Laman

Rabu, 27 Januari 2021

Sejarah Banten (38): Era Republik Indonesia Banten dan Republik Indonesia di Tapanuli; Republik Indonesia Serikat (Sumatra Timur)

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Ada satu masa di negeri ini sebelum terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mana kembali terjadi Perang Saudara. Pada masa lampau Perang Saudara terjadi antara satu kerajaan dengan kerajaan lain. Perang saudara masa lampau ini timbul karena adanya perebutan kekuasaan di dalam kerajaan atau perluasan wilayah kerajaan dengan menyerang kerajaan lain. Perang saudara di Banten pernah terjadi antara faksi sang ayah dan faksi sang anak (1681-1684). Perang saudara di Banten ini menjadi titik balik kejayaan Kersultanan Banten.

Perang Saudara sebelum terbentuk NKRI terjadi pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia (rakyat Indonesia versus asing). Perang Saudara ini terjadi karena dipicu oleh kedatangan (kembali) orang Belanda dengan bendera NICA untuk menjajah Indonesia. Kedatangan kembali Belanda dipandang berbeda oleh dua kelompok rakyat Indonesia atas dasar coopeartive dan non-coopertative. Para nasionalis (Republiken) penjajahan asing sudah dianggap berakhir (dan hanya kemerdekaan yang ada). Sedangkan kaum yang cooperative dengan (Pemerintah Hindia) Belanda berharap terbentuknya negara-negara federalis. Pada fase inilah, fase Perang Kemerdekaan ini timbul Perang Saudara karena berbeda kepentingan dan cita-cita yang di satu sisi meletus perang antara pihak non-cooeperative terhadap para bangsawan (yang dianggap cooperative) yang kejadiannya adakalanya disebut Revolusi Sosial, sedangkan di sisi lain timbul bentrok antara kelompok non-cooperative yang bersifat nasionalis dengan kelompok non-cooperative lainnya yang lebih radikal (sering disebut kelompok ekstrimis).

Perang Saudara di Banten adalah juga gambaran Perang Saudara di daerah lain, seperti di Sumatera Timur dan Tapanuli, Seperti disebut di atas Perang Saudara terjadi pada fase Perang Kemerdekaan. Semakin menguatnya Belanda (NICA), faksi yang diserang dalam Perang Saudara mulai berkolaborasi dengan Belanda yang akhirnya muncul negara-negara boneka Belanda (terpisah dari negara RI) seperti Negara Pasoendan dan Negara Sumatera Timur. Namun di Tapanuli dan Banten tetap menjadi bagian dari RI. Akan tetapi ada perbedaan antara Banten dan Tapanuli. Di daerah Banten para bangsawan tersingkir (sejak Perang Saudara). Lalu bagaimana semuanya kembali bersatu dalam bentuk NKRI? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perang Saudara Revolusi Sosial: Banten dan Tapanuli

Tunggu deskripsi lengkapnya

RI, RIS dan NKRI: Belanda Mengakui Kedaulatan Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar