Laman

Minggu, 10 Mei 2020

Sejarah Bogor (50): Bupati Kampong Baroe di Land Bloeboer, Buitenzorg; Tingkatan Gelar Para Bupati pada Era VOC-Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Bupati Kampong Baroe diangkat Pemerintah VOC di hulu sungai Tjiliwong bermula ketika dibuat perjanjian (plaacaat) 20 Juli 1687. Perjanjian ini dilakukan sehari sebelum diadakan ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong yang dipimpin oleh Luitenant Patingi dan Sergeant Pieter Scipio. Rencana pengangkatan bupati ini dilakukan setelah adanya perjanjian VOC dengan Mataram dalam penyerahan wilayah di barat Tjimanoek. Bupati yang pertama diakui oleh Pemerintah VOC adalah bupati Sumedang. Oleh karena dalam pengangkatan bupati, Pemerintah VOC berkoordinasi dengan bupati Sumedang. Bupati-bupati yang sudah eksis antara lain bupati Tjiandjoer dan bupati Bandoeng.

Ada perbedaan antara jabatan dan gelar. Jabatan adalah pemimpin lokal di suatu wilayah. Yang tertinggi adalah bupati (regent). Wakil bupati dapat ditambahkan dengan sebutan Patih. Perangkat pemerintahan bupati antara lain Djaksa (yang juga merangkap sebagai kepala polisi) dan penghoeloe (dalam urusan keagamaan). Oleh karena pada era Pemerintah Hindia Belanda, kepala daerah adalah Residen/Asisten Residen atau Controleur maka posisi bupati adalah anggota dari badan hukum (recht) sebagai pemimpin penduduk pribumi. Untuk orang-orang Eropa langsung di bawah Residen/Asisten Residen atau Controleur. Para bupati, djaksa dan penghoeloe digaji oleh pemerintah. Para pemimpin lokal ini memiliki gelar-gelar tersendiri yang diberikan secara adat dan diratifikasi oleh pemerintah. Tingkatan gelar adakalanya mengindikasikan besarnya gaji yang diterima. Sejak era VOC gelar-gelar yang terdaftar adalah sebagai berikut (mulai dari yang tertinggi): 1. Dipati (Adipati), 2. Aria, 3. Toemenggoeng, 4. Demang, 5. Raden, 6. Ngabei, 7. Maas, 8. Rangga, 9. Condoran, 10. Patih atau bendahara, 11, Ombo atau kepala, 12. Mandor atau Loerah (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1856).

Bupati Kampong Baroe adalah bupati baru, posisi bupati (Kampong Baroe) yang dibentuk sehubungan dengan kebijakan Pemerintah VOC untuk menjadikan penduduk sebagai subjek (bekerjasama dengan VOC dalam memimpin penduduk sendiri). Ibu kota wilayah yang dipimpin oleh bupati baru berkedudukan di kampong yang baru: Kampong Baroe (dekat Kampong Halang). Yang menjadi wilayah (ulayat) bupati adalah area diantara sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane (yang kemudian disebut land Bloeboer). Kampong Baroe sendiri berada di land Kedong Halang. Bupati Kampong Baroe adalah saudara dari kepala Kampong Kedong Halang di Land Kedong Halang.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.  

Wilayah Bupati Kampong Baroe

Pada era VOC para bupati yang memimpin wilayah masing-masing bersifat otonom. Pemerintah VOC bekerjasama (dalam bentuk placaat) dengan masing-masing bupati secara terpisah-pisah. Kerjasama dalam berbagai kontrak yang disepakati seperti penanaman kopi, lada dan sebagainya termasuk perihal perdagangannya.

Bupati Kampong Baroe, karena dekat dengan Batavia, kerap datang ke Batavia. Pelantikan bupati Kampong Baroe pada tahun 1687 di Batavia. Dengan semakin intensnya komunikasi antara pejabat VOC dengan para bupati, pada tahun 1713 Gubernur Jenderal VOC     Abraham van Riebeeck bertemu dengan bupati Tjiandjoer dan bupati Bandoeng di Tjiandjoer. Abraham van Riebeeck sendiri semasih menjadi Direktur, pada tahun 1703 telah bertemu dengan bupati Tjiandjoer di Tjiseroea. Dalam kunjungan Gubernur Jenderal pada tahun 1713 rute yang dilalui melalui Buitenzorg, Tjisaroea, Tjipanas dan Tjiandjoer. Pada tahun 1776 Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk berkunjung ke Goenoeng Parang dan bertemu dengan bupati Tjiandjoer. District Goenoeng Parang kelak menjadi Soekaboemi.

Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799, Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Pada awal pemerintahan ini, wilayah antara sungai Tjimanoek dan sungai Tjikandie dibagi ke dalam dua province: Prepect Jakatrasche en Bobenlanden dan Prefect Chirebonsche en Bovenlanden. Pada era pendudukan Inggris (1811-1816) wilayah Jawa dibagi ke dalam 16 residentie termasuk dua diantaranya Residentie Buitenzorg dan Residentie Preanger Regerntscahppen.

Pada tahun 1823 Pemerintah Hindia Belanda menata kembali wilayah administratif pemerintahan. Wilayah kebupatian di Buitenzorg dibagi dua, bupati di wilayah lahan-lahan pemerintah dan bupati di lahan-lahan partikelir. Sementara di wilayah tanah-tanah partikelir lainnya dibentuk demangschap, yakni Djasinga, Paroeng, Tjibinong, Tjibaroesa dan Tjitrap. Peta 1818

Sejak pembagian wilayah administratif pemerintahan yang baru pada tahun 1823, bupati Kampong Baroe yang selama ini berkedudukan di Kampong Baroe direlokasi dengan membangun ibu kota baru di Empang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gelar Para Pejabat Pribumi

Tunggu deskripsi lengkapnya



*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar