Laman

Senin, 04 Maret 2019

Sejarah Yogyakarta (17): Sejarah Sepak Bola di Yogyakarta Bermula Tahun 1906; Perserikatan Djokjakarta Didirikan 1920


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini 

Pada tahun 1906 pertandingan sepak bola diadakan di Djokjakarta (baca: Yogyakarta). Pertandingan ini dapat dianggap sebagai awal mula sepak bola di Yogyakarta. Pertandingan sepak bola di Yogyakarta diduga muncul setelah di dua kota sudah muncul kompetisi/tunamen sepak bola yakni di Batavia (1904) dan di Medan (1905). Intensitas pertandingan di Soerabaja, Semarang dan Bandoeng dan dibentuknya federasi sepak bola dunia (FIFA) tahun 1904 juga diduga faktor penting munculnya sepak bola di Djokjakarta.

Lapangan sepak bola di Jogjakarta (Peta 1925)
Intensitas pertandingan memunculkan dibentuknya perserikatan (bond) sepak bola. Perserikatan sepak bola yang sudah dibentuk terdapat di Batavia, Medan, Soerabaja, Semarang, Bandoeng dan Makassar. Pada tahun 1914 di Jawa dimulai  kejuaraan antar perserikatan pertama yang diadakan di Semarang. Setelah kejuaran antara perserikatan di Bandoeng (1918) muncul gagasan untuk mendirikan federasi sepak bola Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Federasi ini disebut NIVB (Nederlandsch Indie Voetbal Bond) dan bergabung dengan FIFA pada tahun 1919. Lalu pada tahun 1920 di Djokjakarta dibentuk perserikatan sepak bola. Tujuan pembentukan perserikatan sepak bola di Djokjakarta adalah untuk bergabung dengan NIVB.

Ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan sepak bola di Djokjakarta lebih lambat jika dibandingkan kota-kota lain. Akan tetapi tidak ada kata terlambat, sepak bola Djokjakarta ingin terus maju. Seperti di kota-kota lain, orang-orang Eropa/Belanda yang mempelopori kegiatan sepak bola yang kemudian tumbuh dan berkembang di kalangan pribumi. Pada tahun 1929 di Djokjakarta dibentuk perserikatan sepak bola pribumi yang disebut Persatuan Sepakraga Mataram yang menjadi cikal bakal Persatuan Sepak Bola Indonésia Mataram (PSIM).

Lantas bagaimana itu terjadi? Sejarah sepak bola awal di Djokjakarta jarang atau boleh dikatakan tidak terinformasikan. Untuk itu perlu ditelusuri ke masa lampau bagaimana sepak bola di Djokjakarta berawal dan bagaimana dinamika selanjutnya.   

Tim Sepak Bola Pertama di Yogyakarta: DOO (Door Oefening Ontwikkeling)

Perserikatan atletik dan senam (athlethiek en gymnastiek vereeniging) Door Oefening Ontwikkeling di Utrecht didirikan dan disahkan pemerintah Belanda pada tahun 1906 (lihat Algemeen Handelsblad, 17-05-1906). Tidak lama kemudian juga diketahui terdapat perserikatan atletik dan senam Door Oefening Ontwikkeling (DOO) di Djokjakarta yang selain memiliki tim atletik dan senam juga memiliki tim sepak bola. Tim sepak bola DOO Djokjakarta ini melawat ke Magelang untuk melawan tim sepak bola Achilles. Pertandingan yang dilangsungkan hari Munggu tanggal 9 Desember 1906 ini berakhir dengan sekor 7-1 untuk kemenangan tim Magelang (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-12-1906).   

Het nieuws van den dag voor NI, 13-12-1906
Tidak diketahui secara jelas apa hubungan DOO Utrecht di Belanda dengan DOO di Djokjakarta di Hindia Belanda. Yang jelas, di Djokjakarta sudah terbentuk tim sepak bola, yang diduga kuat sebagai tim sepak bola pertama. Di Magelang sendiri sepak bola sudah lebih awal jika dibandingkan Djokjakarta. Tim sepak bola Achilles adalah tim sepak bola militer dari garnisun di Magelang. Tim sepak bola militer di Batavia (Meester Cornelis) dan Bandoeng (Tjimahi) namanya Sparta.    

Sejak adanya tim sepak bola di Djokjakarta (DOO), semakin sering diberitakan sepak bola di Djokjakarta. Berbagai tim sepak bola bertanding ke Djokjakarta seperti tim dari Solo dan Semarang. Tim dari tempat jauh juga berdatangan seperti Sparta dari Bandoeng, Oliveo dari Batavia. Tim sepak bola tetap disebut DOO seperti yang diberitakan De Preanger-bode, 16-01-1917 bahwa Sparta pada hari Minggu di Djokjakarta akan memainkan pertandingan melawan klub sepak bola yang didirikan DOO (Door Oefening Ontwikkeld). 

Pada tahun 1914 di Jawa diadakan Kejuaraan Antar Perserikatan pertama yang diadakan di Semarang. Kejuaan berikutnya diadakan di Batavia (1915) dan di Soerabaja (1916). Pada tahun 1917 kembali Kota Semarang sebagai tuan rumah. Kejuaraan tahun 1918 diadakan di Bandoeng. Setelah kejuaran perserikatan di Bandoeng muncul gagasan untuk mendirikan federasi sepak bola Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Federasi ini disebut NIVB (Nederlandsch Indie Voetbal Bond) yang kemudian statuta NIVB disahkan 20 Oktober 1919 dan NIVB diusulkan masuk FIFA. Adapun tim-tim yang bertanding dalam kejuaraan perseritakatan tersebut perserikatan-perserikatan yang telah terbentuk di Batavia, Bandoeng, Semarang dan Soerabaja. Perserikatan-perserikatan di Jawa dan perserikatan di Medan dan Makassar inilah yang kemudian dibentuk menjadi satu federasi (NIVB).

Perserikatan sepak bola di Djokjakarta baru dibentuk pada tahun 1920. Pembentukan perserikatan di Djokjakarta diketahui sebagaimana diberitakan surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, 04-06-1920: ‘Kemarin didirikan Asosiasi sepak bola Djokjasche. Tujuan pembentukan perserikatan sepak bola di Djokjakarta adalah untuk bergabung dengan NIVB’. Dengan terbentuknya perserikatan, tim Djokjakarta dimungkinkan untuk mengikuti kejuaraan perserikatan yang kini diselenggarakan oleh NIVB.

Bataviaasch nieuwsblad, 04-06-1920
Di Djokjakarta paling tidak sudah diketahui terdapat tiga klub sepak bola yaitu KVC, de Ajax dan DPH (Djokjasche Voetbal Hond). Selain itu sudah mulai dilakukan kompetisi sepak bola di kalangan pelajar seperti AMS, Prinsesjuliana-School, Kweekschool dan MULO (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-06-1920).

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-12-1921: ‘Djokjakarta, 27 Desember 1921. Pertandingan sepak bola antara klub perserikatan Djokjasche de Ajax dan klub perserikatan Semarang Go Ahead berakhir dengan skor 1-1. Kemudian pertandingan antara Tim Perserikatan Djokjakarta dan Go Ahead berakhir dengan kemenangan 0-3 bagi Semarangers. Bataviaasch nieuwsblad, 20-04-1922: ‘Djokjakarta 19 April. Pada hari Selasa, klub Oliveo dari Batavia memainkan pertandingan melawan Tim Perserikatan Djokjakarta. Klub Oliveo menang setelah pertempuran seru dengan 2-0.

De Preanger-bode, 04-03-1921
De Preanger-bode, 04-03-1921: ‘Atas keputusan pemerintah, anggaran dasar perserikatan Voetbalbond Djokja (disingkat VBD) di Djokja disetujui dan karenanya diakui mulai yanggal 3 Juni 1920 sebagai badan hukum’.

De Preanger-bode, 27-02-1922 Pada rapat tahunan yang pertama terpilih ketua baru. Mr PJ Perquin, sekretaris Sosrosoetiksno (dari serikat MAS). Untuk kompetisi berikutnya, diklasifikasikan dalam divisi-1: Ajax, AMS, Klaten, DVC de Veteran MAS. sedangkan untuk divisi-2 terdaftar MULO, AMS-2, MAS-2, DVC-2 dan Ajax-2 sementara partisipasi Militer dan Kweekschool masih ragu-ragu.

De Indische courant, 08-02-1923: ‘Malam ini perserikatan sepakbola Djokjasche mengadakan pertemuan umum tahunan...Sebelumnya, diumumkan bahwa waktu kompetisi yang mana hari Sabtu dan Minggu akan dimulai. Perserikatan berikut telah mendaftar untuk kompetisi ini, Untuk divisi-1: Achilles, AMS, MAS, VVM, KJB, Quick, SVV dan Jong Java, sementara persatuan perserikatan Tionghoa CTHV berjanji untuk bergabung sesegera mungkin. Untuk divisi-2: Quick, AMS-2, MAS-2, VVM-2, KJB-2, Jong Java-2 dan Sparta. Juga disebutkan bahwa saat ini perserikatan (bond) memiliki 300 anggota.

De Indische courant, 01-12-1923
Sementara perserikatan di bawah NIVB terus berkembang dengan semakin bertambahnya perserikatan di berbagai kota, juga mulai dirasakan bahwa perserikatan-perserikatan yang ada tidak mampu menampung semua klub yang ada untuk ikut berkompetisi. Klub-klub yang tidak tertampung ini, yang umumnya klub-klub pribumi mulai muncul gagasan untuk membentuk perserikatan sendiri. Demikian juga klub-klub Tionghoa mulai memikirkan untuk membentuk perserikatan sendiri.

Di Batavia pada tahun 1906 klub-klub yang tidak tertampung pernah yang semuanya klub-klub pribumi dikumpulkan oleh Dr. Abdul Rivai untuk membentuk perserikatan sendiri. Di Medan, perserikatan Deli Voetbal Bond yang dibentuk tahun 1907 mulai mengalami titik balik. Sehubungan dengan pembentukan perserikatan regional (OSVB) tahun 1915, maka banyak klub-klub DVB yang tidak memenuhi syarat untuk berkompetisi di OSVB. Klub-klub yang tidak memenuhi syarat ini hampir semuanya klub-klub pribumi. Lalu pada tahun 1923 Dr. Radjamin Nasution menyatukan semua klub-klub DVB yang tidak memenuhi syarat di OSVB menjadi perserikatan sendiri dengan tetap menggunakan nama DVB. Ketika dibentuk federasi NIVB tahun 1919 wakil perserikatan dari Medan adalah OSVB. Dalam perkembangannya, juga muncul perserikatan sendiri untuk klub-klub kantor/perusahaan seperti di Soerabaja dan Batavia. Perserikatan ini disebut perserikatan sepak bola kantor.

Proposal NIVB untuk menjadi anggota FIFA kemudian diterima secara resmi pada tanggal 24 Mei 1924 dengan nama Dutch East Indies. Dengan diterimana NIVB menjadi anggota FIFA maka aturan FIFA harus dijalankan, yang mana anggota NIVB juga harus menjalankan aturan FIFA. Dalam level perserikatan diumumnkan bahwa setiap pemain hanya bermain untuk satu klub. Pemain-pemain pribumi banyak yang bermain di dua klub dan dengan adanya aturan baru para pemain harus menentukan klub yang dibela.

Pada tahun 1927 muncul kisruh di dalam tubuh organisasi NIVB. Nama federasi NIVB lalu kemudian menjadi Nederlansch Indie Voetbal Unie (NIVU). Perubahan ini kemudian dilaporkan ke FIFA.

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia

Seperti halnya di Medan, di berbagai kota di Jawa mulai berkembang perserikatan sepak bola pribumi. Kota-kota yang telah memiliki perserikatan sepak bola pribumi antara lain Solo (1923), Soerabaja (1927), Batavia (1928), dan Jogjakarta (1929).

Foto udara lapangan sepak bola di Soeracarta, 1932
Pada tahun 1928 perserikatan sepak bola di Solo mengadopsi nama Indonesia sedangkan Jogjakarta pada tahun 1930. Hal ini sehubungan dengan kebijakan baru Boedi Oetomo yang berafiliasi dengan PPPKI tahun 1928 (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 15-02-1928). Pada tahun 1931 pasca kongres Boedi Oetomo di Batavia (pertama kali dilakukan di luar Jawa) statuta Boedi Oetomo diubah dari visi kedaerahan menjadi visi Indonesia.

Pada tahun 1930 perserikatan-perserikatan pribumi ini membentuk federasi sendiri yang disebut Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1930).

Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1930
Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1930: ‘Pertandingan kompetisi sepak bola pribumi berlangsung antara Djokja, Soerabaya, Solo dan Batavia di Djokja. Hasilnya adalah sebagai berikut: Djokja-Surabaya 1-1 (setelah dilakukan pengundian Soerabaja dinyatakan pemenang). Batavia-Solo 3-l dan Batavia-Surabaya 4-2. Tahun ini Batavia adalah juara federasi sepak bola (pribumi) Indonesia. Setelah pertandingan, dilakukan pertemuan dewan dari berbagai perserikatan. Diputuskan untuk membentuk federasi secara definitif. Federasi ini menyandang nama Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (PSSI), dengan Djokja sebagai kedudukan dewan. Ketua telah ditunjuk yakni Ir. Soeratim, Amir sebagai sekretaris dan Abdul Hamid sebagai bendahara. Pada tahun 1931 pertandingan kompetisi akan dimainkan di Solo’.

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia secara definitif dibentuk pada tanggal 19 April 1930. Federasi baru ini kemudian didaftarkan kepada pemerintah untuk disahkan. Dengan demikian di Hindia Belanda terdapat dua federasi. Bagi pemerintah hal itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah bahwa NIVU adalah anggota FIFA dan hanya mengakui satu federasi dari setiap negara. PSSI tidak mungkin lagi menjadi anggota FIFA dan sudah pasti pengurus PSSI mengetahui itu.

Pembentukan federasi baru, PSSI menjadi dilema bagi pemain sepak bola. Sebab di Batavia paling tidak ada dua klub pribumi yang menjadi anggota VBO yang mana VBO adalah anggota NIVU. Di Medan jumlah klub pribumi lebih banyak di perserikatan OSVB yang mana OSVB sudah berafiliasi dengan NIVU (sejak federasi NIVB dibentuk tahun 1919).

Federasi NIVU menyambut baik didirikannya federasi baru, PSSI. Hal ini terungkap dalam butir 7 hasil keputusan rapat tahunan federasi NIVU (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-08-1930). Butir 7 tersebut menyatakan sebagai berikut: Van de oprichting van de Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) gevestigd te Djokja, werd met belangstelling kennis genomen. Ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pembentukan federasi PSSI adalah normal. Sepak bola adalah sepa bola; NIVU adalah NIVU dan PSSI adalah PSSI. Sejauh ini tidak ada kesan pertentangan politik dalam pembentukan federasi PSSI. Politisasi mulai baru muncul di ranah sepak bola di Soerabaja pada tahun 1932.

Radjamin Nasution, anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja menggagas diadakannya forum bangsa-bangsa Asia. Forum ini yang disebut Komite Aksi Persatoean Bangsa Azia kemudian mengadakan rapat umum di Gedong Nasional Soerabaja (lihat De Indische courant, 23-05-1932). Dalam rapat ini juga turut dihadiri perwakilan Indo-Arab dan perwakilan Tionghoa. Disebutkan seorang pembicara yang tampil di podium memberikan paparan tentang asal mula sengketa antara dewan SVB (perserikatan sepak bola Soerabaja) dan NIVB (Ned.  Ind. Voetbal Bond) dan editor Sin Tit Po. Dalam akhir pidatonya mengakhiri: ‘Kami tidak kenal SVB! Kami tidak kenal NIVB! Kami hanya kenal Federasi Sepak Bola Indonesia! (hadirin bersorak gemuruh). Dalam rapat umum ini juga berbicara Dr. Radjamin Nasution yang menjelaskan secara rinci bagaimana perselisihan dengan SVB dan NIVB telah muncul dan apa yang telah dilakukan SIVB (Perserikatan Sepakbola Indonesia Surabaja) untuk memboikot kejuaraan antara kota. Dr. Radjamin Nasution yang kini menjadi anggota dewan kota, pengurus inti PBI (bersama Dr Soetomo) pada tahun 1923 mendirikan perserikatan sepak bola pribumi di Medan (Deli). Semasa kuliah di STOVIA, Raden Soetomo dan Radjamin Nasution satu kelas. Radjamin Nasution adalah kapten tim Docter Djawa Club, klub yang berkompetisi di perserikatan sepak bola Batavia (BVB) dalam lawatan pramusim ke Medan tahun 1907 untuk bertanding dengan Tapanoeli Voetbal Club. Radjamin Nasution di Soerabaja juga adalah pendiri perserikatan sepak bola kantor (SKVB).

Intrik-intrik politik di dalam sepak bola semakin menguat sehubungan dengan peningkatan ekskalasi politik di kalangan revolusioner Indonesia. Boedi Oetomo pada tahun 1935 telah merger dengan partai politik PBI dengan membentuk Partai Indonesia Raya. Pada tahun 1937 dua tim sepak bola pribumi (baca: Indonesia) akan melawat ke Jepang.

PSIM Jogjakarta

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar: