Laman

Sabtu, 13 Februari 2021

Sejarah Kupang (31): Detik-Detik Berakhir Belanda di Nusa Tenggara Timur; Portugis di Timor Leste Bagaikan Spanyol di Filipina

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah kolonial di Asia Tenggara, juga tergambar sejarah kolonial di Pulau Timor. Terutama di Pulau Timor keberadaan Portugis dan Belanda sangat bersifat historis. Portugis ibarat lirik lagu ‘kau yang memulai, kau yang mengakhiri’. Sedangkan Belanda mirip teman saya pergi ke kondangan ‘tidak mau telat dua kali’ yang artinya sudah telat datang akan duluan pulang. Namun kedua bangsa (negara) kolonial tersebut banyak perbedaan daripada persamaan. Untuk sekadar catatan: Inggris di Timor hanya seumur jagung (Amerika Serikat di Filipina juga tidak lama).

Sisa-sisa kehadiran Portugis dan Belanda di Timor (Timor Groep) hingga ini hari dapat dilihat sebagai dua penumpang satu perahu tapi berbeda tujuan. Portugis menemukan Timor pada tahun 1511 dan satu abad kemudian yang tiba di Timor 1598 akhirnya mengusir Portugis dari Solor. Portugis yang menyingkir ke Koepang terus dikejar Belanda hingga akhirnya Portugis bergeser ke bagian timur pulau (kini Timor Leste). Lalu di ujung kisah mereka, Belanda yang terus bertahan di Hindia Timur )baca: Indonesia) plus Suriname dan Portugis yang masih punya tiga koloni di Asia (Goa, Macao dan Timor) harus berakhir di Timor pada saat invasi Jepang (1942). Amerika Serikat sudah lebih dahulu keluar dari Filipina sebelum kehadiran Jepang, sedangkan Portugis masih berada di Timor Timur pasca perang kemerdekaan (1945-1949). Namun keberadaan Portugis di Timor Timur ibarat Spanyol di Filipina (sama-sama mati suri atau nafsu besar tenaga kurang) dan akibatbatnya Spanyol menyerahkan nasib Filipina dan menghbahkan kepada Amerika Serikat (1898-1935) dan Portugis menyerahkan nasib Timor Timur dan terjadilah integrasi Timor Timur ke NKRI (1974-2002).

Belanda yang telah memulai tahun 1596 harus mengakhiri pada tahun 1942 di Indonesia. Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya Belanda di Residentie Timor’ Tidak sepeti Portugis di Timor Timur, sebaliknya Belanda masih sangat bernafsu untuk mempertahankannya. Hal itulah yang membedakan Portugis dan Belanda tentang pulau Timor (Portugis acuh tak acuh, tetapi Belanda sangat menangisinya). Tragis bagi Belanda. Mengapa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Detik-Detik Berakhirnya Belanda: Invasi Jepang

Residentie Timor en Onderhoorigheden (kini wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur) pada tahun 1940 normal-normal saja. Perdagangan antara pulau, lalu lintas pos berjalan seperti biasa. Demikian juga administrasi dan mutasi pegawai pemerintah dan militer berjalan rutin. Kehidupan masyarakat berjalan seperti biasanya. Tidak ada kesan pertikaian politik atau bencana yang dialami oleh penduduk. Kegiatan misionaris juga berjalan normal. Namun di luar dunia sana hiruk pikuk politik dan memanasnya suhu perang Pasifik tidak terlalu terasa di Koepang maupun kota-kota lain di berbagai pulau di Residentie Timor.

Sementara penduduk di Residentie Timor (Belanda) dan penduduk Timor Timur (Portugis), secara khusus aparatur pemerintah di Residentie Timor tenang-tenang saja. Namun berbeda dengan di Koepang, di Batavia muncul desas-desus dan kecurigaan tentang minat (negara) asing di Dili (Timor Timur). Ini dapat dibaca pada surat kabar De Indische courant, 17-01-1941: ‘Dalam koran Java Bode kita membaca: Pulau Timor menerima banyak minat dari pihak maskapai penerbangan pada jalur yang lama menghubungkan Singapura, Batavia dan Soerabaia dengan Sydney dan kini, Dilly, ibu kota Timor Portugis juga mulai menarik perhatian. Beberapa bulan yang lalu sebuah jalur udara dibuka antara Kupang dan Dilly. Sementara itu Jepang diizinkan untuk membuat sambungan kabel (telegraf dan telepon) reguler antara Kepulauan Palau dan Timor Portugis. Meskipun layanan kabel itu belum dibuka secara resmi, beberapa penerbangan uji coba telah dilakukan dan orang Jepang menunjukkan minat mereka di bidang ini juga dengan menaruh minat finansial yang kuat di Timor Portugis. Koran Java Bode sekarang mengetahui bahwa Timor Portugis juga cukup diminati di kalangan Australia. Secara signifikansi dipertimbangkan untuk membuat jalur penerbangan antara Sydney dan Dilly secara terpisah. Kemungkinan layanan semacam itu setidaknya sedang disurvei saat ini. Mengenai masalah penerbangan, saat ini sedang dalam perjalanan ke Australia di Dilly muncul pertanyaan secara lokal. Karena Dilly tidak memiliki pelabuhan pesawat amfibi- ada rencana untuk pendiriannya-jalur antara Sydney dan Timor Portugis harus dioperasikan dengan pesawat darat. Layanan semacam itu tidak terlalu menarik sebagai objek komersial, kami yakin kami tahu bahwa layanan reguler koneksi udara antara Sydney dan Dilly kemungkinan besar akan segera dibangun’.

Berbeda dengan di Koepang (Residentie Timor), tiba-tiba di Dili (Timor Timur) menjadi menarik bagi dua negara (Australia dan Jepang). Seperti disebutkan Dili tidak terlalu menarik secara komersil bagi dua negara itu dan hanya ada pengembangan jalur perdagangan normal antara Koepang dan Dili. Ada apa? Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba Jepang ingin menarik kabel dari Palau dan membuka jalur penerbangan ke Koepang, dan sebaliknya Australia tiba-tiba ingin menggeser jalur rute normal Singapoera-Sydney via Soerabaja dengan memperluas via Dilli dan bahkan akan membangun jalur penerbangan khusus antara Dilli dan Sydney.

Begitu luasnya Indonesia (baca: Hindia Belanda), Pemerintah Hindia Belanda yang sedikit goyah (karena invasi Jerman ke Belanda di Eropa) dan suhu politik dalam negeri dari para pemimpin pribumi yang semakin kencang membuat Pemerintah Hindia Belanda tidak seteliti sebelumnya. Jepang dengan maksud tertentu (yang mungkin tidak diketahui pemerintah) sebelumnya sudah membuka hubungan kabel ke Manado dan semakin banyaknya kapal-kapal dagang Jepang yang mengambil hombase di Kema. Sebaliknya dalam situasi dan kondisi yang dihadapi Pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Inggris di Singapoera juga seakan melakukan persiapan diam-diam untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang Pasifik yang sudah terlihat di horizon. Pemerintah Hindia Belanda dalam hal ini sesungguhnya dalam masalah besar: putus hubungan dengan ibu pertiwi (negeri Belanda) dan Inggris (di Semenanjung) melihat ancaman Jepang dari satu sisi dan juga melihat jalur keluar di Australia di sisi lain. Pemerintah Hindia Belanda yang dari dalam oleh para revolusioner Indonesa terus diganggu, dalam posisi yang dapat dikatakan sudah setengah menjerit. Sedangkan di Timor Timur sendiri kerajan Portugal di Eropa sudah lupa-lupa ingat, di Timor Timur hanya Gubernur Portugis yang bersifat swadaya (tidak ada bantuan apapun lagi dari Portuga) mengambil keputusan. Niat Jepang dan Australia di Dilli hanya berada di bawah keputusan Gubernur Timor Timur (yang sangat lemah). Uji coba ketiga penerbangan Jepang antara Palau dan Timor dapat akan dilakukan pada tanggal 23 dengan 17 penumpang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-01-1941).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pendudukan Jepang: Situasi dan Kondisi di Timor Groep

Minat Jepang dan Australia terhubung dengan Dili (Timor Timur) akhirnya setelah pecah perang Asia Pasifik di kawasan Asia Tenggara, dimana Jepang memborbadir Indochina dan Semenanjung Malaya sejak minggu pertama Desember 1941, Singapoera yang menjadi benteng Inggris masih mampu bertahan. Australia segera menduduki Dilli (Timor Leste).

Pendudukan Australia atas Timor Timur dilakukan pada tanggal 17 Desember secara diam-diam (sambil mengirim delegasi runding kepada Gubernur untuk alasan penjegahan invasi Jepang ke Indonesia, karena menurut intelijen Timor Timur dicantumkan dalam rencana strategis Tokyo). Gubernur Timor Timur memprotes, karena dia mengatakan belum menerima instruksi apapun dari Lisbon, tetapi tidak ada perlawanan terhadap pendaratan Belanda-Australia di Dilli.

Lalu sepenuhnya pulau Timor diduduki oleh Belanda dan Australia (lihat Onze toekomst, 14-01-1942). Lalu apakah Jepang telah didahului oleh Australia di Timor? Tampaknya demikian. Namun Australia segera terdesak.

Pada tanggal 11 Januari sebelumnya Jepang telah menyerang kilang minyak Tarakan dan pasukan Belanda di Kakas (Minahasa). Saat ini Australia telah menduduki Timor Timur. Ini seakan Australia ingin menyambut kehadiran Jepang dan juga tentu untuk berjaga-jaga agar Jepang tidak terlalu jauh ke selatan di Australia. Militer Jepang sudah menyerang Sorong dan Ternate.

Sebelum militer Jepang mengarahkan serangan ke Jawa, militer Jepang ingin menyingkirkan Australia dari Dili (Timor Timur) dan tentu saja Belanda di Timor Barat (Koepang). Inggris yang telah terusir dari Singapoera dan Semenanjung, di pulau Timor membentuk koalisi perang (sekutu) antara Belanda di Timor Barat, Australia plus Inggris di Timor Timur.

Pada tanggal 15 Februari Singapoera diduduki militer Jepang. Pada waktu yang sasma meiliter Jepang menduduki Palembang dan Anambas dan keesokan harinya Singapura disebut Sjonan (ko). Ini menjadi indikasi bahwa ibu kota telah direlokasi dari Saigon ke Singapoera. Pada hari Minggu dilaporkan di London bahwa Singapoera telah jatuh ke tangan Jepang (lihat Onze toekomst, 18-02-1942). Catatan: surat kabar ini terbit di Michigan, Amerika Serikat. Kejatuhan Singapoera ini sembilan hari setelah Inggris menyingkir dari Malaya dan meledakkan jalan lintas yang menghubungkan semenanjung ke Singapura. Jepang akan bersiap untuk serangan baru menuju jantung Hindia Belanda, Perlawanan Amerika Serikat di Filipina masih kuat. Serangan ke Filipina, dimana Jenderal Mac Arthur bertahan. Pada tanggal 19 Denpasar Bali diduduki militer Jepang.

Lalu pada tanggal 20 Februari 1942 terjadi pertempuran di Selat Lombok dan militer Jepang mendarat di Timor. Pada tanggal 21 Februari Soerabaya dan Koepang dibom oleh Jepang. Namun meski Jepang telah berhasil menduduki pulau Timor, tetapi taktik gerilya Australia yang disuplai dari Darwin terus dilancarkan ke Timor. Setelah jatuhnya Singapoera dan Palembang, praktis bagian utara Indonesia (baca: Hindia Belanda) telah dikuasai oleh Jepang. Demikian juga militer Jepang sudah menduduki Bandjarmasin. Militer Jepang mulai menatap tajam Jawa (pusat dan konsentrasi kekuatan Belanda). Dari Palembang ke Batavia dan dari Bandjarmasin ke Soerabaja.

Australia semakin was-was, apalagi Inggris di Singapoera sudah kalah. Australia masih berharap Jawa dapat dipertahankan. Hal itulah mengapa Australia ikut membantu Belanda seperti di Timor. Jika Jawa jatuh dan tidak bisa mengharapkan Inggris, Australia tampaknya masih bisa melirik Amerika Serikat (yang basis tyerdekatnya di Filipina).

Pemerintah Hindia Belanda sudah mempersiapkan invasi Jepang ke Jawa (lihat Onze toekomst,  25-02-1942).  Namun persiapan itu tampaknya akan sia-sia. Sebelumnya pada serangan militer Jepang di Soerabaja dan Koepang, militer Jepang juga melakukan manuver di atas udara Batavia. Singkat cerita, akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942. Lantas bagiamana selanjutnya di pulau Timor dan khususnya Koepang?

Pulau Jawa dan Sumatra tampaknya tidak tersentuh, tetapi pulau-pulau di bagian timur Indonesia masih menjadi wilayah pertempuran.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

2 komentar:

  1. Selamat sore Author, saya mau nanya, sekiranya sekitar tahun 2015an saya pernah menemukan artikel di blog ini tentang beberapa orang Depok yang sempat jadi pemain sepakbola top, seinget saya di artikel itu ada JJ. Soedira dan Walter Loen yang sempat membela Persija di PON 1951 dan juga bermain diklub VV Hercules. Sore ini saya cari artikel tersebut udah ga ada. Apakah sudah dihapus? Ohiya, saya izin untuk kutip dan menyadur beberapa artikel dari sini termasuk beberapa foto untuk penggunaan pribadi yang nantinya saya terbitkan dilaman instagram pribadi saya, apakah berkenan? Terimakasih salam hangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan saja Bung, pengetahuan seharusnya disebarluaskan.
      Tentang Soedira memang dia pemain klub Herculis (VBO) bersama Chaeruddin Siregar,
      Setahu saya Soedira bersama Chaerudin pernah memperkuat timnas Indonesia ketika melawan timnas Cina pada tahun 1951. Pada PON I di Jakarta 1951 mereka berdua memperkuat Tim PON Jakarta. Pada PON II di Medan Soedira dan Chaerudin masih ikut. Dalam Tim PON II ini ada nama BS Harahap (klub Maesa). Catatan: Oleh karena PSSI diaktifkan kembali, Persidja berafiliasi dengan PSSI, sementara VBO yang diajak untuk integrasi dengan PSSI tidak merespon tetapi secara perlahan membubarkan diri. Sementara itu Soedira, Chaeruddin dan BS Harahap menjadi tim inti Tim Persidja (dalam kejuaraan perserikatan).
      Tentang Walter Loen lupa-lupa ingat apakah pernah memperkuat Persija atau Tim PON Jakarta. Mungkin untuk memastikan silahkan dilihat pada artikel sejarah sepak bola di Depok dan sejarah sepak bola di Jakarta dalam blog ini.
      Demikian
      Selamat belajar sejarah

      Hapus