Laman

Jumat, 15 Januari 2021

Sejarah Banten (19): Nama Kapal Bernama ‘Bantam’ dari Texel ke Hindia Timur 1606; Kapal s.s. ‘Bantam’ Melaut Pertama 1930

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Apalah arti sebuah nama, demikian William Shakespeare (1564-1616). What's in a name? Nyatanya semua punya nama, bahkan setiap kapal memiliki namanya sendiri-sendiri. Dalam pelayaran Belanda pertama (1595-1597) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, empat kapal yang digunakan diberi nama: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken. Salah satu dari kapal ini, karena dianggap ada kerusakan lalu dibakar dan ditenggelamkan di selat Lombok (Bali). Pada pelayanan Belanda yang kesekian, kapal bernama Amsterdam melaut kembali dan turut dalam mengusir Portugis di Amboina pada tahun 1605 di bawah Admiral van Hagen. Pada tahun 1606 kapal bernama Bantam berangkat dari Texel ke Hindia.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, ratusan kapal-kapal yang hilir mudik antara pelabuhan Amsterdam dan Rotterdam di negeri Belanda dan pelabuha-pelabuhan di Hindia Belanda. Ada nama mantan gubernur Jenderal seeperti Loudon, ada nama-nama geografis di Hindia Belanda seperti nama tempat seperti Sukabumi, Garut, Sipirok, ada nama gunung seperti Guntur dan Bromo. Juga nama Bantam kembali muncul yang kali pertama melaut dari galangan kapal Amsterdam pada tahun 1930.

Bagaimana sejarah kapal Bantam pada awal era Belaanda (VOC)? Mengapa harus diberi nama Bantam? Sejarah kapal dan sejarah nama Bantam sebagai nama kapal tentu tidak tidaklah penting-penting amat. Namun menariknya mengapa diberi namanya Bantam padahal kesultanan Banten sedang bermasalah dengan Belanda (VOC)? Sejarah tetaplah sejarah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Cornelis de Houtman dan Cornelis Claesz

Sangat jarang, jika boleh dikatakan tidak pernah, penulis sejarah menarasikan sejarah (navigasi) pelayaran, apalagi pelayaran menuju Hindia Timur (baca: Indonesia). Namun sesungguhnya sangat banyak data tentang kapal dan navigasi pelayaran yang tersedia. Pada awal pelayaran Belanda ke Hindia, boleh jadi setiap kapal yang berlayar antara satu dan dua tahun memiliki log kapal tetapi tidak semua dipublikasikan. Hanya sedikit publikasi yang dapat diakses pada masa kini.

Di luar surat kabar sejaman, di dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister) pelayaran antara the Netherlands and Asia selama 1595-1795 terdapat data menyajikan keseluruhan 4.722 pelayaran ke luar dan 3.359 pelayaran pulang antara Belanda dan Asia. Sungguh sangat banyak. Dalam artikel lain dalam blog ini dapat dipahami bagaimana kapal-kapal Amerika Serikat sudah intens ke Batavia sejak tahun 1700an. Suatu sejarah pelayaran antara Amerika-Indonesia yang tidak perbah dibicarakan.

Salah satu, yang utama, publikasi pelayaran antara Belanda dan Hindia Timur yang dapat diakses pada masa kini adalah pelayaran Belanda yang pertama yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Publikasi ini tentu saja sangat menarik perhatian, karena pelayaran Belanda yang pertama. Pelayaran lain yang dipublikasikan adalah pelayaran yang dipimpin oleh Admiral Steven van der Hagen (1605).

Keutamaan pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Admiral Steven van der Hagen karena sangat bersejarah bagi Belanda. Pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman sejak April 1595 tiba bulan Juni 1596 di Banten, kota pelabuhan pertama di Hindia yang disinggahi mereka. Mereka kurang diterima di Banten karena kehadiran Portugis di (kerajaan) Banten tetapi mereka diterima di Bali. Pelayaran yang dipimpin oleh Admiral Steven van der Hagen adalah pelayaran yang juga bersejarah karena berhasil mengusir Portugis dari Amboina pada 23 Februari 1605. Laporan pelayaran ini diterbitkan pada tahun 1664 dengan judul yang sangat panjang, yakni ‘Journael van de voyagie, gedaen met twaelf scheepen naar Oost-Indien, onder 't beleydt van den heer Steven van der Hagen, waer in verhaelt wordt het veroveren der Portugeesche forten op Amboyna en Tydoor. Mitsgaders de reyse van 't schip Delft, (mede onder des vloot behoorende) van Bantam naer de kuste van Choromandel en andere plaetsen’. Buku ini merupakan log pelayaran hari demi hari sejak berangkat dari Amsterdam tanggal 18 Desember 1603. Pelayaran ini tidak mampir ke Banten, tetapi setelah dari Atjeh dan Malaka, langsung ke Bali dan Bima lalu ke Amboina,

Tentu saja saat itu pelayaran dilakukan berbulan-bulan atau tahunan untuk pergi-pulang. Tidak ada alat komunikasi jarak, komunikasi jarak jauh hanya bisa dilakukan dengan surat melalui pelayaran laut. Sementara kapal-kapal yang dipimpin oleh Admiral Steven van der Hagen masih di Hindia, pada 20 April 1606 sebanyak lima kapal berangkat dari Belanda menuju Hindia (lihat Journael ofte een Oost-Indische-reys-beschrijvinghe, ghedaen door Cornelis Claesz van Purmerend yang diterbitkan tahun 1651). Salah satu kapal yang dipimpin oleh Admiral Paulus van Kaerden diberi nama ‘Bantam’.

Cornelis Claesz, penerbit dan penjual buku lahir di Leuven (Belgia) dan memiliki toko buku di Damrak. Cornelis Claesz menetap di Amsterdam sejak. Dalam periode ini Amsterdam tumbuh menjadi pusat informasi Eropa. Toko buku Cornelis Claesz di Damrak mudah dijangkau dari para pedagang dan pelaut dan dia terus memberi tahu mereka tentang berita dan penemuan terbaru serta menjual jurnal perjalanan yang spektakuler, seperti catatan Willem Barentsz tentang perjalanannya ke Nova Zembla. Peta bahari dan angkasa yang dia terbitkan bahkan lebih penting dan membantu nakhoda memulai pelayaran mereka dengan informasi yang mereka butuhkan. Cornelis Claesz juga menjual ilustrasi dari seniman terkenal. Cornelis Claesz meninggal pada tahun 1609.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kapal Bantam dan Amiral Paulus van Kaerden

Tunggu deskripsi lengkapny


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar