Laman

Rabu, 17 Februari 2021

Sejarah Ternate (3): Benteng-Benteng VOC (Belanda) di Ternate; Pusat Perdagangan, Pusat Pertahanan dan Pusat Pemerintahan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Benteng adalah rumah pertahanan. Orang-orang Portugis sejak awal telah membangun benteng di berbagai tempat seperti di Malaka, Amboina, Solor dan sebaganya. Pada tahun 1605 pelaut-pelaut Belanda menyerang orang-orang Portugis dan menduduki bentengnya di Amboina., Benteng di Amboina ini kemudian diberi nama oleh orang-orang Belanda dengan nama Fort Voctoria (benteng kemenangan). Benteng Victoria di Amboina dapat dikatakan benteng Belanda pertama di Hindia Timur. 

Nama-nama benteng VOC (Belanda) di berbagai tempat mulai dari Banda Aceh hingga Ameruka Serikat sebagai berikut: Aden, Ahmadabad, Demak, Gresik, Matara, Nagasaki, Palembang, Surabaya, Tegal, Tuticorin, Haruku, Banjarmasin, Patna, Buru, Hila, Saparua eiland, Kanton/Guangzhou, Larike, Ayutthaya, Khum Peam Lvek, Agra, Vengurla, Maputo, Trincomalee, Mannar, Surakarta, Banda Lontar, Kalpitya, Laoutang, Wajer, Lampong Toulang Bauang, Baleshwar, Cossimbazar, Dhaka, Hougly, Cape Comorin, Nagercoil, Cuddalore, Bimlipatam, Conjemere, Draksharam, Golkonda, Kakinada, Palakollu, Parangipettai, Sadras, Rembang, Pekalongan, Sumenep, Al Mukha, Jambi, Al Basrah, Esfahan, Pontianak, Nakhon Si Thammarat, Bharuch, Kets Mandui, Barus, Airbangis, Natal, Indrapura, Hanoi, Kupang, Loji, Dodinga, Gorontalo, Pattani, Tatta, Anomabu, Goeree Island, Sekondi, Fuzhou, Arakan, Banda Aceh, Baghdad, Bande Kong, Sukadana, Banyuwangi, Syriam, Ava, Martaban, Indragiri, Abaqua, Grand Popo, Ouidah, Jaquim, Aneho, Offra, Save, Allada, Badagri, Portudal, Rufisque, Joal-Fadiout, Mount, Cape, Agathon, Benguela, Loango, Soyo, Cabinda, Malembo, Corisco Island, New Castle, Philadelphia, Epe, Arebo, Appa dan lainnya.

Lantas bagaimana sejarah benteng-benteng di Ternate? Nah, itu yang ingin diketahui. Lalu apa pentingnya mempelajari benteng-benteng di Ternate? Benteng-benteng mewartakan sendiri sejarah di kawasan, Sebab benteng bagi orang Portugis, Spanyol dan Belanda tidak hanya pusat pedagangan, tetapi juga pusat pertahanan. Yang kerap dilupakan benteng adalah pusat pemerintahan, Okelah lalu bagaimana sejarahnya di Ternate? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Benteng Gamalama, Benteng Ternate

Pada tempo doeloe di pulau Ternate terdapat empat benteng: Malayo, Tacome, Taloyky en Calamatta (lihat Peta 1622. Namun berdasarkan peta yang dibuat Jodocus Hondius en Willem Blaau (1630) teridentifikasikan benteng di Ternate sebagai berikut: Gammalamme, Malayo, Taluco dan Tacomma. Nama benteng Calamatta berubah nama menjadi benteng Gamalama. Sementara itu di pulau Machian diidentifikasi tiga benteng: Tabillola, Mauritius dan Tassaso. di pulau Timor atau pulau diidentifikasi satu benteng, Nassaw. Sedangkan di pulau Tidore diidentifikasi dua benteng: Marieco dan Cleyn Marieco. Lantas mengapa begitu banyak benteng dibangun di Ternate?

Pada tahun 1605 pelaut-pelaut Belanda menyerang Portugis di Amboina dan kemudian membangun benteng Victoria. Sejak itu kekuatan Belanda di Maluku semakin kuat yang pada akhirnya berhasil mengusir Portugis dari Ternate, Benteng-bentang yang didentifikasi pada peta yang dibuat 1630 mengindikasikan benteng-benteng VOC (Belanda). Di pulau Ternate diidentifikasi empat benteng: Gammalamme, Malayo, Taluco dan Tacomma.

Berdasarkan catatan yang terdapat pada Peta 1622, ibu kota (stad) berada di Malajo. Benteng Malajo ini kini tepat berada di tengah kota Ternate. Nama benteng Malajo adakalnya ditulis sebagai Melayu atau Melajo. Pada era Pemerintah Hindia Belanda lebih dikenal disebut Fort Oranje. Mengapa disebut benteng Malajo, karena letaknya berada di wilayah (orang) Melayu. Di sebelah utara benteng alajo terletak benteng Taloeko sedangkan di sebelah selatan adalah benteng Gamalama (kini dikenal sebagai benteng Kaju Merah). Benteng Tacomma berada di pantai barat pulau. Benteng Takome awalnya adalah benteng Portugis.

Benteng Portugis di sebelah barat pulau mengindikasikan jalur navigasi pelayaran dari Malaka melalui pantai utara Borneo dan pantai utara Sulawesi. Hal ini juga terkait dengan navigasi pelayaran ke pulau Tidore, pulau Batjan dan Amboina.

Pada tahun 1606 benteng Takome direbut oleh orang-orang Spanyol (di Filipina). Penduduk meminta bantuan Belanda di Amboina (benteng Victoria) dan dibangun benteng Malajo. Untuk mendukung benteng Malajo ini dari ancaman Spanyol dibangun benteng Taloeko di utara dan benteng Calamata (Gamalama) di selatan. Benteng Malajo dijadikan sebagai Kasteel (Stad) sedangkan dua benteng pendukung sebagai pos. Nama benteng Malajo diubah menjadi Fort Oranje pada tahun 1609. Antara tahun 1611 hingga tahun 1619 dijadikan sebagai tempat kedudukan Gubernur Jenderal (sebelum relokasi ke Batavia). Benteng ini kemudian ditepati Gubernur Maluku. Pulau Ternate dibagi antara Belanda (VOC) dan Spanyol.

Spanyol di Filipina merebut Ternate dan berada di pantai barat pulau di benteng Takome. Seentara Belanda yang sejak 1605 berbasis di Amboina (benteng Voctoria) membantu orang Ternate dari selatan dan membangun benteng di pantai timmur pulau di kampong Malajo. Dalam perkembangannya, kampong Malajo inilah yang tumbuh dan berkembang yang menjadi kota Ternate. Nama kampong Ternate sebagai kampong tertua lambat laun menjadi nama pulau dan nama kota. Nama benteng Gamalama (Calamata) merujuk pada naa gunung di tengah pulau. Nama Ternate dan Camalata merujuk pada nama India (melalui orang-orang Moor).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Benteng Ternate dari Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar