Laman

Rabu, 13 Januari 2021

Sejarah Banten (15): Kisah Pulau Karakatau, ‘Jembatan Selatan’ Antara Sumatra Jawa di Selat Sunda; Meletus dan Tsunami 1883

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Pulau gunung Karakatau tidak di pulau Sumatra dan juga tidak di pulau Jawa. Pulau Karakatau terletak diantaranya. Pulau ini seakan menjadi ‘jembatan selatan’ lalu lintas penduduk diantara kedua pulau. Di pulau Karakatau ini, terdapat gunung tertinggi yang namanya sesuai dengan nama pulau. Menurut catatan yang ada, gunung Karakatau pernah meletus pada tahun 1883 yang menyebabkan tsunami. Tidak hanya gempa dan debu vulkanik, juga semburan air laut yang tinggio muncul dengan gelombang cepat menuju pantai (tsunami) menghancurkan wilayah barat Jawa dan selatan Sumatra.

Banyak pulau-pulau di antara pulau Sumatra dan pulau Jawa di selat Sunda. Namun dua pulau yang penting adalah pulau Karakatau dan pulau Sangiang. Jika pulau Karakatau dapat dianggap ‘jembatan selatan’ lalu lintas penduduk di selat dari pantai barat pulau Sumatra, pulau Sangiang dapat dikatakan sebagai ‘jembatan utara’ lalu lintas penduduk di selat dafri pantai timur pulau Sumatra ke pulau Jawa. Jembatan utara ini dari pulau Sumatra menuju kota (pelabuhan) Anyer. Pelabuhan Anyer adalah pintu gerbang (gateway) menuju pedalaman Jawa di Banten. Sementara pulau Karakatau sebagai jembatan selatan menuju kota pelabuhan Caringin (sebagai gateway menuju pedalaman Banten). Anyer dan Caringan adalah dua kota kuno (era Hindoe) di pantai barat pulau Jawa. Nama Anyer dan Caringan diduga kuat merujuk pada nama India yakni Anier dan Charingia. Nama-nama Karakatau dan Sangiang juga merujuk pada nama-nama India. Carakata dan Sangia.

Bagaimana sejarah pulau dan gunung Karakatau? Seperti halnya nama Anier (Anyer), nama Karakatau sudah diidentifikasi pada peta-peta Portugis. Yang jelas bahwa gunung tertinggi di pulau (Karakatau) meletus pada tahun 1883 yang mengakibatkan tsunami besar dan menyapu habis kota Anyer dan kota Caringin. Lalu bagaimana sejarah keseluruhan tentang Karakatau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Karakatau: Jembatan Selatan Sumatra-Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gunung Karakatau Meletus 1883

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar