Laman

Selasa, 05 Januari 2021

Sejarah Aceh (44): Anthonius Philippus van Aken, Gubernur Provinsi Aceh; Berwasiat Minta Dikubur di Kota Radja, Mengapa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Tidak semua orang Belanda ‘menjahati’, ada juga yang humanis. Tidak semua orang Indonesia baik, ada juga yang jahat. Indonesia. Orang Belanda yang humanis banyak yang membela pribumi di era kolonial. Mereka ini tidak jarang dimusuhi oleh rekan sebangsanya. Yang jelas orang Belanda di Belanda umumnya lebih baik daripada orang Belanda di Hindia Belanda. Mengapa?

Kita tidak sedang membicarakan orang Belanda yang brutal, rasis dan pasis. Pada era kolonial Belanda, banyak pejabat Belanda yang mendengar keluh kesah penduduk. Banyak yang memberi jalan keluar untuk mengatasai permasalahan. Banyak orang Belanda yang menikah dengan pribumi bahkan berperilaku lebih baik dari orang pribumi, Banyak orang Belanda yang pejabat maupun pendidik dan ilmuwan yang bersedia tulus membimbing individu atau keluarga untuk meraih kemajuan, bahkan hingga mendapat kesempatan studi di Belanda. Banyak orang Belanda yang tidak bersedia kembali ke negeri Belanda dan ingin menetap di bumi Indonesia.

Seorang pejabat tinggi di era Pemerintah Hindia Belanda, pernah menjadi Gubernur Provinsi Aceh, Anthonius Philippus van Aken ketika meninggal di Batavia, di dalam wasiatnya ingin dikubur di Atjeh. Lho, koq! Pada era VOC seorang mantan pejabat tinggi yang kaya raya di dalam wasitnya ingin memberikan hartanya kepada para budaknya daripada anaknya sendiri. Mengapa? Itulah anomali dalam cara berpikir orang Belanda. Lantas mengapa Anthonius Philippus van Aken berwasiat dikubur di Aceh? Suatu misteri. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Anthonius Philippus van Aken

Pada saat kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Atjeh, 1927 Anthonius Philippus van Aken adalah Asisten Residen Pidie yang berkedudukan di Sigli (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 19-02-1927). Sebelum ke Pidie, Gubernur Jenderal terlebih dahulu ke Bireuen dan Takengon. Gubernur Jenderal mengunjungi perusahaan resin dan terpentin dan menyatakan minat yang tinggi dengan pembukaan dan pembanguann di Atjeh Tengah. Sepulang dari Takengon kembali ke Bireuen, sebelum berangkat ke Sigli.

Di Sigli, Gubernur Jenderal disabut oleh Asisten Residen Pidie Anthonius Philippus van Aken yang juga didampingi oleh Controleur Maier, komandan militer setempat Kapten van Rekum dan pemimpin lokal sendiri, Teukoe Machmoed. Pagi ini Gubernur Jenderal akan mengunjungi Tangse (kota pedalaman seperti Takengon).

Anthonius Philippus van Aken belum lama menjadi Asisten Residen Pidie. Sebelumnya, Anthonius Philippus van Aken adalah Asisten Residen Asahan yang berkedudukan di Tandjoeng Balai (Provinsi Sumatra van Oostkust) yang kemudian dipindahkan pada tahun 1926 ke Sigli.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wasiat Dikubur di Atjeh

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar