Laman

Sabtu, 26 Desember 2020

Sejarah Aceh (24): Gunung Seulawah di Groote Atjeh, Nama Suatu Kapal Terbang; Gunung Dolok Martimbang di Silindoeng

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini  

Di Agam ada Sungai Batang Agam. Di Aceh juga ada nama Agam, bukan nama sungai tetapi nama Gunung Seulawah Agam. Lantas apakah ada hubungan nama sungai batang di Sumatra Barat dengan gunung seulawah di Aceh? Kita lihat nanti. Nama Gunung Seulawah Agam dijadikan sebagai nama pesawat pertama Republik Indonesia karena dananya dikumpulkan dari penduduk Atjeh pada tahun 1948. Namun dalam nomor registernya yang ditabalkan Presiden Soekarno hanya dicatat sebagai Seulawah RI-001. Lalu mengapa tidak menyertakan nama Agam dalam pesawat sesuai nama gunung Seulawah Agam?

Soal nama pesawat dengan nama gunung tidak berhenti di Atjeh. Pada tahun 1957 Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev memberikan hadiah pesawat kepada Presiden Soekarno. Ketika pesawat itu mendarat kali pertama di Pangkalan Udara Halim (Tjililitan) tanggal 10 Mei 1957, Presiden Soekarno langsung meninjau ke bandara dan spontan memberi nama Dolok Martimbang. Semua orang yang hadir ‘molohok’. Dolok Martimbang adalah nama sebuah gunung di Silindung (kabupaten Tapanoeli Utara). Pesawat dengan nama lambung Dolok Martimbang ini menjadi pesawat pribadi ‘Air Force One’ Presiden Soekarno. Seperti halnya pemilihan nama nama gunung Seulawah, kali ini juga dengan nama Dolok (gunung) Martimbang. Mengapa?

Okelah, nama gunung Seulawah sebagai nama pesawat sebagai suatu hal. Hal lainnya yang akan dikaji dalam artikel ini adalah soal sejarah gunung Seulawah Agam sendieri. Mengapa namanya Seulawah Agam? Yang juga penting lagi apakah nama Agam memiliki kaitan dengan nama gunung di Atjeh dan nama sungai Sumatra Barat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Seulawah Agam di Atjeh

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pesawat Seulawah (Agam) dan Pesawat Dolok Martimbang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar