Laman

Sabtu, 19 Desember 2020

Sejarah Padang Sidempuan (10): Sejarah Musik Endeng-Endeng dan Onang-Onang, Musik Tradisi Era Hindoe dan Era Portugis

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini 

Hingga ini hari di Tapanuli Bagian Selatan masih eksis genre musik endeng-endeng dan genre musik onang-onang. Dua genre musik tradisi ini sudah eksis sejak zaman kuno (era Bodha-Hindoe). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, seperti halnya bahasa, musik sebagai elemen budaya diturunkan (dari generasi ke genrasi) dengan bentuk aslinya yang tetap bertahan. Musik endeng-endeng dan musik onang-onang yang sejak era Portugis telah diperkaya dengan instrumen Eropa atau Timur Tengah, pada masa kini lebih diperkaya dengan berbagai instrumen baru dan dimasukkan unsur dari genre musik lain.

Dalam taksonomi musik, musik tradisi di Indonesia kurang dikenal. Boleh jadi itu karena musik tradisi Eropa yang dibahas seperti musik tradisi Skotlandia. Musik tradisi Indonesia yang paling umum dikenal adalah gondang, gamelan (Jawa dan Bali) dan angklung (Sunda). Dalam musik tradisi dari Tanah Batak terdapat berbagai genre (varian) musik. Genre musik modern pada masa kini diantarantya klassik, jazz, blues, country dan sebagainya termasuk genre musik khas Indonesia yakni dangdut. Dalam konteks genre musik modern inilah, dua genre musik tradisi khas Tapanuli Bagian Selatan dapat dilihat sebagai dua jenis genre musik tradisi yang sudah eksis zaman kuno (bahkan jauh sebelum muncul musik tradisi di Eropa).

Lantas bagaimana sejarah genre musik endeng-endeng dan genre musik onang-onang? Tentu saja dua jenis genre musik ini hanya ada di wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Sebagai jenis musik tradisi yang telah bertransformasi sejak zaman kuno tentu saja menarik untuk mempelajari sejarahnya. Bagaimana terbentuknya dua genre musik khas Tapanuli Bagian Selatan ini sudaj sejak lama ingin diketahui. Salah satu judul lagu genre endeng-endeng adalah Kijom. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Musik Tradisi Sejak Zaman Kuno

Sejak kapan keberadaan musik tradisi dari Tanah Batak khususnya dari wilayah Tapanuli Bagian Selatan dicatat tidak diketahui secara pasti. Namun dalam buku Mendes Pinto (1539) disebutkan dirinya disambut di Kerajaan Aroe (Batak Kingdom) dengan diiringi musik dengan berbagai alat. Apa yang dicatat oleh Mendes Pinto, tiga abad kemudian kurang lebih sama dengan yang dicatat oleh TJ Willer pada tahun 1846 di Mandailing, Angkola dan Portibi (Padang Lawas).

Apa yang dicatat oleh TJ Willer tentang musik tradisi di Tapanuli Bagian Selatan, lebih dari satu abad kemudian pada masa kini tidak banyak berubah (masih tetap asli). Unsur-unsur instrumen gondang (drum), gong dan sulit masih dominan dalam ensambel musik tradisi gondang. Ini ibarat ensambel musik gamelan yang masih tetap asli ketika dicatat pertama kali oleh orang Belanda pada tahun 1829.

Salah satu irama musik gondang yang terus eksis hingga ini hari adalah endeng-endeng. Lagu endeng-endeng adalah not-not yang menggunakan nada-nada yang sudah eksis sejak era Boedha Hindoe dalam hubungannya dengan ritual dan religi. Lagu endeng-endeng hanya sesuai dengan iringan musik paling tidak harus ada instrumen gondang (drum) dan agung (bas). Dua instrumen ini menghasilkan nada-nada rendah.

Instrumen gondang (drum) diduga berasal dari India. Namun gondang dimodifikasi sesuatu kebutuhan lokal dan ketersediaan bahan lokal (kayu, kulit dan rotan). Ini serupa dengan di India (asal) dan di Jawa (tujuan) nada-nada gondang diaplikasikan dalam instrumen gondang yang terbuat dari metal yang disebut gamelan. Nada musik gondang seledro, tetapi gamelan umumnya pelog (meski bisa diadaptasi ke saledro). Sementara itu alat musik gong yang terbut dari metal (termasuk simbal) datang dari Tiongkok. Instrumen esek-esek adalah varian diantara gong dan simbal.

Untuk mengayun nada rendah terutama gong dimasukkan instrumen suling yang dapat menghasilkan nada tinggi. Instrumen musik ini produk lokal (sosial budaya dan alam). Tiga instrumen inilah pembentuk dasar musik tradisi di Tanah Batak yang disebut (ensambel) gondang. Band tradisi ini dapat mengiringi sejumlah list lagu-lagu apakah lagu-lagu religi atau lagu-lagu naposo nauli bulung (lagu pop). Dalam hal ini lagu endeng-endeng bukanlah nama judul lagu tetapi jenis musik (genre musik) yang berbeda dengan genre musik onang-onang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Eksistensi Genre Musik Endeng Endeng dan Onang Onang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar