Laman

Jumat, 22 Desember 2017

Sejarah Makassar (5): Bahasa Melayu di Makassar; Belanda Belajar Bahasa Melayu di Madagaskar (Frederik de Houtman, 1596)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini


Pelayaran Conelis de Houtman yang dimulai 1595 adalah awal orang-orang Belanda mencapai wilayah nusantara. Bagaimana mereka berkomunikasi dengan penduduk asli tentu menjadi hal yang penting. Dalam pelayaran ini termasuk ahli bahasa.Tentu saja Conelis de Houtman telah mengetahui bahasa pengantar (lingua franca) di Nusantara (Oost Indie) adalah bahasa Melayu.   

Kamus Frederik de Houtman, Kamus Melayu Pertama (terbit 1603)
Berangkat dari Amsterdam April 1595. Pada bulan Februari 1596 di Madagaskar, Juni di Sumatra dan Agustus di Banten, November di Sunda Calapa, Januari 1597 di Madura, Februari di Bali, seterusnya ke St. Helena dan pelayaran berakhir Agustus 1597.

Di Makassar sudah sejak dari doeloe ada orang-orang Melayu. Portugis yang berhomebase di Malaka diduga menjadi faktor pemicu banyak orang-orang Melayu yang kemudian berdiam di Makassar. Kampong Malayo di Makassar diduga sudah ada sebelum orang-orang Belanda mencapai Makassar. Faktor orang-orang Melayu menyebabkan orang-orang Makassar mahir berbicara Melayu.

Kamus bahasa Belanda-Melayu dalam aksara latin adalah alat yang penting bagi pelaut-pelaut dan pedagang-pedagang Belanda (VOC) dalam melakukan perdagangan di nusantara (Oost Indie) termasuk interaksi mereka dengan penduduk asli di Makassar. Bagaimana proses pembentukan kamus Belanda-Melayu ini tentu sangat menarik untuk ditelusuri. Pembentukan kamus ini tidak hanya digunakan untuk perdagangan tetapi juga bahasa resmi kedua dalam pemerintahan hingga kemudian kelak menjadi cikal bakal kamus Bahasa Indonesia.

Frederik de Houtman, Penyusun Kamus Pertama; Class Leuers, Orang Belanda Pertama di Somba Opoe, Makassar

Dalam pelayaran pertama orang Belanda ke Nusantara (Oost Indie) yang dipimpin Cornelis de Houtman, di dalamnya termasuk salah satu ahli bahasa, namanya Frederik de Houtman. Frederik adalah saudara dari Conelis de Houtman (lihat Frederik de Houtman, 1603). Para pelaut Belanda ini tentu saja tidak hanya mengandalkan kamus Portugis-Melayu (yang jumlah kosa kata sangat terbatas), tetapi sepanjang perjalanan inilah peran Frederik de Houtman sebagai ahli bahasa (untuk mengumpulkan dan menyalin ke dalam aksara Latin).

Jurnal Cornelis de Houtman, 1595-1597 (terbit 1598)
Perjalanan pelayaran hari demi hari yang dipimpin C de Houtman dapat dibaca pada Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent, 1598. Pelayaran ini dimulai pada tanggal 2 April 1595 dengan total 249 orang. Di dalam jurnal ini juga berisi beberapa peta termasuk peta pulau Madagaskar, Sumatra dan. Peta-peta yang dilampirkan dalam jurnal ini berbahasa Portugis. Ini mengindikasikan bahwa C de Houtman merujuk pada peta-peta buatan Portugis. Satu hal, di dalam jurnal ini juga dilampirkan kamus (kecil) bahasa Portugis-Melayu. Ini mengindikasikan bahwa dari Amsterdam, C de Houtman hanya mengandalkan kamus buatan Portugis ini.

Cornelis de Houtman kembali ke Amstedam (Belanda) dengan hanya membawa puluhan pelaut-pelautnya yang tersisa termasuk Frederik de Houtman. Sejak keberhasilan Cornelis de Houtman mencapai nusantara, investasi pedagang-pedagang Belanda semakin intens dan melakukan pelayaran secara kontinu ke nusantara.

Peta Sumatra (Jurnal C de Houtman, 1598)
De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost Indie (1595-1610) door JKJ de Jonge (1865) menyalin nama-nama orang Belanda yang sudah berperan di Oost-Indie dari tahun 1597 hingga 1610. Mereka itu berada di Jawa, Bali, Kepulauan Maluku, Amboina, Banda, Celebes [Sulwaesi], Patane en Siam, Japan, Djohor, Atjien [Atjeh], Borneo [Kalimantan], Pantai Corromandel, Arrakan, Seylon, Pantai Malabar dan Goezzarate. Orang-orang Belanda yang sudah menetap di nusantara diantaranya Class Leuers dan Samuel Denis di Sambopp [Somba Opoe], Celebes. Class Leuers tahun 1607 dan 1608, sedangkan Samuel Denis 1609-1612.  

Kamus Frederik de Houtman, Kamus Melayu Pertama (terbit 1603)
Frederik de Houtman berada di Atjeh (dalam tahanan) dari tahun 1599 hingga 1602. Pada tahun 1603 kamus Belanda-Madagaskar-Melayu karya Frederik de Houtman diterbitkan (proses penyelesaian akhir kamus dilakukan di Goed Hoop). Ini mengindikasikan bahwa Frederik kembali lagi ke Belanda setelah dari Atjeh. Frederik de Houtman kembali ke nusantara tahun 1605 (ditempatkan) di Amboina hingga 1611.

Pada tahun 1603 kamus Belanda-Madagaskar-Melayu karya Frederik de Houtman diterbitkan dengan judul Spraeck ende woord-boeck in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met vele Arabische ende Turcsche woorden. Kamus ini ditulis dalam aksara latin, Jumlah kosa kata cukup banyak. Kamus ini tidak hanya membuat entri kata tetapi juga kalimat.

Pelabuhan Banten, 1596 (Jurnal de Houtman, 1598)
Orang-orang Belanda yang sudah menetap di nusantara selain Frederik de Houtman adalah Class Leuers yang ditempatkan di Sambopp [Somba Opoe], Celebes. Class Leuers berada di Somba Opoe pada tahun 1607 dan 1608. Sudah barang tentu Class Leuers telah mempelajari kamus Frederik de Houtman sebagai pegangan berkomunikasi dengan orang-orang Melayu dan orang-orang Makassar di Somba Opoe.

Class Leuers, orang Belanda pertama berada di Somba Opoe pada tahun 1607. Tidak diketahui apakah ada orang Portugis yang tinggal di Somba Opoe. Jika kita memperhatikan hari jadi Kota Makassar dinyatakan pada tanggal 9 November 1607, apakah penempatan orang Belanda ini sebagai acuan atau apakah yang menjadi rujukan penetapan hari jadi Kota Makassar. Satu alasan penetapan ini disebutkan didasarkan pada peristiwa salat Jumat bersama di masjid Tallo, pada 9 November 1607 pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV. Mengapa bukan pada saat pendirian kota Somba Opoe (kota dimana sudah terdapat orang(-orang) Eropa?

Satu pertanyaan mengapa kamus Belanda-Madagaskar-Melayu? Ini satu pertanyaan yang sulit dipahami tetapi mudah dijelaskan. Dalam pelayaran pertama Cornelis de Houtman cukup lama berada di (pulau Madagaskar) sekitar setengah tahun sebelum tiba di Sumatra pada bulan Juli 1596. Lamanya berdiam di Madagaskar boleh jadi untuj tujuan banyak hal, seperti beristirahat total setelah pelayaran dari Amsterdam yang tidak cukup istirahat. Juga kemungkinan untuk perbaikan-perbaikan kapal. Tentu saja aklimatisasi (penyesuain iklim dan cuaca tropis). Boleh jadi ini kesempatan Frederik de Houtman untuk mempelajari bahasa Madagaskar yang ternyata adalah memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu. Dari sinilah pengetahuan bahasa Melayu para penerjemah Cornelis de Houtman ketika tiba di nusantara. Pengetahuan bahasa Melayu Frederik de Houtman diperkaya pada pelayarannya pada tahun 1599 ke nusantara yang bertempat tinggal di Atjeh semama tiga tahun (hingga 1602). Pada saat kembali lagi ke Belanda Frederik de Houtman menerbitkan kamusnya di Amsterdam.

Kamus Frederik de Houtman besar kemungkinan adalah kamus pertama Belanda-Melayu. Sejak munculnya kamus Frederik de Houtman di Eropa diterbitkan kamus berjudul Spieghel, van de Maleysche Tale tahun 1612. Dari isi kamus ini mirip dengan isi kamus Frederik de Houtman. Setelah itu baru terdeteksi kamus berjudul Dictionarium, ofte Woord en spraeck-boeck, in de Duytsche en Maleysche tale, met verscheyde t'samen-spreeckingen, in 't Duytsch en Maleysch, aengaende de schipvaert en allerleye koopmanschap (1680). Juga muncul di Eropa kamus bahasa Latin berjudul Collectanea Malaica Vocabularia yang terbut tahun 1707.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. terimaksih telah menghadirkan artikel yang sangat bermanfaat :)

    BalasHapus