Laman

Minggu, 02 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (23): Harimau Bali dan Sejak Kapan Punah? Habitat Harimau di Pulau Bali Hanya di Buleleng dan Jembrana


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Harimau Bali (Panthera tigris balica) sudah lama punah. Menurut Dr R van Eck (1878) harimau dan banteng liar di pulau Bali hanya ditemukan di afdeeling Boeleleng dan afdeeeling Djembrana. Salah satu favorit pelukis terkenal Raden Saleh adalah melukis hewan besar yang masih liar, dua diantaranya adalah harimau dan banteng liar. Lantas kapan harimau Bali punah? Harimau terakhir di sekitar Batavia dibunuh pada tahun 1884 (lihat Handelsblad, 18-09-1886).

Di wilayah Indonesia (baca: Hindia Belanda) harimau hanya ditemukan di pulau Sumatra, pulau Jawa dan pulau Bali. Ketika terjadi kenaikan permukaan air di jaman kuno, lalu terbentuk pulau Sumatra, pulau Jawa dan pulau Bali. Perbedaan pulau ini yang kemudian menyebabkan populasi harimau terpisah dan membentuk tiga subspesies: harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau Bali. Lantas mengapa harimau Madura disebut harimau Jawa, sedangkan harimau Bali bukan disebut harimau Jawa? Lalu sejak kapan harimau Jawa punah di (pulau) Madura?

Yang jelas harimau Bali sudah lama punah, sementara harimau Jawa belum lama amat. Sedangkan harimau Sumatra masih banyak ditemukan. Okelah. Harimau Bali pernah eksis, namun bagaimana sejarah harimau Bali kurang terinformasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*..

Harimau Bali

Punahnya harimau Bali membuat dunia heboh. Satu subspesies kucing besar telah tiada. Mungkin banyak yang menangisi, terutama para zoologist. Ada satu foto harimau Bali yang dihubungkan dengan nama seorang Hungarian Baron Oscar Vojnich. Di dalam bukunya berjudul ‘On the East Indian Group of Islands’ (1913) Vojnich mencatat telah menembak mati harimau Bali pada tanggal 3 November 1911 seperti yang dikutip berikut (berikut foto):


‘In the western part of Bali Island, along the northern shore, in the mountains of Goendoel, we discovered tiger footprints...’.’On November 2nd, while collecting twigs to be used for constructing a fence around the traps, the carcass of a freshly killed kidang (a roelike animal) was encountered by the people. The trap was set in front of the kidang, in the thicket. Munaut was almost certain that the tiger would be caught in another day. I was much less convinced, as the many human tracks could have warned the tiger. But no, it came to feed on the slightly smelly joint, and the trap caught one of its forelegs, just below the wrist.’ Foto ini juga telah dimuat di Wikipedia.

Dalam foto tersebut terkesan ada kejanggalan. Empat orang pribumi dalam foto tersebut sepintas bukan kostum orang Bali, tetapi lebih sesuai kostum orang Sumatra. Ada perbedaan antara penutup kepala dan pakaian (baju) antara orang Bali dan orang Sumatra pada era yang sama. Apakah identifikasi foto berbeda dengan teks? Atau apakah Baron Oscar Vojnich telah berbohong?

Kehadiran Baron Oscar Vojnich di Hindia Belanda benar adanya. Oscar Vojnich memang benar-benar ke Bali. Sekitar dua minggu setelah mengaku menembak harimau tanggal 3 November di Bali, Oscar Vojnich segera kembali ke Eropa. Namun sebelum ke Eropa Oscar Vojnich singgah ke Sumatra. Dalam manifest kapal Oscar Vojnich berangkat ke Padang tanggal 22 November 1911 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-11-1911). Disebutkan kapal ss Sindoro di Tandjoeng Priok hari ini berangkat menuju Nederland yang mana salah satu dari beberapa penumpang turun di Padang adalah Oscar Vojnich. Foto mengangkut harimau mati di Solok, 1900 (KITLV)

Okelah, Oscar Vojnich dalam bukunya mengaku telah menembak harimau Bali. Namun setelah dilacak lebih lanjut untuk membuktikan kebenaran foto di atas ditemukan keterangan yang berbeda dengan apa yang ditulis di dalam bukunya dengan dua berita yang ditulis seseorang dari Banjoewangi yang dimuat pada surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 28-10-1911: ‘Surat dari Banjoewangi. Menjelang Jumat, seorang turis diharapkan datang ke sini [Banjoewangi], yang telah mengunjungi semua bagian dunia dan Mr. Munaut dari Soerabaja, pedagang senjata di sana, pemburu harimau yang terkenal, yang di hutan-hutan disini dan di Djember, Loemadjang, Trenggalek, dll. Sudah begitu banyak harimau, kumbang dan banteng (banteng liar) didapatnya. Turis itu, yang juga menjadi Nimrod sejati, telah mengundang Tuan Munaut untuk menemaninya ke sini untuk berburu hewan besar bersamanya yang akan menjelajah hutan Merawang yang luas dan hutan-hutan lainnya di wilayah ini. Dari sini mereka akan menyeberang ke Badoeng (Bali) untuk berburu disana juga, tetapi hanya untuk raja harimau. Tuan Munaut akan membawa beberapa pembantu bersamanya. Semua biaya ditanggung oleh turis itu.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-11-1911: ‘Dalam surat sebelumnya saya menyebutkan tujuan kunjungan ke Banjoewangi dan Bali (untuk berburu hewan besar) dari seorang turis yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia, seorang orang kaya bernama Moynich [Vojnich] dan bahwa pada saat itu ia akan ditemani oleh pedagang senjata di Soerabaja, Munaut, pemburu harimau dan banteng yang terkenal. Tuan-tuan itu memang sudah tiba disini, namun tanpa menembak apa pun, mereka kemudian menyeberang ke Bali. ke Singaradja dan beberapa daerah lain dan setelah berhari-hari berkeliaran akhirnya mereka melihat, dan kebetulan, jejak harimau di Goenoeng Goendool. Tuan-tuan itu ngepos disana, Hongaria, juga Nimrod sejati dan pemburu itu, untuk menjerat binatang itu jatuh. Selain itu, tidak ada harimau yang ditemukan di daerah itu, jadi klaim itu tidak benar bahwa disitu penuh dengan raja harimau di Bali Utara. Banyak rusa dan kijang terlihat disana, tetapi hewan-hewan itu sangat kurus sehingga Hongaria tidak merasa ingin menembak mereka. Turis ini sudah sangat senang dengan kunjungannya ke Bali, ia menikmati alam yang indah dan sering menghabiskan waktu berjam-jam di teluk Gilie Manook, mengagumi karang dan tanaman laut lainnya dimana banyak ikan berwarna-warni bergerak bersama atau di antaranya. Dia juga melihat beberapa hal di Maloekoe, tetapi apa yang dilihat di Bali melampaui semua yang dia lihat sejauh ini dalam keindahan. Tuan Hongaria tidak menyesali uang f 1000, yang harus dia keluarkan untuk perjalanan ke Bali. Orang Hongaria sekarang berada di dataran tinggi Jang, di wilayah ini, untuk menikmati panorama yang dingin dan indah’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Harimau Jawa dan Harimau Sumatra

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar: