian Bongaya (16 November 1667). Perjanjian ini terdiri dari 30 pasal (artikel). 10. Pada Art.10 dineyatakan bahwa seluruh benteng di garis pantai Makassar harus dihancurkan (Barombong, Panekoke, Grise, Marisso, Borrebos). Hanya benteng Somboepo [Sombaopoe] yang tetap ada bagi Raja. Sedangkan Art.11 menyatakan bahwa benteng Udjoeng Pandang diserahkan kepada VOC dalam keadaan baik, bersama perkampungan dan lahan di sekitarnya.

Pasal 11 inilah yang menjadi dasar pembentukan Kota Makassar yang baru (lihat artikel lain dalam blog ini).

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. Benteng yang dinamai rotterdam itu adalah benteng milik kerajaan gowa yang dikenal sebagai benteng pannyua atau bebteng ujungpandang yg di bangun oleh raja gowa, dan kemudian di ambil alih belanda setelah perang makassar terjadi sesuai dwngan isi perjanjian bongaya

    BalasHapus