Laman

Rabu, 30 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (21): Catur di Sukabumi Sudah Ada Sejak Jaman Kuno? Juara Catur Belanda Dr Euwe Kunjungi Sukabumi, 1930


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini 

Untuk urusan permainan catur di Sukabumi, jangan tanya. Pemegang gelar Grand Master pertama Indonesia kelahiran Sukabumi, Herman Suradiradja. Satu abad yang lalu sudah ada komunitas catur di Sukabumi. Bahkan Kota Sukabumi termasuk salah satu kota yang dikunjungi juara catur Belanda Dr Euwe tahun 1930 (kemudian menjadi juara dunia). Itu dulu. Tapi bagaimana pada masa ini? Itu sudah ditulis oleh yang lain. Kita hanya fokus tentang catur Sukabumi tempo doeloe. Sebab, sejarah adalah tetap sejarah.

Artefak dan Raja Catur dari Sukabumi
Ada satu sejarah lain di Sukabumi yang dikaitkan dengan permainan catur. Belum lama ini, tiga tahun lalu di Sukabumi ditemukan artefak kuno yang mengindikasikan batu mirip buah catur. Lokasi penemuan artefak ini berada di kecamatan Ciemas (yang menjadi bagian dari wilayah  Geopark Ciletuh Sukabumi). Artefak-artefak dari batu yang menyerupai buah catur ini seperti kuda, benteng, gajah dan pion.   

Lantas mengapa tempo doeloe di Sukabumi terdapat komunitas catur. Bahkan komunitas catur Sukabumi ini sangat diperhitungkan. Padahal kota Soekaboemi hanyalah kota kecil tidak sebesar kota Batavia, Bandoeng, Soerabaja dan Medan. Namun sayang komunitas catur di Soekaboemi ini hanya terbatas di kalangan orang-orang Eropa (tidak ada pribumi). Lalu apakah absennya pribumi tempo doeloe, kini telah ditunaikan oleh Herman Suradiradja? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Komunitas Catur Soekaboemi

Seorang pembaca di Soekaboemi kerap mengirimkan solusi dari problem catur yang dimuat di surat kabar yang terbit di Batavia. Pengasuh ruvrik catur ini memberi tanggapan kepada pembaca di Soekaboemi ini paling tidak sudah dimuat pada surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 02-08-1913. Secara berkala sang pembaca ini mengirim ke redakasi dan selalu mendapat komentar dari pengasuh rubrik. Si Pembaca tidak menyebut namanya, hanya dengan nama inisial Pion. Keberadaan si Pembaca ini menunjukkan ada seseorang atau sekelompok orang di Sukabumi yang menaruh perhatian pada dunia permainan catur.

Tiga tahun sebelumbnya, surat kabar Sumatra Post yang terbit di Medan pada edisi 17 dan 18 Juni 1910 memberitakan kedatangan dua anak Batak dari Tanah Karo datang ke Medan untuk menantang pemain catur terkuat dari orang-orang Eropa/Belanda yang tergabung dalam klub catur di Medan. Klub catur Medan bernama ‘Die Witte Societeit’ juaranya adalah Mr. Platte. Pecatur kuat orang Eropa/Belanda di Medan itu dapat dikalahkan dua anak muda ini. Surat kabar Het nieuws van den dag: kleine courant, 16-07-1910 yang mengutip dan meringkas berita surat kabar Sumatera-Post pada tanggal 17 dan 18 Juni 1910 menyajikannya sebagai berikut: “…dua anak Batak, telah datang ke Medan dan bermain catur di klub "Die Witte Societeit" dan ingin menantang pemain catur terkuat orang Eropa/Belanda yang ada di Medan…koran ini memberi latar terhadap orang pedalaman ini..mereka (kedua anak muda itu) datang dari kampong di pedalaman, dimana biasanya mereka bermain catur di rumah atau bale-bale yang hanya menggunakan perangkat catur yang sangat primitif, bijih catur yang dibuat sendiri, papan catur hanya ada di lantai bale-bale yang digoret dengan pisau, dimana penonton hanya melihat dengan jongkok dan setengah penonton lainnya hanya bisa bergayut di tiang-tiang bale-bale namun semuanya serius memperhatikan permainan..’. De Sumatra Post, 30-08-1910 menurunkan berita dengan judul: ‘Bataksche schakers naar Europa’. Dua anak Batak yang diberitakan terdahulu  yang bernama Si Narsar dan Si Garang yang keduanya merupakan murid di sekolah guru di  Kabandjahe yang telah mengalahkan juara catur Medan telah menerima undangan dari  de Koning uit Djember (yang baru-baru ini tinggal di sini, Medan), untuk datang ke Belanda/Eropa atas biayanya pengusaha itu sendiri, selama sepuluh bulan mulai bulan Januari 1911. Pengusaha ini bermaksud memperkenalkan anak-anak itu dengan dunia catur di Eropa dan semoga mereka bisa mendapat gelar  ETI master catur.

Gambaran singkat di atas menunjukkan komunitas catur di Hindia Belanda (baca: Indonesia) sudah terdapat di berbagai kota seperti Batavia, Medan, Buitenzorg dan Soekaboemi. Boleh jadi atas dasar ini sejumlah pegiat catur melakukan pertemuan di Batavia (lihat De Preanger-bode, 30-05-1914). Disebutkan bahwa dalam pertemuan ini muncul minat yang kuat untuk mendirikan asosiasi yang disebut Nederlandsche Indische Schaak Bond (NISB). Besar dugaan pegiat catur di Soekaboemi hadir dalam pertemuan ini.

Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1915
Pada tahun sebelumnya (1913) asosiasi sepak bola telah didirikan di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Asosiasi ini disebut Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB). Pada tahun 1914 NIVB telah menyelenggarakan kejuaraan antar kota yang pertama yang diadakan di Semarang. Kejuaraan yang kedua akan diadakan tahun berikutnya 1915 di Batavia.      

Partisipasi pecatur-pecatur Soekaboemi dalam pembahasan problem catur di surat kabar tidak ada putusnya. Pada tahun 1915 muncul nama pembaca lainnya yang berdomisili di Soekaboemi yang kerap mengirim tanggapan pada problem catur yang dimuat di surat kabar lain dengan inisial JB (Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1915). Dua pembaca menulis di surat kabar ini sudah cukup menyimpulkan bahwa di Kota Soekaboemi sudah terbentuk komunitas catur.

Nieuwe Rotterdamsche Courant edisi 25-02-1914
Sementara itu, dunia catur di Indonesia (baca: Hindia Belanda) mulai menarik perhatian di Eropa/Belanda. Ini dapat dibaca pada surat kabar yang terbit di Belanda, Nieuwe Rotterdamsche Courant edisi 25-02-1914. Disebutkan bahwa koran-koran di Hindia Belanda terus memantau sepak terjang si Narsar yang mana beberapa pekan terakhir, koran-koran di Hindia Belanda (Indonesia) sangat intens memberitakan tentang seorang Bataktchea yang permainan caturnya semakin mempesona. Diuraikan koran ini, Narsar bahkan telah melakukan pertandingan simultan (permainan dimainkan secara bersamaan) dengan hasil yang baik, termasuk klub dari komunitas-komunitas catur di Batavia dan Magelang. Tanggal 7 Januari di Batavia Si Narsar memenangkan semua pertandingan dan satu partai membuat satu remis, Pada tanggal 9 Januari, ia memenangkan tujuh file pertandingan dan hanya satu partai yang kehilangan (maksudnya kalah). Juga disebutkan surat kabar Rotterdamsche ini bahwa si Narsar juga telah memainkan pertandingan melawan 28 pecatur dalam 90 partai, semuanya dimenangkan kecuali satu partai remis. Narsar juga melakukan pertandingan di Magelang dan Semarang yang semuanya dimendangkannya. Koran  Rotterdamsche ini juga mengutip pernyataan Mr. Van der Buhle dan Onnen yang diartikalasi bahwa "apa yang sudah dalam dunia catur Hindia Belanda dari seorang anak Batak terbilang dengan menggunakan gerakan dan aksi yang tidak lazim. Bahkan hal ini terlihat ketika berhasil melawan sejumlah pecatur-pecatur tangguh orang Belanda. Koran Rotterdamsche ini lebih lanjut menulis, bahwa melihat sepak terjang Si Narsar ini, boleh jadi dimungkinkan bahwa pecatur Eropa/Belanda akan datang kepada dirinya yang rata-rata mereka bergelar master. Anak jenius dari Batak ini sangat luar biasa. Dalam sejarah, prestasi fantastis ini hanya pernah di dengar sekitar abad ketujuh masehi dari seorang pecatur Persia, demikian surat kabar Rotterdamsche menggarisbawahi. Disebutkan lebih lanjut bahwa partai yang dimainkan oleh si Narsar pada pertandingan 6 Januari 1914 di Batavia, ia memegang putih dan lawannya hitam dan si Narsar dapat membuktikan jauh lebih berseni. Berikut hasil analisis permainanya (lihat gambar, file database permainan tidak dicantumkan semua disini). Yang jelas menurut koran Rotterdamsche ini ada pengakuan di sana-sini, di mana Si Narsar tampak jauh jauh lebih kuat, dia melakukan yang terbaik. Vooalsnog heeit, waspadalah pecatur Batak (mungkin maksudnya jangan meremehkan pecatur-pecatur pribumi).

Indikasi adanya keinginan untuk membentuk klub catur di Soekaboemi sudah terbaca di sura kabar pada tahun 1916 (lihat De Preanger-bode. 31-05-1916). Klub catur Soekaboemi akan dengan sendirinya bergabung dengan asosiasi catur nasional (Nederlandsche Indische Schaak Bond). Pecatur-pecatur Soekaboemi masih terlihat kiprahnya. Dua yang terkenal yang kerap berpartisipasi dalam problem catur di surat kabar yang berasal dari Soekaboemi berinisial CAR (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-01-1921) dan berinisial JvdK (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-03-1924).

Het nieuws van den dag voor Ned.-Indië, 21-08-1926
Kisah pecatur dua anak Batak yang menghebohkan orang-orang Belanda menjadi tonggak pemberitaan catur di Indonesia khususnya di kalangan pribumi sudah lama tidak terberitakan. Dalam perkembangannya, berita yang muncul adalah pemuda-pemuda Batak yang berada di Batavia telah membentuk klub catur. Surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 mengabarkan bahwa klub catur orang Batak yang bernama ‘Jong Batak’ telah didirikan di Batavia beberapa bulan lalu yang anggotanya orang-orang muda dari Tanah Batak. Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 21-08-1926 juga memberitakan kabar ini dan menambahkan dalam beritanya klub catur "Jong Batak", kemarin malam bertamu ke klub catur Zustervereeniging ‘Schaakmat’ yang bertempat di aula Waterlooplein. Pada pukul 09:30, pertandingan catur beregu dimulai dengan hasil imbang. Meski hasilnya imbang, para pemain ‘Schaakmat’ yang tergolong tim terkuat di Batavia, memberikan pujian untuk melihat bahwa "Jong Batak" adalah lawan yang mana harus diperhitungkan. Dalam pertandingan ini ‘Schaakmat’ berada di papan catur dengan warna putih. Pertandingan tersebut 15 orang Batak vs 14 orang Belanda (plus satu orang pribumi). Hasil lengkap pertandingan beregu tersebut lihat tabel.

Dr Euwe, Juara Catur Belanda Berkunjung ke Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

Grand Master Hermand Suradiradja: Inspirasi Bagi Pecatur Sukabumi Masa Ini

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar: