Laman

Sabtu, 13 Februari 2021

Sejarah Kupang (30): Sejarah Danau Tiga Warna di Gunung Kalimutu Flores; Sejarah Gunung Meletus di Nusa Tenggara Timur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Danau Tiga Warna di Gunung Kalimutu di Pulau Mangarai. Gunung Kalimutu di pulau Mangarai sudah dikenal sejak zaman kuno pada era Hindoe. Nama Kalimutu dan Mangarai merujuk pada nama India, Pada era Portugis nama pulau Mangarai (Manggarai) diganti menjadi Pulau Flores, Tiga danau tersebut yang berbeda warna itu diduga kawah dari letusan gunung Kalimutu. Lalu kapan terjadi letusan dan kapan terbentuk danau dan kapan danau diteukan. Namun yang jelas beberapa gunung di Nusa Tenggara Timur yang dicatat kapan meletusnya.

Banyak gunung di provinsi Nusa Tenggara Timur, sejumlah gunung penting adalah gunung Batutara di pulau Komba, gunung Egon (P Flores, Sikka), gunung Iliwerung (P Lembata), gunung Ine Lika (P Flores, Ngada), gunung Lakaan (P Timor, Belu), gunung Lewotolo (P Lembata), gunung Mutis (P Timor, TTS dan TTU), gunung Rokatenda (P Palu’e), gunung Sirung (P Pantar), gunung Wanggameti (P Sumba) dan gunung Kelimutu (P Flores, Ende), Sementara danau-danau di Nusa Tenggara Timur antara lain selain danau Kalimutu (tiga warna) adalah danau Weekuri dan danau Ranamese (Sumba Barat Daya) dan  danau Sanoggoan (Manggarai Barat) serta telaga Nirwana (P Rote).

Diantara danau-danau yang terdapat di Nusa Tenggara Timur, danau pegunungan di gunung Kalimutu yang banyak perhatian sejak tempo doeloe. Lantas bagaimana sejarah danau tiga warna Gunung Kalimutu? Yang jelas danau tersebut sudah terbentuk sejak lama. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Danau Tiga Warna di Gunung Kalimutu

Pada era pendudukan Inggris, terjadi perlawanan di beberapa tempat di Groep Timor terutama di wilayah Adonaro, Lembata dan Flores. Residen Timor yang berkedudukan di Koepang satu per satu mulai mengendalikannya. Untuk mengatasi persoalan, Gezaghebber B van Suchtelen dengan satu brigade dikirim ke Flores (lihat De Sumatra post, 28-11-1914). Setelah situasi reda inilah kemudian B van Suchtelen dan Ch. CFM le Roux mendapat kesempatan melihat danau kawah di gunung Kelimoetoe.

Pada bulan April 1815 gunung Tambora meletus yang mengakibatkan seluruh pulau-pulau di kepulauan Soenda Eilanden terkena dampak yang berat. Kehidupan di pulau Soembawa dan Lombok lumpuh. Namun dampak di pulau Flores juga sangat dirasakan akibat debu vulkanik. Untuk melihat dampak letusan gunung Tambora tersebut B van Suchtelen dan Ch. CFM le Roux nelakukan ekspedisi di Pulau Flores. Pada saat ekspedisi inilah keduanya meneukan danau kawah di gunung Kali Moetoe. Bataviaasch nieuwsblad, 24-12-1915 berdasarkan informasi dari Residen Timor onderhoorigbeden tanggal 22 disebutkan bahwa Sultan Bima pada tanggal 16 meninggal dunia. Tidak disebutkan apa penyebabnya. Wilayah Bima sendiri terjadi dampak yang berat dan terjadi tsunami di teluk Bima dan kraton Bima rusak berat.

Dalam perkembangannya, pada era Hindia Belanda (setelah pendudukan Inggris 1811-1816) tim ekspedisi geologi yang bertugas di Timor melakukan pengamatan di berbagai tempat termasuk di gunung Kalimutu (lihat De Preanger-bode, 04-01-1923). Nama danau kawah Kalimutu mulai kerap disebut. Seorang bangsawn Adolf van  Mecklenburg yang didampingi Residen Timor dan Gezaghebber Endeh mengunjungi danau tiga kawah (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-08-1923). Tentu saja yang mulia tidak ketinggalam. Dalam kunjungan kerja Gubernur Jenderal De Graef tahun 1927 ke Residentie Timor berkesempatan melihat danau kawah Kalimutu (lihat De locomotief, 08-10-1927).

De locomotief, 08-10-1927: ‘Gubernur mengunjungi puncak Kelimoetoe yang terletak 64 Km (dari Ende) di pedalaman 1.550 meter dpl, dimana asisten residen Rookmaker membangun sebuah monomen yang ditandatangani oleh Gubernur. Dinyatakan bahwa pada tanggal 7 Oktober 1927 puncak itu untuk pertama kalinya oleh seorang ‘turis kelas atas’, yaitu. Exc. De Graeff dikunjungi. Pemandangan tiga danau kawah yang airnya erwarna biru, hijau dan coklat. Pemandangannya luar biasa’. Pada bagian berita lain disebutkan GG melakukan pertemuan umum yang dipusatkan di Soe (pulau Timor). Dalam hal ini pertemuan lainnya dipusatkan di Ende.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Gunung Meletus di Nusa Tenggara Timur

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar